Masa Lalu

5.1K 451 27
                                    

Win teringat dengan tujuannya hari ini. Yaitu me time.

Sebenarnya dia pernah merasakan me time pada saat dirinya masih kecil. Saat itu ia masih menjadi anak satu-satunya di keluarga Jongcheveevat.

Dia teringat pada saat kecil, dirinya bermain di taman bermain bersama sosok teman masa kecilnya.

Bahkan ia lupa siapa nama orang itu.

Tidak ada barang yang menjadi kenangan ataupun hal yang ia bisa ingat.

Ia lupa semuanya.

Sejujurnya Win benar-benar menyesalinya mengapa ia tidak bertanya nama teman semasa kecilnya itu.

Saat itu juga ia bermain di Kampung halaman Kakek dan Neneknya. Kebetulan juga saat itu Kakek dan Neneknya (orang tua dari Mew) tidak melarangnya untuk berkeliling Kampung.

Sejak itu ia merasa bahwa dirinya bisa berjalan-jalan sendiri tanpa perlu diawasi oleh orang tua.

Tetapi semuanya berubah ketika Daddynya meminta Nenek dan Kakeknya untuk ikut tinggal di kota. Seingatnya saat itu Daddynya sudah membelikan rumah untuk Kakek dan Neneknya walaupun tidak dekat dengan rumah Daddnya saat ini.

Win senang karena Papanya tidak perlu bekerja lagi dan bisa menemaninya bermain dengan sang Kakek dan Nenek.

Tetapi saat itu juga rasa bahagianya sebatas ia bisa berkumpul dengan keluarganya.

Ia menyesal bahwa ia tidak bertanya siapa nama temannya saat di kampung halaman Kakek dan Neneknya.

"Andaikan aku bisa mengingatmu...." Ucap Win menyesal.

Akhirnya Win sampai di salah satu Mall termewah di negaranya. Bahkan hampir semua pekerja disana menatapnya gugup.

"Pasti Daddy sudah membeli beberapa persen saham disini. Ahh aku salah tempat." Ucap Win kesal.

Walaupun Win tidak terkenal di kalangan Kampus, tetapi banyak juga yang mengenal Win sebagai penerus perusahaan Jongcheveevat.

Saat masih kecil, ia mendengar berita bahwa dirinya akan menjadi penerus perusahaan Daddynya.

Saat itu juga Win benar-benar marah dan ingin mendatangi Daddynya. Tetapi dengan cepat Papanya mencegahnya.

Saat itu Papanya berkata bahwa sang Daddy akan membagi rata ketika semua anaknya sudah siap untuk memimpin perusahaan.

Untung saja Win masih bisa berpikir jernih. Sejak keempat adiknya mulai masuk kuliah, bukan hanya dirinya yang dinobatkan sebagai penerus Jongcheveevat. Bahkan semua anak Mew dan Gulf bisa dijadikan sebagai penerus Jongcheveevat.

"Permisi tuan Win, apakah anda membutuhkan bantuan beberapa orang?" Tanya salah satu orang bahkan Win saja tidak tahu.

"Ahh tidak perlu, saya hanya ingin me time. Anggap saja saya tidak ada."

"T-tapi tuan-"

"Permintaan saja sama saja dengan perintah Bapak Mew Suppasit. Apakah anda paham?" Tanya Win cepat.

"B-baik tuan. Maafkan kami."

"Aku juga minta maaf." Jawab Win cepat.

Benar saja, semua orang kembali dengan aktivitasnya masing-masing dan seakan-akan mereka mengabaikan Win.

Tanpa menunggu lama Win datang ke toko buku dan berlama-lama di tempat itu. Dirinya mengambil buku, kamus, alat tulis, dan juga ia tidak lupa membelikan beberapa titipan adik-adiknya.

Sampai akhirnya waktu sudah menunjukkan pukul lima sore.

"Apakah me time ku hanya sampai disini saja?" Ucap Win lemas.

Akhirnya Win jalan ke Parkiran dan menyetir motornya menuju penjual martabak.

Akhirnya ia membeli martabak manis dan juga martabak asin untuk keluarganya dan juga dirinya.

Pada saat ia menunggu sang penjual membuatkan martabak dan juga dirinya memperhatikan pemandangan sekitar.

Ia menemukan anak kecil yang menjual bunga.

"Bunga matahari... Masih baru ni... Kakak mau?" Tanya anak kecil itu.

Win pun terkaget dan ia langsung mengangguk.

"Mau beli berapa Kak?" Tanya sang anak tersebut.

"Semua? Bolehkan?" Tanya Win pelan.

"Boleh banget Kak!" Seru anak itu.

Ahirnya Win mengeluarkan uang yang tidak sedikit dan memberikannya kepada anak tersebut.

"K-kak, tapi ini kebanyakan." Ucap anak tersebut pelan.

"Gapapa dek, buat adek aja. Tolong doain semoga keluarga Kakak selalu bahagia ya...." Ucap Win.

"Amin Kak...." Ucap anak itu.

"Bentar... Kakak mau bagi sesuatu buat kamu." Ucap Win.

Win langsung menulis tambahan pesanan kepada sang penjual dan membayarnya di tempat.

"Tolong tambah satu martabak manis dan satu martabak asin. Untuk anak ini ya, ini uangnya."

Pada saat itu juga Win mengambil makanan yang ia pesan dan berkata kepada anak tersebut.

"Dek, Kakak beliin makanan untuk keluarga kamu. Tungguin Mas-Mas itu kasih makanannya ya. Kakak harus pulang dulu, sampai jumpa Dek...." Ucap Win pelan.

"T-terima Kasih Kak...." Ucap Anak itu menangis.

"Heii jangan nangis. Ingat sama Kakak, bahwa kamu akan menjadi anak sukses. Sampai jumpa Dek...."

Sejujurnya Win benci menangis, air matanya jatuh setelah ia berhasil menghindari anak kecil tersebut.

"Bunga ini akan aku berikan kepada Papa segera. Seharusnya Win bersyukur bisa hidup bahagia dengan Daddy dan Papa." Ucap Win lemas.

Bahkan Win tidak menyadari bahwa ada seseorang yang memperhatikannya dari kejauhan.

"Aku tahu kamu anak yang baik, Win." Ucap orang tersebut.

" Ucap orang tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jongcheveevat FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang