Jeno ngerasa dirinya jadi orang jahat. Dia tau Hyunjin suka sama Jaemin, tapi yang namanya perasaan gak bisa bohong.
Seminggu setelah Jaemin main ke rumah Jeno, hubungan keduanya makin dekat, buat satu kelas kepo dan berdengung bingung. Na Jaemin yang begitu pendiam bisa akrab sama Lee Jeno si penebar pesona.
Jaemin sering jadi target fans-fans Jeno untuk dititipi cemilan, surat, atau hadiah entah apa yang Jaemin sendiri gak tau isinya.
Jaemin emang gak sepopuler Jeno, karena Jeno 'kan join klub basket, dan klub basket itu klub yang emang paling banyak cogannya. Liat aja kalau tanding atau sparring sama sekolah lain, tanpa diminta pun hampir setengah populasi sekolah pasti sukarela terjun ke arena, membawa spanduk dan bendera yang dikibar dengan bangga.
Jaemin anaknya kalem, makanya lebih milih ikut klub fotografi yang gak begitu nguras energi. Meskipun gak punya kamera, ponsel yang dia beli dari hasil tabungan sendiri udah cukup bikin dia puas untuk jepret-jepret gambar. Kadang dia pinjam kamera ketua klub kalau diizinkan. Kadang juga, Jeno bermurah hati meminjamkan.
Waktu itu, Jaemin lagi cari buku referensi di perpustakaan, ditemani Jeno. Waktu ke rak buku non-fiksi, dia liat ada figur familiar duduk di kursi perpustakaan gak jauh dari rak. Ternyata itu Hyunjin, lagi remed ulangan matematika minggu lalu.
"Hyunjin?" Jaemin datang menyapa dengan senyuman. Temannya Jeno ia anggap temannya juga. Lagipula, mereka sekelas.
Hyunjin mengangkat pandang dari lembar kertas berisi angka-angka di hadapannya itu. Wajahnya kentara frustasi, cairan tip-ex menutupi hampir seperempat bagian lembar jawabannya.
"O-oh, hai, Jaemin," Hyunjin tersenyum simpul. "Nyari buku apa?"
"Referensi buat tugas sejarah," Jaemin menjawab sambil menunjukkan buku di tangannya. "Perlu bantuan?"
Wajah Hyunjin seketika cerah kembali. Anak itu mengangguk semangat sambil menyodorkan lembar soalnya.
"Tolong, gue frustasi banget baru kejawab dua soal."
"Haha, astaga, Hyunjin, ini mudah lho," Jaemin tertawa sambil ambil pulpen di tangan Hyunjin. "Lo ganti aja angkanya, masukkan rumusnya, dibagi sebelum dikali."
Hyunjin bukannya memperhatikan tangan Jaemin yang tengah menjelaskan, ia malah memperhatikan wajah manis Jaemin yang lagi komat-kamit. Begitu bibirnya berhenti bergerak, Hyunjin malah terus natapin dia, bikin Jaemin bingung dan jentikkin jarinya di depan wajah si tampan itu.
"Ngerti gak?"
"E-eh," Hyunjin kelabakan, langsung ngalihin pandangan ke kertas jawaban. "Ng-ngerti."
Jaemin ketawa, bikin Hyunjin jadi tersipu malu dan salah tingkah, "Perhatiin tangan gue, Hyunjin. Jangan muka gue, muka gue gak ada apa-apanya."
Hyunjin ikut ketawa, buat atmosfir di sekitar mereka terasa lebih rileks.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Eighteen - [nomin]
FanficJaemin pikir, semua doa yang telah ia panjatkan akan mencegah dunianya runtuh. Namun pada akhirnya semua sia-sia. Mimpi Jaemin tetap semu. 🧶nomin/jenjaem 🧶lokal ⚠️bxb ⚠️angst, soft-fluff, drama, rom-com, school-life 📚completed dazzlingyu, 2020...