12. Guǐ cǎo (Ghost Grass)

885 133 81
                                    

Musim salju akan memasuki puncaknya, mengirimkan kedinginan pada semua makhluk hidup yang terlahir diantara empat musim. Membuat sebagian orang lebih memilih untuk memenjarakan dirinya sendiri dibalik selimut tebal, sementara yang lain dipenjarakan secara paksa. 

Begitupula dengan Xiao Zhan, beberapa hari terakhir setelah pertemuannya dengan Sang Pemimpin negeri, ia masih harus berdiam diri di kamar yang terlalu besar jika harus ditempati oleh seorang diri, jadi dirinya selalu meminta Cheng Xiao dan Meng Ziyi untuk menemaninya dikala rasa kantuknya tak kunjung datang. Hanya duduk di kursi sembari membaca beberapa buku yang ia pilih secara acak diantara deretan buku yang berjejer dengan rapi di ruangan itu.

Dia tidak melakukannya secara sukarela, tentu ada Wang Yibo dibaliknya. Berbagai gertakan yang dilayangkan untuknya membuat dia tetap berdiam diri di ruangan itu, membiarkan kesehatannya pulih secara sempurna terlebih dahulu, padahal dirinya lebih suka jika disuruh berkelana dibandingkan dengan duduk dengan anggun diatas kursi seperti ini. Menurutnya lebih mengerikan jika hanya membaca suatu sejarah yang bahkan tidak pasti mengenai kebenarannya seperti ini, karena hanya sang penulis dan semesta saja yang tahu.

Dibalik wajah tenangnya, ia menyimpan pertanyaan yang selalu menghantuinya. 'Apa semua sejarah yang tertulis adalah suatu kebenaran? Siapa yang benar dan siapa yang salah? Bukankah semua tulisan itu hanya berdasar pada perspektif sang protagonis? Tapi tidak menutup kemungkinan juga jika dirinya membual, semua orang serakah pada proporsinya masing-masing.'

Geraian hitam di kepalanya menjuntai seperti tirai yang baru saja dilepaskan dari gulungannya saat kepala itu mendongak, menatap gadis bongsor yang baru saja tiba di hadapannya.

"Yang Mulia, ada selir yang ingin bertemu denganmu." Ucap Cheng Xiao, membuat kerutan di dahi pemuda di hadapannya terlihat. Hal ini tidak lain karena Wang Yibo beberapa saat lalu telah mengeluarkan postulat jika tidak boleh ada seorangpun yang mengunjungi Xiao Zhan selain para dayang dan pelayannya.

"Apa itu Selir Ju?" Tanya Xiao Zhan, sedikit mengenali perilaku tidak kenal takut seperti perempuan itu. Ada dua hal yang bertubrukkan jika bertemu dengan Ju Jingyi, pertama ia senang melihat perempuan itu yang sangat cantik dan juga anggun, tapi kedua ia juga tidak suka jika harus berhadapan dengan perempuan itu. Dikarenakan wujud Selir Ju adalah perempuan, ia tidak bisa membalas perilaku perempuan itu dengan sama kejamnya.

Cheng Xiao mengetuk meja dengan pelan, mengembalikan Xiao Zhan pada dunianya. "Yang Mulia, apa kau tidak mendengarku berbicara?"

Xiao Zhan menatap adik sepupunya dengan tatapan polos sekaligus bodoh karena mata besarnya terbuka begitu lebar, menandakan jika tebakan Cheng Xiao benar adanya.

"Ayo kita temui dia." Ucap Xiao Zhan, menutup buku dihadapannya dengan menyimpan satu kelopak bunga yang telah mengering padanya, memberikan satu kesempatan lagi pada kelopak bunga itu untuk bermanfaat meski telah kehilangan segala keindahannya. Ia menjadikannya sebagai pembatas buku.

Bagian bawah hanfu yang ia kenakan berkibar dengan sangat cantik saat kakinya melangkah, mendekat pada seorang perempuan yang telah menunggunya dengan duduk menghadap pada pintu. Tidak ada siapapun selain dirinya, dan Xiao Zhan curiga jika wanita itu bukan Ju Jingyi. Karena biasanya, ketika ia melihat Selir Ju, rasanya tengah melihat sebuah pawai karena banyak sekali yang mengikuti langkahnya.

Dan dugaannya diperkuat dengan pakaian yang digunakan oleh wanita yang masih membelakanginya, meskipun hanfu merah yang dikenakannya tidak usang, namun itu sangat beda jauh dengan kualitas kain yang selalu digunakan oleh Selir Ju.

"Yang Mulia.." Wanita itu berucap setelah dirinya menangkap keberadaan Xiao Zhan, berniat untuk berdiri namun tulang-tulang ditubuhnya seperti tanaman layu, membuatnya kembali terduduk.

Luòhuā Shāng (The Injuries of Falling Flower) - YizhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang