27. SI SIBUK.

2.2K 307 28
                                    

Aurin dan ketiga sahabatnya menatap mading yang berisi daftar nilai-nilai ujian praktik untuk kelas 3 SMA yang sudah dilaluinya beberapa hari yang lalu.

Aurin tersenyum, ia berada di peringkat 2 dari 324 siswa kelas XII SMA Garuda. Di sekolahnya memang begini, ujian praktik yang sekarang disebut sebagai USP Praktik, nilainya akan dipajang di papan mading. Dimulai dari kelas XII IPA, IPS, dan Bahasa. Semuanya bersaing, mencari posisi unggul dalam ujian praktik.

"Udah belom?!" itu suara si bocil labil, Putri.

"Udah." balas Aurin.

"Wih, diposisi dua nih." celetuk Rani, si gadis manis.

Aurin terkekeh pelan. "Ini muji apa gimana sih?!" katanya.

"Ya mujilah, lo pikir?!"

"Traktiran nih harusnya." sambung Putri yang diangguki oleh Rani dan Silvi.

"Cilok mang Odi ya." ujar Aurin.

"BALAPAN. YANG KALAH GAK DI TRAKTIR!" sambung gadis sebleng itu sembari berteriak.

Rani, Putri, dan Silvi saling melirik satu sama lain. Ketiganya pun lari bersamaan, mereka tidak mau jika tiket traktirannya dari Aurin hangus. Silvi ada di posisi depan, dibelakangnya ada Putri, dan di posisi terakhir ada Rani.

"NARUTO, AKU BUTUH JURUS SERIBU BAYANG MU!" teriak Rani berharap mendapat bantuan jurus dari Naruto, kartun favoritnya. Hah! Sial, ia ada di posisi belakang. Kalau masalah lari, Rani lah jagonya. Jago kalah maksudnya.

Aurin duduk santai di kantin. Bibirnya terkekeh melihat ketiga sahabatnya yang berlarian. Silvi dan Rani duduk bergabung dengan Aurin lalu di susul dengan Rani yang nampak ngos-ngosan.

"Kenapa lo?!" tanya Aurin.

Rani melirik dan melotot. "Gara-gara lo ini! Buat dapetin traktiran gini banget dah. Mana kalah lagi. Percuma kan jadinya."

"Tau gini gue jalan santai aja, gak ngos-ngosan kayak gini." sambung Rani sedikit kesal.

Aurin tertawa mendengar penuturan Rani. "Lari doang lo mah, lemah. Tuh, Silvi sama Putri gak lemah."

Putri mencolek hidungnya sombong. "Putri nih bos, senggol dong!" ucapnya.

"Udah sana pesen semua ke mang Odi. Tenang kali Ran, lo juga gue traktir. Ya kali, sahabat gue yang satu ini gak di traktir. Nanti kalo nangis kan kasian."

–––

Aurin menelungkupkan kepalanya pada meja belajar di kamarnya. Gadis itu dibuat kesal oleh Saka karna kejadian waktu itu, kalian masih ingat yang Aurin berangkat sekolah dengan Saka dan Saka menyuruh Aurin untuk menghubunginya saat pulang sekolah?! Saka berjanji kan untuk menjemputnya. Tapi Saka tidak bisa, bukan bukan tidak bisa. Saka bilang lupa, mana lagi ponselnya tidak aktif saat itu. Itulah yang membuat Aurin kesal. Ditambah, akhir-akhir ini Saka diketahui sangat sibuk. Komunikasi antar keduanya pun jarang belakangan ini.

"Au–––"

"Kenapa dek?" sambung Arion saat mendapati adiknya yang menelungkupkan kepalanya.

Aurin mengangkat kepalanya lalu menatap abangnya. "Gak papa, ngapain abang ke sini?"

Ah, Arion hampir lupa. Tadi ia memanggil adiknya dari lantai bawah berniat untuk meminjam pulpen sang adik, namun tak ada sahutan dari adiknya itu. Arion berinisiatif untuk menghampiri Aurin ke kamarnya, saat di panggil dari jarak dekat pun Aurin tak menyahut. Arion pun langsung memutuskan untuk masuk kamar Aurin.

MY POLICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang