Gorden

21 1 2
                                    

Saat itu Aku, Akbar yang baru berulang tahun ke 12 bertanya ke Papa.

Aku = Pa, Kenapa warna gorden kamarku tidak boleh merah?
Papa = Bahaya, Pamali.

Dan Papa meninggalkan kamarku, tapi aku masih penasaran kenapa.

Aku mulai mencari di internet mengenai sejarah gorden merah, lalu munculah homepage yang berjudul “legenda Pria Berjanggut Merah” aku membacanya sekilas.

“Seorang pembunuh berantai yang sangat kejam, ia sangat terobsesi dengan darah, ia meminum darah korban dan juga menggunaannya untuk mandi. Motif korban saat ini masih belum diketahui, tapi polisi percaya bahwa motif korban adalah warna merah. Dan sampai sekarang ia belum ditemukan keberadaannya”

Aku = Uh mengerikan.. Mungkin papa benar, tapi kenapa itu pamali? Website ini tidak menjelaskan secara detail

Aku lanjut membaca,
“Korbannya sampai saat ini ada sekitar 14 pria dewasa, semua dibunuh di kamar anak korban,  tidak diketahui bagaimana cara pelaku masuk kesana. Anehnya, semua gorden kamar anak korban berwarna merah”

Aku menscroll lagi sampai bawah, dan aku menemukan sebuah video yang terdapat sosok pelaku.
Aku = Dia agak pendek ya, kukira dia seorang pria dewasa., Ah sudahlah, gorden kuning ini juga sudah bagus.

Akhirnya aku pergi keluar rumah, saat itu suasana di luar sangat ramai karena bertepatan dengan Imlek, banyak tetangga yang memakai baju warna merah dan sedang membagikan amplop.
Kepalaku menjadi agak sedikit pusing entah kenapa. Aku memutuskan untuk kembali ke dalam rumah. Dan membaca legenda pria berjanggut merah itu lagi. Lalu menyadari sesuatu.

Aku = Sebentar, ini adalah berita  tahun 2018, jadi ini berita baru?

Tiba-tiba ada sesosok hitam yang berdiri di luar rumah, tepat di gordenku. Dan aku langsung berteriak.
Aku = AAAAAAAAAAAAAAHH !!!

Ayahku tiba tiba datang ke kamarku.
Ayah = ADA APA AKBARR!
Akbar = I…. itu di gorden

Tapi saat menunjuk gorden, aku tak sengaja menyenggol laptopku agak keras dan layarnya berubah menjadi merah darah. Karena kaget, aku memperhatikan layar tersebut lama.

Akbar = AAAAAAAAA!!!
Tiba-tiba otakku seperti korslet, dan aku tak sadarkan diri.

Beberapa saat kemudian, aku mulai siuman dan sadar. Namun.
..

Di depanku ada mayat papa yang sedang memelukku.

Aku refleks melepaskan pelukannya.
Tubuh Papa terlihat sangat kurus. Papa seperti telah disedot organ tubuhnya, seperti telah dihisap oleh nyamuk raksasa. Namun saat kusentuh kulitnya masih hangat. Dan saat itu juga, aku melihat gorden kamarku.
Warnanya berubah menjadi merah.

Akupun takut dan panik, wajahku pucat. Sambil menangis aku keluar mencari pertolongan tapi semua orang malah berteriak melihatku. Dan ada seseorang yang memukulku dari belakang dengan keras. Dan aku pingsan lagi.
Beberapa saat kemudian aku terbangun di sebuah sel tahanan yang sering kulihat di TV.

Ada 4 polisi yang bersiap dengan pistol yang mencondong ke arah kepalaku dari segala arah.

Sebelum aku ditembak, aku di perlihatkan sebuah video. Video yang sama seperti di website yang aku kunjungi tadi, namun yang ini lebih jelas sehingga aku dapat melihat wajah pelaku.

Akbar = Tidak mungkin (kataku lemah), PAPAAA!!!

Dan pelatuk ditembakan, kepalaku pecah. Dan darahku muncrat ke seluruh ruangan sel serta tubuhku sendiri berlumuran darah.

Polisi 1 = Anak itu pintar juga,  membungkusnya dengan gorden dan menyayat saraf leher korban dan sehingga korban tak bisa bergerak. Seperti iblis

Polisi 2 = Sepertinya ia tidak sadar akan perbuatannya, namun kita tidak bisa menangkap iblis bukan?

Polisi 3 = Tapi dia berhasil menyamar menjadi anak korban...


“Akhirnya aku ditemukan. Aku, sang pria berjanggut merah, atau mungkin sang anak berjanggut merah ya? HAHAAHA”

Tawa Akbar di dunia yang entah dimana itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Malam Jumat HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang