Aina, gadis cantik yang selalu menampilkan senyum manis kini terbaring lemah berada pada ruangan bercat putih.
Suara alat medis berbunyi memecahkan heningnya suasana. Entah bagaimana semesta tau, hingga hujan deras mengguyur kota tanpa ijin.
Disisi lain, seorang pemuda tengah memandag Aina dibalik kaca. Pemuda itu hanya menampilkan raut datar, ia hanya tersenyum sinis melihat Aina yang terbaring lemah.
Baginya, Aina adalah sebuah benalu. Yang selalu mengikuti dirinya dimanapun ia berada. Hanya ialah yang senang dan bahagia melihat keadaan Aina yang tak bisa dibilang baik baik saja .
"Syukurlah, Allah menjawab do'aku. Dengan begini, kamu tak akan lagi menemuiku entah itu sekedar menyapa" ujar Arkana.
Pemuda tadi adalah Arkana, pemuda tampan dan dingin yang dikelilingi segudang prestasi.
Ia tau, Aina begitu mencintainya. Namun, ia tak menyukai gadis buta yang terbaring lemah.Ia hanya mencintai gadis lain, sebut saja Arkana pemuda yang bodoh dan bejad. Ia sama sekali tak berterimakasih atas apa yang telah Aina berikan, meskipun Aina tak memintanya. Yang Aina ingin adalah membuat lengkung manis terukir pada wajah tampan Arkana.
Sura mesin berbunyi, namun gadis itu tak merasa terganggu. Ia dikabarkan koma dan kritis. Tubuh gadis itu semakin kurus, dilihat dari tubuhnya yang mulai mengecil.
"Arkana, apa kamu tidak mau berbicara sebentar dengan Aina?" Farikha bertanya pada Arkana.
Pemuda itu kini berbalik dan menghadap kearah Farikha. Arksna tersenyum dan menepuk kepala gadis itu dengan lembut dan pelan.
"Huft, untuk apa saya bicara dengan manusia yang tak bisa mendnegar?" Ujar Arkana
"ARKANA!!" Gertak Farikha yang kini tengah menahan tangis. Ia benci pada Aina bukan karena fisik namun tingkah gadis itu yabg mencintai Arkana.
"Benar bukan? Coba kamu lihat? Dia tengah berbaring dan tengah mengahdapi ajal menjemput" seketika itu pula, Farikha menampar keras pipi Arkana hingga laki laki itu hampir terjatuh.
Arkana memegang sudut bibirnya yang berdarah, ia tak menyangka gadis itu akan menamparnya sekeras ini.
"KAMU?!! Kamu tak tahu diri Arkana!! Dia mencintaimu dengan tulus! Bagaimana bisa kamu tak memberi sedikit rasa simpati ataupun kasih sayang meskipun kecil. Dia berkorban untukmu!! Sadarlah, kau pria brengsek yang pernah aku kenal. Selama ini, ia selalu memperhatikanmu meskipun dari jauh" ujar Farikha, pundak gafis itu bergerak naik turun lantaran ia emosi bercampur tangis sesak.
Arkana terkekeh dan segera mengelao sudut bibirnya dnegan kasar.
"SAYA.TIDAK.MENCINTAI.AINA.....Tapi saya mencintai kamu farikha"
Arkana mendapatkan tamparan sekali lagi dari Farikha, subgguh gadis itu membenci Arkana sekarang. Ia tak habis fikir dengan jalan fikiran dan hati pemuda dihadapanya ini.
"Saya tidak mencintaimu" ujar Farikha.
"Bohong! Jelas jelas dirimu mencintaiku Farikha, sejak saat pertama kita berada di rumah Bunda. Kamu selalu merengek dan selalu menempel denganku, bagaimana bisa kamu tidak mencintaiku sedangkan DIA !!! Orang asing dengan tempo waktu singkat mampu mencintaiku" Ucap Arkana dengan nafas yang tak teratur.
Farikha menangis serta menggelengkan kepala, seperti memberi jawaban bahwa kesimpulan penuda itu salah.
"Kamu salah! Saya tidak pernah mencintai kamu meskipun saya dan kamus sejak kecil selalu bersama. Saya menganggapmu sebagai kakak. Itu saja, tak lebih tak kurang. Kau tahu bukan?? Aku teramat sedih ketika menyaksikan kakaku meninggal di depan mataku. Hingga kamu hadir sebagai sosok kakak. Kukira, kedekatan kita selama ini tak akan mempenagruhi dua hati. Aku minta maaf, aku tak bisa membalasmu" setelah mengucapkan itu, Farikha berlari menuju toilet. Ia menangis bukan karena Arkana, melainkan ia telah menyakiti Aina. Ia memukul dadanya agar sesak yang menghimpit segera hilang.
Sedangkan pemuda itu menyugar kepalanya, rambutnya kini tak lagi rapi seperti 30 menit yang lalu. Penuda itu, kini beranjak pergi dari rumah sakit.
Vomentnya dong bund :v
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
BUTA (TERBIT)
Teen Fiction❗❗❗❗REMEMBER ❗❗❗❗ Beberapa part akan mulai dihapus pada bulan maret Buta mengajarkan segala hal pada warna warni dunia. Beribu makna namun sulit tuk diresap dan berdiri kokoh. Layaknya air beralas daun talas, terombang ambing seperti buih dalam laut...