➥⁹𝚞𝚗𝚍𝚎𝚛 𝚝𝚑𝚎 𝚕𝚒𝚐𝚑𝚝𝚜

466 62 1
                                    

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

IA MEMATUT DIRI DI DEPAN CERMIN. Tak terpungkiri bahwa jantungnya pun bisa berdebar hebat oleh acara yang diselenggarakan malam ini. Keluarga Kambe memang pria yang memiliki relasi kuat dengan perusahaan ternama, tak hanya Jepang bahkan hingga menyentuh belahan dunia lain.

Jika dipikir lebih jernih lagi, hebat juga dirinya bisa menikah dengan pria yang memiliki sejuta pesona hanya dengan satu tatapannya saja. Bukan hanya itu, Kambe bahkan tak segan melakukan hal gila lain—seperti saat ia mengeluh menginginkan Pizza yang tak bisa mengirimkan orderan, pria bersurai arang itu menatapnya lantas berkata, "Ayo pergi ke Italia," katanya tanpa beban yang tak berarti apa-apa.

Namun akhirnya gadis itu tersenyum, "Tidak usah Kambe, aku bisa memasak ramen."

Tubuh berkali-kali memutar, menyesuaikan dress berbahan beludru yang dikenakan apik dengan tubuh— sederhana namun elegan. Membenarkan tatanan surai sedemikian rupa hingga diri dikagetkan dengan presensi pria yang sudah berdiri diambang pintu kamar, "Sudah siap?"

"Sudah."

Iris melirik dari ekor mata, terpaku pada detil dari durja samping Kambe tunggal itu. Ada keheningan dalam mobil sejak mesin dinyalakan dan meninggalkan garasi rumah sepuluh menit lalu, tidak tahu harus membuka topik apa.

Ditemani stereo yang mengalami distorsi singkat bibir itu memecah senyap, "Gaunmu, terlalu terbuka."

Suara dingin langsung memasuki gendang telinga, kepala serta merta menoleh kembali pada pria yang memandang lurus jalan, "Kebanyakan  gaun memang seperti ini."

"Kupikir tidak, kenapa kau memilih yang terbuka?"

"Memangnya kenapa? Apa terlihat jelek ditubuhku?"

Dusta jika Kambe berkata bahwa gaunnya tidak pantas dikenakan, nyatanya gadis itu sangat cantik mengenakannya padahal ia sudah tahu bahwa anak gadis yang dibisiki pelita fajar itu selalu mempunyai daya tarik tersendiri setiap mata berlabuh memandangnya.

"Tidak, malah sebaliknya."

Kalimatnya membawa taksa, membuat keningnya terlihat berkerut mencari hipotesis. Rumah tangga yang dibangun hanyalah sebuah kedok tanpa bumbu cinta—lagi pula toh keduanya sudah menyepakati itu dan tahu aturan tersendiri. Tapi kenapa rasanya, untuk kali ini putarannya sangat terasa nyata dapat dirasa dengan jelas oleh jantung yang memompa cepat.

Kala mobil yang berhenti tepat pada ujung karpet merah ia merasakan iris dari biru abu-abu menilik, "Tidak usah tegang dan lakukan tugasmu dengan baik."

Topeng serta merta dipasang pada durja, ia tersenyum manis hingga menyentuh ujung mata, Kambe Daisuke kadang dibuat pukau oleh akting wanita di sampingnya ini yang dengan cepat mengubah suasana hati, jemari halus ia genggam pelan saat keduanya sudah berdiri bersisihan satu sama lain. Kadang para media selalu haus akan berita, terlebih kehidupan para selebritis terutama pengusaha seperti Kambe yang turut masuk dalam orang terpengaruh tak luput juga dari jepretan lensa.

𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓 𝐄𝐒𝐂𝐀𝐏𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang