8. Piàoliang (Beautiful)

970 162 53
                                    

Mentari baru saja berada tepat di atas kepala tatkala kedua kelopak mata pemuda yang terbaring di atas kasur termewah yang pernah ada di daratan Qing Yun mengerjap beberapa kali, sebelum menampakkan kepingan berkilauan yang terpancar. Belum sempat ia membiasakan cahaya menyapa retinanya, suara raungan dari dalam tubuhnya terdengar begitu nyata, diikuti oleh rasa sakit yang menjumpainya.

Untuk ukuran seorang yang ingin mati, ia cukup tidak tahu diri karena masih merasakan lapar, menjatuhkan seluruh harga dirinya untuk melangkah keluar.

"Yang Mulia.."

Bulu kuduknya berdiri, mendengar suara perempuan paling jahanam masuk ke gendang telinganya. Ia membalikkan tubuhnya untuk menemukan Meng Ziyi, berjalan ke arahnya dengan satu nampan yang penuh dengan makanan dan juga ramuan herbal. Perempuan itu menyimpan semua makanan ke atas meja yang terletak di tengah ruangan, menatanya sedemikian rupa yang mampu menggugah selera siapapun yang melihatnya. Terutama Xiao Zhan yang memang tengah kelaparan.

Tanpa rasa curiga sedikitpun, ia segera bergerak ke sisi perempuan itu, mendapatkan pandangan aneh darinya. "Yang Mulia, aku adalah orang yang menyiksamu beberapa hari ke belakang. Apa kau tidak takut jika aku menaruh racun pada makanan ini?" Tanyanya.

Kepala Xiao Zhan menggeleng, lagipula ia memang sudah tidak peduli dan tidak ingin mendengarkan apapun yang dibicarakan oleh perempuan ini. Kedua tangannya sibuk memasukkan segala jenis makanan ke dalam mulut kecilnya, menghasilkan kedua pipi yang mengembung.

"Baiklah, nikmati makanan ini dengan baik sebelum kau melakukan pertempuran internal di dalam Istana. Dan setelah itu, aku akan menjelaskan apa yang harus dilakukan olehmu."

Xiao Zhan mengangkat sumpitnya, menyuruh Meng Ziyi untuk berhenti berbicara. Tidak perlu diingatkan, ia sudah tahu mengenai seluk beluk kehidupan di dalam Istana karena dulu, sangat dulu sekali, ia juga pernah mengalaminya sekali. Dia lebih memilih untuk menikmati makanannya yang merupakan makanan terlezat yang pernah ia santap selama tujuh tahun terakhir.

Dari arah pintu, suara langkah yang begitu pelan dapat terdengar karena ruangan ini begitu sunyi. Xiao Zhan menatap dua orang yang ia kenali, berjalan lurus ke arahnya dengan pakaian yang terlipat rapi di atas nampan yang mereka bawa. Namun bukan itu yang menjadi perhatiannya, melainkan penampilan kedua orang ini yang mengenakan pakaian serupa seperti yang dikenakan Meng Ziyi.

"Yang Mulia.." Panggil Cheng Xiao, terdengar sedikit aneh di telinga Xiao Zhan karena mereka berdua telah sepakat untuk menghilangkan panggilan itu sejak runtuhnya Zhou.

"Para dayang telah menyiapkan bak mandi untukmu, lekaslah mandi sebelum rapatnya dimulai." Ujar Meng Ziyi, yang diamini oleh Cheng Xiao. Mereka berdua menarik kedua lengan Xiao Zhan di masing-masing sisi dan membawanya ke dalam pemandian yang sudah dihadiri beberapa dayang.

"Tunggu-"

"Yang Mulia Putra Mahkota akan memberikan sanksi pada kami jika Anda terlambat menghadiri rapat."

Xiao Zhan hendak protes, ia tidak mengerti mengenai situasi yang terjadi sekarang. Rapat apa? Apakah dia akan dieksekusi hari ini juga? Namun semua pertanyaannya hanya bersarang di otak, tidak berani mengutarakannya ketika sekitar tiga dayang senior maju untuk membantunya melepaskan pakaian.

"Tunggu! Jangan menyentuhku!" Serunya tidak terima. "Aku adalah orang yang mandiri, kalian bisa menunggu di luar dan biarkan aku mandi dengan ketenangan yang belum pernah kudapatkan setelah tiba di sini."

"Tapi-"

Meng Ziyi mengangkat tangannya, menghentikan protes yang akan dilayangkan oleh salah satu dayang. "Biarkan Yang Mulia melakukannya sendiri, kita hanya harus menunggunya di luar."

Luòhuā Shāng (The Injuries of Falling Flower) - YizhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang