Malam itu, Aina menangis sembari memukul dadanya. Ia ingin, sesak itu hilang dari dirinya. Diambilnya perekam suara, lalu ia pun mulai merekam.
Ia marah, mengapa ia menjadi gadis lemah dan bodoh. Harga dirinya runtuh hanya karena seorang pemuda tampan nan dingin.
Dibalik pintu, nampak wanita paruh baya tengah menatap gadis yang kini tengah menangis sembari merekam suara.
Ia merasakan apa yang dirasakan oleh gadis malang ini, beribu cobaan menerpa gadis yang tak tau bagaimana indahnya dunia luar.
Sebuah pelukan kini menenangkan gadis itu, ia berharap rasa sesak itu berpindah pada dirinya.
"Jangan menangis, Aina anak yang kuat. Jangan bikin Bunda sedih melihatmu seperti ini" ujarnya lirih sembari mengeraykan pelukannya.
Dirasa tak ada pergerakan dari gadis itu, ia mengelus sayang kepala Aina. Namun, ia merasakan pundaknya basah karena air mata.
" Tidurlah, kamu pasti lelah Aina. Bunda akan tetap seperti ini, jika itu membuatmu nyaman. Bunda sayang kamu nak, jadi tolong bersabarlah lebih lama lagi untuk Bunda"
Aisyah, ia masih saja bercerita tanpa mendapat sahutan dari gadis itu. Yang terpenting baginya, membuat gadis ini tenang.
1 jam sudah, ia duduk menopang Aisyah. Dirasa rasa pundaknya basah, fikirnya adalah linang air mata. Aisyah mencoba memanggil Aina, namun gadis cantik itu tak menjawabnya.
Nasi telah menjadi bubur, hanya rasa sesal dan sakit yang tertinggal. Meraung dan menangis adalah hal yang ia mampu sekarang.
Aisyah keluar, mencari siapapun yang bisa ia mintai pertolongan. Sampai sampai, ia memecahkan gelas hingga percikan gelas menggores sedikit demi sedikit kaki indahnya.
Allah Maha Adil, Allah Maha Penyanyang, Allah Maha Tau, siapapun yang berpasrah pada-NYA. maka, Allah akan membalasnya lebih indah dari apa yang mereka bayangkan.
DUNIAWI, sebuah kata yang indah dan tak mampu diutarakan hanya lewat tinta ataupun lisan. Indahnya memikat para manusia tanpa memandang ia siapa.
Pesan demi pesan telah tersampaikan oleh para penerus muda-mudi negeri ini. Namun tetap saja, rasa acuhlah yang membuatakan mereka bagaimana Dunia menipunya.
Malam ini, pada terangnya bulan yang menyinari gelapnya langit menyaksikan sebuah jawaban dan harapan para manusia yang masih setia menengadahkan tangan dan bersujud pada-NYA.
Bulan purnama kini bersembunyi dibalik tebalnya mendung, menjadikan hujan jatuh pada alam semesta. Seperti tahu akan pahit dan sesaknya kabar malam yang diterpa oleh angin. Hingga menyebar keseluruh hingar bingarnya kota.
Manusia tak pernah tau bagaiamana keadaanmu, perasaanmu bahkan bagaiman kamu menjelma sebagai topeng di depan Dunia. Hanya semestalah yang tau dirimu, buka para manusia yang seolah olah mendengar dan iba akan letihmu
KAMU SEDANG MEMBACA
BUTA (TERBIT)
Teen Fiction❗❗❗❗REMEMBER ❗❗❗❗ Beberapa part akan mulai dihapus pada bulan maret Buta mengajarkan segala hal pada warna warni dunia. Beribu makna namun sulit tuk diresap dan berdiri kokoh. Layaknya air beralas daun talas, terombang ambing seperti buih dalam laut...