"Jangan mau lari terus dari aku!" Pemuda itu menoleh sebentar ke arah Zahra lalu mulai mengaduk mi goreng yang ada di hadapannya."Anda siapa, ya? Kenapa saya harus lari?" tanya Zahra sambil mengamati orang yang ada di sampingnya. Ia tidak ingat pernah bertemu orang ini.
"Hm, oiya, kita belum kenalan. Namaku Daniswara Agatha," kata pemuda itu sambil menjulurkan tangannya ke Zahra.
"Oh." Zahra kembali menyantap soto ayam yang sudah hangat itu tanpa menyambut uluran tangan Danis.
"Wah, kami nggak nyangka ternyata beneran Kak Danis. Nama Kakak terkenal banget di SMA Cendekia ini sebagai siswa berprestasi. Apalagi Kakak dapat medali emas di Olimpiade Fisika Internasional. Keren banget," ujar Anya antusias.
"Hanya kebetulan aja." Danis tersenyum ramah ke arah dua gadis di depannya, lalu melihat sekilas ke Zahra yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Zahra tetap santai memakan makanannya, sampai tidak sadar percikan kuah soto itu mengenai jilbabnya dan menimbulkan bintik-bintik berwarna kuning di kain putih itu.
Danis mengambil tisu dan memberikannya kepada Zahra.
"Apa ini?" tanya Zahra.
"Tisu."
"Ya, saya tau, tapi saya kan, nggak minta."
"Siapa tau butuh."
"Makasih," kata Zahra terpaksa mengambil tisu itu.
***
"Aku mencium ada benih-benih cinta di sini," ujar Anya saat mereka ingin kembali ke ruang ujian.
Zahra menghela nafas berat. "Mulai deh, acara jodoh-jodohinnya."
"Tapi, kalian cocok loh, serius," kata Kiya yang menjadi pengikut Anya.
"Terserah deh." Zahra berjalan duluan meninggalkan sahabatnya yang kini tertawa puas karena berhasil menemukan seseorang yang bisa dihubungkan dengan Zahra.
***
Seminggu setelah ujian, tidak ada liburan karena hanya Ujian Tengah Semester. Jadi, aktivitas sekolah kembali seperti biasa.
Hari senin, upacara bendera. Semua siswa berbaris di lapangan, setelah beberapa guru harus turun tangan untuk mengatur barisan.
"Kalian itu sudah SMA, bukan anak TK. Masa setiap hari senin selalu harus diatur seperti ini," kata salah satu guru dengan nada tinggi, ia berdiri di depan seluruh murid SMA Cendekia. Pak Heru, guru fisika itu memang menjadi guru paling kiler di SMA Cendekia, tidak ada yang berani dengannya, kecuali anak kesayangan Pak Heru.
Senin ini yang menjadi pembina upacara adalah Pak Heru. Semua siswa sudah mulai meng-aduh. Pasalnya Pak Heru akan menyampaikan amanat paling lama dari amanat pada umumnya. Dua minggu yang lalu, mereka pernah berdiri di lapangan selama 2 jam hanya untuk mendengarkan amanat upacara dari Pak Heru. Semoga hari ini tidak lagi.
Upacara belum selesai, tetapi beberapa korban mulai berguguran dan dibawa ke UKS.
"Hari ini kita sekalian memberikan penghargaan kepada siswa-siswi yang sudah mengharumkan nama SMA Cendekia. Bagi yang namanya saya sebut, silahkan maju ke samping saya, ya," ujar Pak Heru yang kini membuka selembar kertas yang ia ambil dari dalam sakunya. Pak Heru mulai menyebutkan sekitar sepuluh nama sampai satu nama yang membuat seluruh siswi heboh bertepuk tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zahra, Al-Qur'an dan Alzheimer
SpiritualBagaimana mungkin bunga yang baru ingin mekar, lalu disiram dengan pahitnya air kehidupan. Membuat impian bagai angan yang sulit digapai. Akankah bunga yang layu bisa mekar kembali? Akankah cita bisa membangkitkan asa? Akankah juang bisa menggapai...