28. LULUS.

2.4K 317 24
                                    

Akhirnya kehidupan 3 tahun di SMA kini akan usai, hari Jum'at kemarin Aurin dan seluruh angkatannya di SMA GARUDA sudah rampung mengikuti segala ujian-ujian di sekolah untuk syarat kelulusan.

Tidak terasa detik demi detik, hari demi hari, dan tahun demi tahun. Kehidupannya menggunakan seragam putih abu-abu akan usai. Sedikit sedih, karna itu artinya Aurin harus berpisah dari teman-temannya, guru-guru, dan tentunya sahabatnya. Banyak sekali kisah yang Aurin toreh di sekolah. Entah itu membuat onar bersama ketiga sahabatnya, mengusili guru, tidak ikut upacara hingga berakhir Aurin yang dihukum, masih banyak lagi.

"ANJIRRR NTAR KITA PISAH NIH?!"

"GUE GAK MAU PISAH HUWAAA!"

"GAK GAK BISA, GAK KUAT BUAT PISAH!"

"ASTAGA MAU NANGIS."

Jika kalian bertanya, siapa yang berceloteh seperti itu. Ya tentu saja Putri si bocah labil.

"SERIUSAN GUE JUGA GAK MAU PISAH!"

"BISA GAK SIH BARENG-BARENG LAGI ABIS LULUS SMA?!"

"AAAAAA!"

Kalau yang ini, celotehan Rani. Sedangkan Aurin dan Silvi? Kedua gadis itu tetap kalem. Tidak heboh seperti kedua sahabatnya, ya namun hatinya juga sedikit terasa nyeri karna mengetahui kenyataan bahwa mereka akan berpisah.

"Kan nanti bisa ketemu lagi." balas si cewek datar, Silvi.

Rani menggeleng. "Tapi kayaknya gue gak bisa deh. Kita nanti ketemunya virtualan."

Kening Aurin berkerut. "Kok bisa virtual sih?"

Mengambil nafas dalam lalu membuangnya, setelah itu Rani menatap para sahabatnya. "Habis lulus, gue pindah ke malang. Kuliah di sana juga."

Ah, kabar dari Rani membuat Aurin, Silvi, dan Putri menjadi tambah sedih saja.

"Gak bisa kuliah di sini aja gitu?"

Rani menggeleng. "Gue udah bilang sama ayah bundah, tapi tetep aja mereka nyuruh gue buat kuliah di Malang. Katanya sekalian temenin eyang di sana."

"Orang tua lo?"

"Sementara stay di sini dulu, nanti setelah dinas ayah kelar di sini. Ayah sama bundah juga bakal nyusul ke Malang."

"Terus di Malang nanti lo cuma berdua sama eyang lo?"

Rani menggeleng. "Nanti ada mas Vito. Polisi yang waktu itu ngobrol sama gue pas waktu night ride terus kita di berhentikan."

Jeda sejenak. "Mas Vito di pindah tugaskan ke Malang, kebetulan tempat tugasnya di Malang deket sama rumah eyang. Terus nanti ke Malang nya bareng sama gue. Padahal gue nyuruh mas Vito buat ke Malang duluan, kan surat-surat kelulusan gue di sini juga belum kelar."

Putri mengangguk. "Kayaknya kalo buat surat-surat kelulusan turun dari sekolah, lumayan lama deh. Tapi ya, gak tau juga sih."

"Nah itu, waktu itu gue udah maksa mas Vito buat ke Malang duluan. Tapi katanya, "mas ndak mau ke Malang sendirian, kan kamu juga mau ke Malang, bareng aja. Lagian kamu masih kecil buat perjalanan jauh, takut nanti di culik." gitu katanya." balas Rani menirukan gaya kakak sepupunya itu.

"Ya tandanya abang sepupu lo itu sayang sama lo oneng !"

Rani menjadi senyum sendiri. Benar jika Rani itu memang anak satu-satunya, perempuan lagi. Dulu, bundahnya pernah cerita waktu Rani kecil, dulu pernah nangis entah karna apa, terus Rani kecil bilang "Rani pingin punya mas, bundah! Rani pingin mas." mana bilangnya sambil nangis kejer katanya. Tapi dengan penuh hati dan pengertian, bundahnya menyadarkan Rani. Dengan lambat laun pun Rani kecil mengerti. Gak papa Rani gak punya abang kandung, tapi abang sepupunya banyak ditambah lagi sepupu laki-laki yang sepantaran dengan Rani juga ada, dan adik sepupu yang jarak usianya setahun dua tahun dengan Rani juga ada. Sejak saat itu, Rani kecil berhenti menangis meminta sesuatu yang mustahil. Juga, saat duduk di bangku kelas satu SMP, Rani baru tau jika dirinya adalah cucu perempuan satu-satunya di keluarga eyang. Jadi, Rani di perlakukan seperti ratu oleh para sepupu laki-lakinya.

MY POLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang