10. Liú (Stay)

960 146 56
                                    

Udara dingin yang menusuk seiring dengan butiran putih yang dikirimkan langit pada pegunungan hijau yang telah diselimuti putihnya salju, tidak membuat sekumpulan manusia yang berlalu-lalang untuk bersembunyi di balik selimut tebal. Mereka dengan gigih membuat jejak diantara pasir putih dingin itu, menciptakan cetakan telapak kaki yang begitu nyata.

Sejak suara ayam berkokok dan pandangan tak lagi suram, ketenangan sudah tidak dapat dirasakan, hanya dengan satu kalimat yang berkumandang, "Yang Mulia Xiao mengalami demam tinggi." Entah apa yang membuat pemuda itu tiba-tiba jatuh sakit sampai tidak dapat keluar dari kamar pribadi Putra Mahkota.

Meskipun Qing Yun diliputi oleh keindahan yang nyata, namun tidak mengindahkan pikiran kotor dari beberapa dayang yang telah melihat kejadian semalam lalu. Menyuruh otak mereka untuk menerka-nerka seperti apa kejadian setelahnya.

Xiao Zhan baru saja berniat untuk turun dari tempat tidurnya, saat tiba-tiba kakinya tidak dapat merasakan apapun, mereka seperti lilin yang terbakar, meleleh ke lantai begitu saja. Suara tubuhnya yang berbenturan dengan lantai kayu membuat beberapa dayang mendekat ke arahnya, dengan Su yang lebih dulu membantu dirinya untuk bangun.

"Yang Mulia, apa kau baik-baik saja?" Tanya Cheng Xiao dengan air wajah yang begitu keruh, ia menggenggam kedua tangan kakak sepupunya dengan erat. Kendati sang empu hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Biarkan dia istirahat dulu." Ucap Meng Ziyi. Dia adalah satu-satunya perempuan yang tetap tenang dalam situasi apapun, mengayak serbuk hijau sebelum menuangkan air berasap ke dalamnya.

"Minumlah ini sampai habis dan kembali beristirahat." Lanjutnya, menyerahkan cangkir berbahan giok ke tangan Cheng Xiao agar membantu Xiao Zhan meminumnya dengan baik.

Hanya dengan mencium aromanya saja sudah membuat isi perut Xiao Zhan melilit, menolak segala jenis apapun yang hendak bertengger ke mulutnya. Jemari kurusnya menutupi mulut, menahan sesuatu yang tiba-tiba terasa asing pada kerongkongannya dan berjalan melawan arus seharusnya.

Dia mengumpulkan kekuatannya pada telapak kaki, mengabaikan rasa pusing yang didera kepalanya dan berjalan dengan cepat menuju pintu, sebelum pintu itu terbuka dari luar, menampakkan wajah cantik nan elok Selir Ju yang didetik selanjutnya sudah terbanjiri oleh cairan yang menguar dari mulut Xiao Zhan.

"Yang Mulia...!" Seru Cheng Xiao begitu terkejut, bagaimana bisa kakaknya menyemburkan cairan dari dalam mulutnya pada perempuan yang kini mematung di depan pintu, mengumpulkan kekuatannya pada buku-buku jari dan menatap penuh dendam pemuda dihadapannya.

Kelegaan dalam dirinya baru saja didapatkan, namun sekarang Xiao Zhan harus menerima kenyataan lain yang memperburuk suasana. Ia menatap perempuan di hadapannya seperti melihat hantu, membuat wajah dan bibirnya semakin memucat saat telapak tangan perempuan itu terangkat, hendak menamparnya.

Tangan lain lebih dahulu menangkap pergelangan tangan kecil itu, mencengkramnya dengan erat lalu memlintirnya ke belakang seiring dengan bunyi tulang yang terdelokalisasi ke tempat lain terdengar. Raungan kesakitan dari perempuan yang menjadi korbanmenggema sampai ke luar Paviliun, membuat siapa saja penasaran dan ingin segera tiba di sana. Begitupula dengan seorang pemuda yang dihormati oleh seantero Qing Yun, ia kini berlari untuk menemukan Ju Jingyi yang masih merintih dalam cengkraman Pelayan Xiao Zhan.

Wang Yibo tanpa ragu mengeluarkan pedangnya dari sarung, mengayunkan benda berkilauan itu yang sudah menghabisi banyak nyawa, mencipratkan darah seperti sekarang saat Su baru saja kehilangan pergelangan tangannya. Mereka sudah terputus dengan cairan merah pekat yang turun pada lantai layaknya hujan, mengirimkan bau amis pada sekeliling.

Xiao Zhan mematung di tempatnya, merasakan kekejaman Wang Yibo yang ternyata bukan hanya sebuah rumor belaka. Sedangkan seorang yang kehilangan satu pertiga tangannya itu tidak menampakkan kesakitan apapun, hanya memperhatikan darahnya yang mengalir begitu deras, membuat Xiao Zhan ingin melihat apa yang tengah pria itu lihat.

Luòhuā Shāng (The Injuries of Falling Flower) - YizhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang