Sejak hari itu, baik Jeno maupun Jaemin tidak pernah bersua tatap satu kali pun. Jaemin selalu disibukkan dengan latihan soal dan kisi-kisi ujian sementara Jeno dengan persiapan kepergiannya yang tinggal menghitung bulan.
Hari ini ujian praktik kimia akan dilaksanakan. Empat anak dari masing-masing kelas akan melakukan praktek di laboratorium secara bergiliran.
Jeno tengah menunggu di mejanya dengan alat-alat praktikum lengkap. Ia akan melakukan uji coba asam-basa bersama seorang murid dari kelas lain sebagai aspek penilaian kelompok dalam ujian praktik.
Ia menunggu sembari membaca-baca lembar laporan miliknya hingga suara bangku tergeser menarik perhatiannya.
Jeno terdiam mematung. Matanya sontak fokus pada sosok yang kini duduk manis di sampingnya, tengah menyiapkan alat-alat praktik kemudian mengeluarkan alat tulis.
"Hai," ia menyapa dengan senyum kecil sembari melambaikan tangan, lalu pandangannya teralih pada guru mereka di depan.
Jeno mendadak blank. Tanpa sadar ia menggenggam erat pemantik api di tangannya dan telinganya seolah tuli tidak dapat mendengarkan gurunya berbicara. Jaemin bahkan harus menyenggol tangannya hingga Jeno kembali sadar.
"Ah-eh—apa?"
"Boleh dimulai praktiknya," Jaemin menjawab singkat sembari beranjak mendekati Jeno, menyiapkan peralatan seperti spirtus, cawan petri, gelas beaker dan pipet ukur. "Lo siapin apinya ya? Gue ambil bahan-bahan ke depan."
"I-iya. Oke."
Jeno mendadak merasa gugup, hatinya juga mendadak terasa sakit. Jaemin yang dulu begitu dekat dengannya kini terasa asing, terasa jauh, dan terasa dingin. Jeno meringis dalam hati sembari menyalakan api spirtus.
Ah, sial. Jangan nangis, Lee Jeno!
Jaemin kembali beberapa saat kemudian dengan tabung reaksi dan beberapa erlenmeyer untuk mencampur bahan-bahan nanti.
"Udah?" Tanyanya, lalu menyiapkan segalanya di atas meja.
"Iya, udah." Jeno mengangguk kaku, menunjuk api spirtus yang sudah menyala biru.
"Okay, thanks. Bisa kita mulai?"
Jeno mengangguk dan mulai bekerja bersama Jaemin. Entah mengapa melihat wajah manis yang tengah merengut serius itu membuat kegugupannya hilang seketika. Ketika percobaan mereka selesai dan seluruh lembar laporan telah terisi serta telah menjawab semua pertanyaan dari tim penguji, Jeno dan Jaemin pun diperbolehkan meninggalkan laboratorium setelah mencuci dan membereskan alat-alat praktikum.
"Good job, Na," Jeno otomatis memuji karena kebiasaan yang belum hilang dan tangannya terulur naik mengusak rambut Jaemin.
Pemuda Na itu awalnya terdiam dan membuat Jeno berjengit sadar. Tapi begitu ia menarik senyum dan mengangguk lalu mengajak Jeno ber-high five, keresahan hati Jeno langsung hilang dalam sekejap.
Ketika Jaemin hendak mematikan api spirtus, teman sekelas Jeno yang sedang panik di meja depan tak sengaja menyenggol meja tempat mereka praktikum, menyebabkan gelas beaker berisi larutan asam klorida panas yang berada di atas tungku spirtus oleng dan tumpah mengenai tangan Jaemin.
Jaemin menjerit dan Jeno yang tanggap pun segera merobek lengan jas laboratorium milik Jaemin, menarik tangannya untuk dibasuh di wastafel terdekat. Jaemin meringis sakit dan insting kuat milik Jeno yang telah dibangun selama hampir selama tiga tahun itu memerintahkan tubuhnya untuk memeluk Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️Eighteen - [nomin]
FanficJaemin pikir, semua doa yang telah ia panjatkan akan mencegah dunianya runtuh. Namun pada akhirnya semua sia-sia. Mimpi Jaemin tetap semu. 🧶nomin/jenjaem 🧶lokal ⚠️bxb ⚠️angst, soft-fluff, drama, rom-com, school-life 📚completed dazzlingyu, 2020...