18. MALAM.

3.6K 298 8
                                    

Sore hari,gadis berpakaian oversize tengah duduk di ruang tamu. Layar televisi nya menyala namun tak ada yang menontonnya,gadis itu sendiri sibuk dengan ponselnya.

"Aurin."

Panggilan itu membuat Aurin menoleh. "Yes papa?!"

Tuan Yusuf mengambil posisi duduk di samping anak gadisnya. Raut wajahnya berubah menjadi serius. Aurin sendiri menyadari perubahan raut wajah sang ayah.

"A–ada apa Pa?!" cicitnya pelan karna gugup.

"Pasti ada sesuatu nih!" batin Aurin.

"Papa di telfon pihak sekolah tadi!"

Susah payah Aurin menelan ludah. Tanda-tanda sang ayah akan marah. Gawat!

"T–terus Pa?!"

Tuan Yusuf menoleh. "Papa kan sudah bilang. Sekolah yang benar! Jangan nakal,jangan bikin ulah!"

Sedetik kemudian Arion muncul dari balik pintu utama. Cowok itu mengernyit saat melihat ayahnya tampak marah pada adiknya,Arion memutuskan untuk duduk di samping sang adik. Kini,Aurin di apit oleh dua lelaki beda generasi.

"Kamu sudah berapa kali bikin masalah di sekolah?! Kamu pikir papa gak tau semua kenakalan kamu?! Jangan jadi anak pembangkang Aurin! Gak bisa jadi anak penurut?!"

"Apa susahnya belajar dan sekolah dengan benar?! Papa kerja buat kamu,buat abang kamu!"

"Ken–––"

Aurin sudah mulai kesal dan muak. Ia melakukan semua itu karna ada alasannya. Ada sebab ada akibat!

"Aurin ngelakuin semua itu karna papa,mama dan juga abang! Aurin merasa sendiri di sini, meskipun kita tinggal satu rumah!"

"Papa mama selalu bekerja dan bekerja. Kalian jarang perhatiin Aurin! Kalian sibuk dengan urusan kalian masing-masing. Atau mungkin papa mama lupa kalau punya anak gadis?! Abang lupa kalau punya adik?!"

"Jadi,jangan salahin Aurin! Ini semua karna kalian. Aurin begini cuma pingin dapat perhatian kalian! Aurin buat ulah di sekolah biar papa mama sama abang perhatian sama Aurin,tegur Aurin. Bukan marah-marah kayak tadi."

Aurin memilih untuk berdiri. Gadis itu menunduk di depan papa dan abangnya,sadar jika ia telah meninggikan suaranya pada ayah dan abangnya.

"Maaf sudah meninggikan suara Aurin. Aurin emosi,Aurin ke atas dulu!" ucapnya pelan lalu pergi dari hadapan Yusuf dan Arion.

Aurin menuju kamarnya,gadis itu menutup pintu kamar lalu di kunci. Dadanya terasa sesak,ia melakukan semua kenakalan di sekolah karna ada sebab,ada alasannya. Ia hanya ingin di perhatikan oleh kedua orang tuanya dan juga abangnya. Ketiganya hanya sibuk dengan urusan masing-masing. Yusuf,Meri, dan Arion sangat jarang meluangkan dan menghabiskan waktu dengan Aurin. Hal itulah yang membuat Aurin merasa sendiri.

–––

Malam pun tiba,Aurin bercermin melihat penampilannya yang sekarang. Kaos Deus hitam serta celana jeans putih, rambutnya di cepol asal.

Gadis itu membuka pintu kamarnya, memastikan situasi di sekitarnya. Dirasa aman,gadis itu menutup kembali pintu kamar lalu menguncinya dari dalam.

Melangkah mendekati balkon lalu menatap ke bawah. "Bisa gak ya?!" batinnya ragu.

Dengan penuh keyakinan gadis itu pun mengambil ancang-ancang untuk turun dari balkon.

"Bismillah!" ucapnya.

Dengan lihai Aurin turun dari balkon kamarnya. Gadis itu melompat dari balkon,kini ia mendarat dengan sempurna. Bibirnya tersenyum manis,merasa bangga karna bisa melompat turun mengingat jika Aurin itu bisa memanjat namun tidak bisa turun. Aneh kan?!

MY POLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang