➥¹⁵𝚝𝚒𝚖𝚎 𝚝𝚘 𝚜𝚝𝚘𝚙

647 52 11
                                    

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

HARAPAN SEMU DALAM DIRINYA MELAMBUNG. Tinggi sudah harap akan kebahagiaannya terpampang ekspetasi, namun juga musnah jika dilihat oleh sebuah realita yang ada. Mari dievaluasi kembali, dirinyalah yang masuk dalam permainan konyol lalu dirinyalah yang terjebak.

Ia tidak tahu harus memasang ekspresi seperti apa jika dihadapkan dengan orang itu nantinya, ada sebuah perasaan ragu melingkupi sanubari sebab ia tahu bahwa ia sudah lama tenggelam terlalu dalam.

...Tidak tahu apa yang dirasakan orang itu sama atau tidak.

Lanskap kultur dipandangi dalam ketinggian, hening sapa saat dua manusia tak ada konversasi ringan. Kendati memakai sebuah mantel,  dinginnya angin malam seakan masih menusuk.

Alih-alih menghangatkan entah kenapa rasanya 'dingin' tiap kali otak pikirkan kemungkinan terburuk.

"Daisuke, apa kau sudah menemukan kebahagiaanmu?"

Yah, sebuah kalimat tanya terlontar lurus.

"Aku tidak tahu."

Wanita itu mengulum senyum, "Usiamu hampir memasuki kepala tiga, dan kau masih seperti bocah labil."

Memang seperti itu kenyataannya, Kambe Daisuke hanya bocah labil yang plin plan hanya karena sebuah perasaan.

"Bagaimana denganmu? Apa kau bahagia bersamaku?"

Ya.

"...Bagaimana aku harus menjawabnya saat orang yang kutanya pertama hanya menjawab tidak tahu? Tidak adil, bukan?"

Tidak adil jika akulah seorang yang jujur di sini.

"Aku hanya dibingungkan oleh keadaan, terkadang dipermainkan oleh takdir. Bagaimana aku bisa bertemu denganmu disaat—"

"Apa kau menyesalinya? Bertemu denganku, apa kau menyesalinya?" Gadis itu memotong.

"Tidak."

Gedung-gedung pencakar langit kian terpancar oleh lampu yang terangi hampir setengah kota, para pejalan kaki berlalu lalang di bawah sana, namun dari posisinya sekarang ia seperti melihat semut yang berjalan kesana kemari.

"Apa sekarang kau berharap kita tidak pernah bertemu?"

Satu detik tubuhnya berbalik menghadap pria itu, netra biru kelabu yang menatapnya hingga dalam buat diri bungkam. Cengkraman pada pundak oleh dua tangan kian mengerat, "Sudah kubilang aku tidak menyesali pertemuan kita! Aku bersyukur bertemu denganmu di atas pencarianku! Bagaimana bisa aku berharap seperti itu jika...kau adalah seseorang yang aku ingin habiskan waktu bersamaku."

Benar, untuk apa disembunyikan.

Kepalanya tertunduk hingga untaian surai menutupi durja sang wanita, ia tak menyangkal ada sebersit rasa bahagia di sana. Tokyo Skytree yang sengaja disewa oleh Daisuke, membuat mereka hanya berdua saja pada Tembo Galleria.

𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓 𝐄𝐒𝐂𝐀𝐏𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang