Lebah

20 5 0
                                    

“Ah, kapan kita sampai sih!”

Hari itu aku dan teman dekatku , Gani, sedang mendaki gunung. Kami terus berjalan, melewati hutan rimba yang tak ada habisnya. Dan sialnya aku terjatuh.

“Aduh!”

“Sen, jangan main jatuh aja lah, kita ditengah hutan lho ini!” ujar Gani

Dia tidak membantuku, malah meninggalkanku dibelakang. Akhirnya aku bangkit dan menyusulnya.

Kami berjalan terus, tetapi hari semakin gelap, dan akhirnya kami memutuskan untuk berhenti. Aku mengeluarkan tenda, tetapi dia tidak membantu sama sekali, dia malah mengobrak-ngabrik tas kami. Akhirnya kami beradu mulut.

“Kenapa kau tidak mau membantuku!” ujarku

“Peduli apa aku!” ujar Gani

“Jelaskan yang sebenarnya,”

“Karena Danis selingkuh denganmu,” ujar Gani kesal

Akhirnya dia meninggalkanku, aku yang harus membangun tenda ini sendiri. Setelah selesai, aku haus. Aku mencari botol minumku namun tidak ketemu, untungnya aku membawa air kemasan. Aku mulai berandai.

“Darimana dia tahu ya?”

Malam tiba, aku sudah sangat lelah dan mengantuk. Setelah mecoba mencari sinyal untuk telepon genggamku (tetapi tidak dapat juga), aku kembali ke tenda. Aku melihat Gani sudah tertidur lelap, dengan raut muka seperti menangis. Akhirnya aku tidur di sebelahnya, memunggunginya.

Tiba-tiba, ada sebuah bayangan mengelilingi tenda kami, semakin banyak dan membesar. Kami dalam posisi masih tidur waktu itu, sampai sebuah suara besar yang menakutkan membangunkan kami. Aku memperhatikan dengan mata masih senyap, dan terkesiap.

“Harimau,” ujarku lemah sambil menutup mulut dengan satu tangan.

Aku menggoyang-goyangkan tubuh Gani, tetapi dia tidak bangun juga.

Akhirnya aku menampar pipinya, dan dia bangun, namun mukanya terlihat bengkak. Dia marah.

“Ambil Danis, Ambil!” kata Gani sambil berteriak

Aku panik, baying-bayang itu sudah sangat dekat dengan tenda. Aku menyuruhnya diam, tetapi dia malah berteriak lebih keras lagi.

“Pergi!” ujarnya keras sambil tersedu.

Aku menurutinya, aku tidak mau mati. Aku langsung mengambil telepon genggam dan botol minumku, lalu melesat pergi. Untungnya, karena teriakan Gani, aku tidak dikejar oleh harimau-harimau itu. Aku menoleh ke belakang sebentar.

Harimau-harimau tersebut meraung, seperti mengucapkan “selamat makan”, lalu menerkan tenda kami.

Aku terus berlari, tanpa menoleh ke belakang lagi. Dan jauh di belakang sana, terdengar suara melengking.
Menyeramkan, ringkihan kematian. Aku bisa membayangkan tubuhnya tercabik-cabik habis.

Akhirnya setelah 20 menit aku berlari, aku kelelahan. Aku duduk di lantai hutan, menyenderkan diri di sebuah pohon beringin. Entah kenapa aku tertawa.

“Hahahaha, Danis lebih cocok denganku, persetan yang namanya sahabat!”

Aku haus lagi, untungnya aku sempat mengambil botol minumku.

“Akhirnya hidupku bahagia,” ujarku sambil membuka tutup botol, dan meneguknya.

Aneh

Aku tidak merasakan air, tetapi ada sesuatu yang masuk ke dalam tenggorokanku. Aku langsung berhenti minum dan melihat kedalam botolku.

Tiba-tiba lebah keluar dari botol, sangat banyak mengelilingiku dan menusukku dengan ujung ekornya.

Tarantula Hawk, lebah paling mematikan di dunia.

Aku perlahan-lahan mati, tubuhku mulai lemas. Aku membeku, aku merasakan otakku perlahan hancur. Tubuhku bengkak, sarafku pecah.

Lebah yang berhasil kutelan, mengoyak kerongkonganku. Aku merasakan lambungku menciut.

Dan sebagai klimaks dari perjalanan ini, jantungku bengkak dan akhirnya pecah.

Beberapa detik sebelum aku menutup mata untuk selama-lamanya, aku bisa mendengar tawa Gani. Tawa bahagia Gani yang selalu menghiasi hidupku dahulu.

Dan tawa itu berubah jahat sedetik sebelum aku mati.

Malam Jumat HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang