secret and friends I

803 73 21
                                    

Jam menunjukkan pukul 1 malam. Namun di salah satu sebuah tempat tinggal yang bernama apartment itu masih menunjukkan seakan-akan disana masih petang, yang mana harus di habiskan dengan bersenang-senang.

Hanya lima orang pemuda yang kini tengah sibuk bermain kartu di ruang tengah. Salah satu pria bersurai coklat halus itu menaruh seluruh atensinya pada si pria lebih kecil bersurai hitam di depannya. Kemudian ia tertawa, membuat si mungil juga menatapnya.

"Ada apa John?" tanyanya dengan raut bingung.

"Kau sudah mengantuk?"

Ia pun mengangguk dengan tatapan memelas.

"Ayo kita pulang!" ajaknya.

Si pemilik rumah yang berada di sampingnya kemudian menoleh.

"Kau ingin pulang Ten? aku pikir kalian akan menginap" ucapan Jaehyun, si pemilik rumah membuat semua teman-temannya berhenti bermain untuk sesaat.

Ten kemudian membuang kartunya diatas tumpukan kartu lainnya. Lalu ia bersandar dan mengucek matanya beberapa kali.

"Kau tidak akan bisa pulang jika sudah kelewat mengantuk seperti itu. Menginap saja" tawar Jaehyun sekali lagi.

Ten semakin merasa kalah ketika teman-temannya mulai bersuara dan berada di pihak Jaehyun.

"Aku kan pulang dengan Johnny. Dia bisa membawaku pulang, iyakan John?" Ten memelas.

"Kata siapa? aku akan menginap disini! tempat Jeff lebih nyaman ketimbang di tempatku" jahil Johnny dengan lidah yang terjulur.

Kemudian suara gelak tawa kembali terdengar membuat Ten memutar matanya malas.

Mau tidak mau, ia harus mengalah dan memutuskan untuk menginap. Padahal dirinya memang tidak terlalu suka menginap di rumah orang. Bahkan beberapa kali ia memang sering membolos acara menginap bergilir yang sering mereka berlima lakukan.

.

.

Ten terbangun di tengah-tengah mimpinya. Ia melihat jam di ponsel dan mendapati pukul 4 pagi. Ia perlahan terduduk menyamankan posisinya, merasa tenggorokannya sangat kering dan harus segera di legakan. Jika tidak, tenggorokannya akan sakit nantinya.

Sebelum dirinya benar-benar meninggalkan tempat tidur, ia menoleh kesamping lalu mengernyit. Seharusnya disana ada Jungwoo yang memang sejak tadi tidur bersamanya. Namun sekarang entah pergi kemana pria itu. Atau mungkin sedang ke toilet.

Ten pun berjalan keluar kamar.

.

.

"Huh bagaimana ya, aku sebenarnya ingin sekali bisa bermesraan denganmu terang-terangan di depan anak-anak. Tapi aku masih malu dan merasa ganjil"

"It's okay. Aku mengerti"

"Aku juga masih merasa tidak enak pada Ten"

Keduanya terdiam. Hawa dingin yang terlalu sunyi itu semakin menusuk tepat pada pikiran mereka. Tidak ada lagi kata-kata yang keluar. Dan hanya sebuah elusan lembut yang di berikan oleh seseorang kepada sosok lainnya.

"Sebenarnya tak ada yang perlu di permasalahkan lagi disini. Lihat saja, mereka semua menerima kita termasuk Ten. Aku juga meyakinkan dan bahkan Ten sendiri memang benar-benar mendukung kita"

"Kau yakin..John?"

Pertanyaan itu di balas dengan sebuah anggukan singkat.

"Apakah ada sesuatu yang masih membuatmu tidak yakin?"

pas de deux | johntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang