3.

880 113 18
                                    

Enam sekawan itu kembali menghabiskan waktu istirahat di kafetaria kampus, mengobrol sambil melepas penat perlahan. Materi hari ini cukup mengerikan, bahkan Felix yang terkenal kebal dengan yang namanya kesulitan memahami pelajaran kali ini ikut angkat tangan.

Jaemin menelungkupkan kepala di atas kedua lengannya yang terlipat di meja, kepalanya terasa berat hingga dia meracau tidak jelas. Di atas kepalanya, sebelah tangan milik Jeno memainkan rambutnya sambil mengobrol dengan yang lain.

"Sudahlah, nanti juga paham. Berhenti mengoceh tidak jelas" ucapan Jeno barusan membuat Jaemin menoleh ke arahnya.

"Kau yang jelaskan, ya?"

"Iya, kalau kau tidak main game terus nanti ku jelaskan" sindir Jeno. Jaemin terkekeh, ia mengangkat kepalanya untuk disandarkan pada pundak Jeno.

"Astaga kalian berdua, ini tempat umum" Haechan mulai melancarkan aksinya.

"Kenapa? Kami kan tidak melakukan apa-apa" jawab Jeno setengah protes.

"Memang yang apa-apa itu yang bagaimana?" Jaemin menatap wajah kesukaannya dari samping, si pemilik tidak ambil pusing malah menjawab santai,

"Yaa yang apa-apa pokoknya"

"Yang begini?"

Detik berikutnya sebuah kecupan mendarat dipipi Jeno. Empat orang lainnya bersorak sambil menatap tak percaya pada kejadian yang baru mereka saksikan. Si korban sudah memukuli lengan Jaemin disertai rentetan omelannya pada Jaemin.

"Tidak usah dipraktekkan dasar kau, bau!"

Tawa Jaemin mengeras mendengar itu, begitu pula yang lain. Tak ada yang melihat kejadian barusan kecuali mereka, sehingga pengunjung lain hanya menganggap mereka bercanda biasa.

"Sudah, Jeno.. Jangan tsundere begitu. Kalau mau tambah bilang saja. Jaemin pasti menurut kok"

"Ku pukul wajahmu, ya?!" Jeno menatap galak pada Hyunjin.

"Kejamnya.." Ucap Jaemin sambil menatap wajah merona itu.

"Diam kau, sialan."

"Hey, ucapanmu" Jaemin membekap mulut Jeno untuk beberapa saat, membuatnya mendapat lirikan sinis dari sahabatnya itu. Yang lain sudah mengobrol kembali.

"Aku mau beli minum. Temani?" Ucap Jaemin.

"Malas."

"Jangan merajuk begitu.. Ku cium lagi mau?" Jeno langsung mengangkat tangannya, bersiap memukul Jaemin namun dia kalah cepat. Tangannya lebih dulu digenggam targetnya.

"Ayo.. Nanti ku belikan apa saja. Janji."

Seketika Jeno berdiri dengan senyum lebar di wajahnya, ia menarik Jaemin agar laki-laki itu juga segera berdiri. Empat teman mereka hanya mengangguk saat mereka izin untuk pergi. Jeno lebih dulu berjalan dan langsung memesan minuman yang ia mau.

"Awas kau beli kopi" Jeno memperingati, menatap serius pada Jaemin.

"Hahah, iya.. Tidak kok"

"Bagus, harus menurut ya, anak baik. Aku mau itu" Jeno menunjuk sebungkus cookies besar yang ada di meja kasir. Jaemin segera meraihnya.

"Lima." Sambung Jeno lagi. Jaemin menatap tak percaya sementara Jeno tertawa puas. Ia tau sedang dikerjai, namun dia tetap mengambil lima, sudah janji.

Setelah minuman dibayar, keduanya melangkah menuju meja mereka kembali. Terlihat wajah Jeno sangat bahagia menyesap minumannya. Jaemin hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah laki-laki di depannya. Tiba-tiba Jeno menengok ke belakang.

You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang