10/10

730 56 5
                                    

Yang ku cinta telah menjadi jejak jika dikatakan dalam hidupku. Dia mantanku, ada kenyataan yang seperti, aku masih tak bisa melupakannya sampai detik ini. Jangan katakan aku bodoh seperti yang Doyoung selalu bilang padaku, aku memiliki alasan di balik itu semua.

Bercerita ketika satu tahun lalu ia memutuskan hubungan kami, lalu lima hari setelahnya, aku memergokinya berciuman dengan teman satu kelasku, Park Sooyoung di halaman belakang sekolah. Perempuan itu yang sepertinya, karna ini masih dugaan ku, dia lah yang telah merusak kami. Mengambilnya dariku tanpa permisi.

Seolah sebuah paku semakin ingin menusukku, si pria yang ketika itu adalah kekasihku telah benar-benar memilih perempuan licik itu di banding diriku, yang sudah dan selalu ada menemani selama tiga tahun lamanya.

Dan semua kesimpulan yang ku dapat adalah, karna saat itu aku belum menjadi Ten yang ia inginkan.

Hei Johnny, tapi sekarang aku bisa melihatnya, sudah hampir satu minggu kau selalu menggantikan ibumu yang selalu memberikan buah-buahan pada kami.

Kau ingin mendapat kembali perhatianku bukan? ketika ibuku menawarkanmu untuk bertemu denganku, kau selalu menolaknya dengan suara lembutmu. Akan tetapi, ketika kau kembali mengikat tali sepatumu di teras rumahku, berapa lama waktu yang kau habiskan disana? apa karna kau selalu merasakannya? aku yang tengah memerhatikan punggungmu dari jendela kamarku. Bukankah rasanya kau ingin sekali menolehkan kepala agar bisakah kita saling bertatap lagi?

Karna jika kau melakukannya, aku berjanji akan memberikan senyuman terbaikku yang selau kau inginkan, seluruh pesona yang ku miliki sekarang tanpa memikirkan masa lalu yang telah kau kubur.

Aku tak melakukan apapun, tapi sepertinya aku menyadari jika pada akhirnya dan saat ini, aku yang sangat menyedihkan ini sudah menjadi Ten yang kau inginkan, dan aku ingin menjadi Amen untukmu, sayang.

Saat itu terjadi, dan kita sudah tidak seperti sebelumnya lagi. Mari kita menjadi milik kita sekarang, tapi tidak seperti saat dulu. Banyak sekali kepingan-kepingan yang harus di ubah. Kita harus menemukan potongan yang bisa membuat kita tak bisa berbuat apa-apa.

*

Doyoung melangkah malas memasuki kamar Ten yang selalu dibasuh oleh sinar matahari. Sudah seperti sebuah kebiasaannya dengan dirinya yang langsung berbaring nyaman di atas ranjang milik Ten. Tak lama kemudian Ten datang dari dalam kamar mandi yang ada di dalam kamarnya lalu menghampiri teman mirip kelincinya itu.

"Habis darimana"

"Rumah Jaehyun, habis mengembalikan buku"

"Ya? mengobrol apa saja?" Ten kini terlihat begitu antusias,

"Kau berharap kami membicarakan Johnny terus-menerus?"

Setelahnya Ten hanya terkekeh kecil menanggapi, dengan Doyoung yang nyatanya tak pernah lelah menghadapi temannya yang sampai sekarang belum bisa melupakan mantan kekasihnya itu.

Pria kelinci itu sudah terlanjur terbawa dan meskipun muak, apa lagi yang harus ia lakukan demi temannya ini? selain harus menasehatinya berulang kali, yang ternyata semua itu sudah sia-sia. Jadi mau tidak mau, kekasihnya yang memang teman dekat Johnny, harus sedikit ia manfaatkan dan itu cukup memberi dampak besar untuk Ten.

"Baiklah. Jaehyun memberitahukanku kalau Johnny sudah sendiri lagi"

"Benarkah? lalu?"

"Lalu? kau masih tetap kekeuh dan ingin bersamanya lagi?"

"Apa aku pernah mengubah sedikitpun keinginanku yang satu itu?"

Doyoung menghela napasnya, berat. Dengan Ten yang menyadari itu hanya memilih diam, merasa bersalah namun keinginannya itu lebih besar dari apapun. Ia yang paling paham disini.

pas de deux | johntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang