Jaemin tersenyum senang menatapi syal yang baru aja dibelinya tadi sepulang kerja. Memasukkannya dengan rapi ke dalam tas belanja, Jaemin pun menyebrang jalan dari toko menuju halte bus.
Ia mendongak menatap langit malam yang mendung hari ini, angin berhembus kencang di penghujung bulan September dan kemeja tipis serta celana jeans yang dikenakan Jaemin sama sekali tidak membantunya menghangatkan tubuh.
Sudah sebulan berlalu sejak hari ulang tahunnya dan setelah itu ia mulai jarang bertemu Jeno. Pemuda itu masih mengantar-jemput seperti biasa, tapi tidak sesering dulu dan waktu yang mereka habiskan pun tidak sebanyak dulu.
Jaemin mengerti. Sebentar lagi Ujian Tengah Semester akan diadakan dan mereka harus belajar keras, apalagi untuk menghadapi ujian lainnya di awal tahun nanti.
Sebuah bus yang akan mengantar Jaemin ke rumahnya kemudian berhenti di halte dan Jaemin pun melangkah masuk, mengambil duduk di kursi pinggir jendela.
Lima belas menit berlalu, bus berhenti di halte dekat rumahnya. Setelah membayar ongkos, Jaemin segera turun dan melangkah hati-hati. Tubuhnya lelah namun Jaemin senang melakukan pekerjaannya. Teman-temannya di dapur semuanya menyemangati, sebisa mungkin tidak membebankan banyak pekerjaan pada Jaemin karena mereka tahu Jaemin akan menghadapi ujian dalam waktu dekat.
Sesampainya di rumah, Jaemin langsung membereskan barang belanjaannya, dimasukkan ke dalam kulkas dan sebagian ke dalam lemari.
"Duh... encok ini mah gue..." Jaemin menarik napas dalam dan meluruskan kaki setelah membanting tubuh di sofa ruang tengah, segera meraih ponselnya untuk menelepon Jeno.
"Halo, Na? Kenapa, sayang?" Jeno segera menyahut setelah satu nada dering, buat Jaemin senyum lebar begitu dengar suara gantengnya itu.
"Gak apa-apa."
"Lo udah di rumah? Udah selesai kerjanya?"
"Udah, Jen. Baru aja sampe rumah, habis belanja."
"Duh, sorry ya gak bisa jemput, hari ini harus ngerjain sesuatu."
"Gak apa-apa. Gue tadi naik bus. Lo udah makan, Jen?"
"Kebetulan belum, hehe. Masih nugas, Yang."
"Udah mau jam delapan ini, Jen. Makan yuk, sini? Gue masak."
"Serius?! Oke, segera meluncur!!"
Jaemin terkekeh dan menutup sambungan duluan. Suara Jeno tadi mampu jadi penyemangatnya kembali, buat rasa lelah dan pegalnya langsung terbang hilang entah kemana.
Ditengah kegiatan memasaknya, Jaemin mendengar suara motor Jeno memasuki halaman rumahnya. Dia gak merasa perlu bukain pintu, toh biasanya Jeno nyelonong masuk aja tanpa permisi.
Disusul suara pintu terbuka lalu tertutup, Jeno mengucap salam lalu muncul di dapur, menghampiri Jaemin yang lagi berkutat dengan kompor dan bahan masakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Eighteen - [nomin]
FanficJaemin pikir, semua doa yang telah ia panjatkan akan mencegah dunianya runtuh. Namun pada akhirnya semua sia-sia. Mimpi Jaemin tetap semu. 🧶nomin/jenjaem 🧶lokal ⚠️bxb ⚠️angst, soft-fluff, drama, rom-com, school-life 📚completed dazzlingyu, 2020...