2. our time is precious because i'm with you, i can be brave

3.7K 416 47
                                    

"Na, jangan dipikirin ya? Kalo gak bisa tidur, kontak gue selalu on buat lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Na, jangan dipikirin ya? Kalo gak bisa tidur, kontak gue selalu on buat lo. Mau gue tungguin sampai bapak pulang?"

"Iya, dan gak usah, Jen. Paling sebentar lagi pulang."

Jaemin tersenyum tipis sembari menyerahkan helm pinjamannya pada Jeno ketika Jeno telah menurunkannya di depan rumah sederhananya—salah satu alasan mengapa ayah Jeno berburuk sangka padanya, pasti karena materi yang ia punya.

Keluarga Jeno itu kaya dan serba punya. Hidup Jeno terjamin sejak ia dilahirkan ke dunia, dan Jaemin adalah kebalikannya.

Hidup Jaemin terbatas. Ia hanya tinggal dengan ayahnya sejak berumur sembilan tahun karena ibunya memutuskan untuk pergi dan meninggalkannya berdua dengan ayahnya.

Ayah Jaemin memang hanya pekerja kantoran biasa, tidak seperti ayah Jeno yang adalah pemilik perusahaan sukses yang hartanya bahkan tidak habis sampai dua belas turunan berikutnya.

Meskipun Jaemin dan Jeno berteman dengan kesenjangan sosial di antara mereka, hal itu tidak menjadikan hubungan Jaemin dan Jeno berjarak.

Justru, dengan adanya Jaemin, Jeno diajarkan bagaimana indahnya hidup sederhana. Meskipun terbatas, setidaknya hidup Jaemin bahagia karena punya ayah yang begitu menyayanginya, bahkan menyayangi Jeno bagai anaknya sendiri.

Berbeda dengan Jeno yang kerap diatur-atur dan diperintah oleh ayahnya. Hidupnya memang terjamin semenjak detik pertama tangisnya menyapa dunia, namun didetik itu juga, Jeno harus merelakan sisa hidupnya untuk menjalankan perintah ayahnya.

Jaemin dan Jeno dekat karena perbedaan. Dan mustahil rasanya memisahkan mereka hanya karena satu alasan konyol ayahnya yang tidak menyukai Jaemin menjadi teman dekatnya.

Jeno tahu ayahnya cuma terlibat perasaan pribadi. Ia tahu bahwa ayahnya bersikap egois hanya karena perbedaan status sosial mereka. Andai kata keluarga Jaemin sederajat dengan keluarganya, dapat Jeno jamin setiap Jaemin datang main ke rumahnya, ayahnya pasti akan menjamunya dengan hidangan mahal.

"Na?"

"E-eh iya," Jaemin lantas sadar dari bengongnya. "Makasih banyak ya. Udah gih, lo pulang. Udah malam."

"Gue tungguin sampai bapak pulang."

"Aduh, jangan, Jeno. Nanti ayah—"

"Na, 'kan gue bilang—"

"Loh, ada Jeno? Kok gak kamu ajak masuk pacarmu, Jaem?"

Jeno buru-buru turun dari motornya untuk menyalami ayah Jaemin yang baru aja pulang kerja. Akhir minggu begini, pria berusia kepala empat itu bahkan masih bekerja dengan giatnya.

"Malam, Pak. Maaf ganggu nih malam-malam, hehe."

"Gak apa-apa. Masuk, Jen. Masa ngobrolnya di luar?"

"Ah, gak apa-apa, Pak. Ini mau langsung pulang, tadi nungguin Bapak pulang supaya Jaemin gak sendirian di rumah."

Bapak tertawa, "Astaga, pacaran anak muda jaman sekarang begini ya?"

✔️Eighteen - [nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang