7.

343 52 5
                                    

Sepanjang film diputar, tidak ada yang bisa fokus sepenuhnya menonton. Ketiganya sesekali melirik teman mereka yang menunduk sambil memijat dahinya atau menghela napas berkali-kali. Memastikan kalau laki-laki itu masih aman terkendali.

Bahkan setelah film itu selesai dan mereka dalam perjalanan pulang pun, tidak ada yang menyinggung pertemuan tak terduga itu. Beberapa kali mereka bertiga coba membicarakan film, mencairkan suasana. Nihil. Jaemin tetap bergeming.

Haechan dan Felix sudah pulang. Kini tinggal Jaemin dan Hyunjin di mobil, tetap dengan Jaemin yang masih diam dan menatap kosong entah memikirkan apa.

"Kau tidak mau pulang?" Ucapan Hyunjin membuat Jaemin tersadar kalau dia sudah di depan rumahnya.

"Oh, ya. Terima kasih" Hyunjin mengangguk dan sebelum Jaemin menutup pintu ia berucap

"Jaem, tetap terkendali, oke?"

Jaemin yang tidak begitu mengerti dan malas untuk berpikir membiarkan Hyunjin pergi. Ketika membuka pagar, ia menemukan Jeno telah menunggunya di teras rumah.

Jaemin kembali menghela napas, kali ini lebih berat. Situasi sebelumnya sudah terlalu berat dan kenapa Jeno masih harus muncul di depan rumahnya?

Berbeda dengan Jaemin yang dipenuhi amarah, Jeno berdiri dari duduknya dengan perasaan gugup dan takut luar biasa. Dia sadar tindakannya salah, namun Jaemin juga harus tau kebenarannya.

"Duduklah" di luar dugaan, Jaemin berucap dengan nada tenang. Seperti tidak terjadi apapun.

Tapi Jeno tetap tau, Jaemin tengah menahan segalanya. Itu keahlian seorang Na Jaemin.

"Aku minta maaf.." Jeno menatap wajah Jaemin yang sedikit menunduk menatap jari-jarinya sendiri.

"Untuk?"

"Semuanya. Kejadian di bioskop beberapa jam lalu, juga sebelum-sebelumnya aku—"

"Kau berbohong?" Detik itu Jaemin menatap Jeno tepat di mata dan Jeno merasa seluruh nafasnya diambil.

"Aku mengenalmu cukup lama, Jeno. Kau sangat baik dalam segala hal, tapi tidak dalam berbohong. Aku sempat memaksa diriku untuk percaya, karena.. karena itu kau?"

"Aku tidak punya alasan untuk
meragukanmu. Sampai akhirnya ketika kau bilang habis meminjam buku, pada nyatanya kau tidak membawa buku apapun dari perpustakaan di tasmu hari itu, kan?"

"Caramu melempar tas begitu ringan, caramu menolak ajakanku karena ada kegiatan lain, bahkan caramu menghindar dari tatapanku saat aku menanyakan dengan siapa kau akan pergi— Lee Jeno biasanya tidak akan seperti itu di hadapan Na Jaemin."

Jeno menunduk, tidak sanggup menatap semua rasa kecewa yang Jaemin tunjukkan padanya sekarang.

"Jadi selama ini.. semua itu Yeji?"

"Jaemin—" kata-kata Jeno terhenti melihat kedua mata Jaemin memerah. Entah seberapa besar amarahnya hingga ia jadi seperti itu.

"Aku minta maaf, seharusnya aku tidak berbohong sejak awal. Aku tidak mencoba menyembunyikan apapun, tapi aku juga tidak bisa mengatakan yang sebenarnya karena kau pasti tidak akan setuju dengan apa yang akan ku lakukan"

"Kau bahkan tidak mencoba?" Jaemin tertawa getir sambil menggelengkan kepalanya.

"Kau benar-benar tidak bisa percaya denganku, ya?"

"Bukan begitu, Jaemin. Aku dan Yeji tidak ada apa-apa. Aku cuma menemaninya, membantu" jelas Jeno.

"Dengan berbohong padaku? Serius, Jeno. Apa yang ada dipikiranmu? Kau tau aku tidak suka dibohongi. Dan kau pergi dengan Yeji tanpa memikirkan perasaanku sama sekali? Wah.." lagi, Jaemin tersenyum lebar yang hanya memperjelas rasa sakitnya.

"Aku tidak punya perasaan apapun pada Yeji, Jaemin. Aku hanya membantu. Kau tau dulu dia begitu terobsesi denganku, ada kesepakatan di antara kami." Jaemin menatap Jeno dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Yeji memintaku untuk bersamanya selama 14 hari, dan setelahnya aku akan bebas dari dia."

Jeno menghela napas, entah Jaemin mau mengerti atau tidak. Dari raut wajahnya Jeno tau laki-laki di hadapannya tengah berpikir keras entah memikirkan apa.

Sementara Jaemin tetap tidak bisa menerima kenyataan bahwa Jeno telah berbohong padanya. Dan kesepakatan bodoh itu, memangnya Yeji akan benar-benar menepatinya? Kenapa Jeno terlalu ragu untuk menjadi miliknya secara utuh tapi terlalu mudah percaya pada omong kosong?

"Ya, kau bantulah dia. Tidak perlu sembunyi atau berbohong, di depan mataku pun tidak masalah" ucap Jaemin dengan kepala tertunduk.

Jeno menjadi kesal mendengar itu. Seolah dia telah berselingkuh atau apa, padahal ia sudah menjelaskan semuanya pada Jaemin.

"Jaemin, kenapa kau belum mengerti juga? Aku sudah—"

"Kau yang tidak mengerti, Jeno"

Jeno terkejut. Jaemin menatapnya dengan air mata yang mengalir di pipi. Selama bertahun-tahun ia mengenal Jaemin, hanya dua kali ia melihat laki-laki ini menangis. Ketika Jaemin kehilangan ayahnya dan malam ini. Karena Jeno sendiri.

"Kau— kau menyakitiku dan bahkan tidak menyadarinya. Apa kau benar-benar menyayangiku?"

Apa yang telah kau lakukan, Lee Jeno?

Sudah berapa banyak waktu Jaemin yang telah habis untuk menunggu Jeno benar-benar jadi miliknya? Sejak dulu pun, masalahnya selalu sama. Sejak dulu memang Jeno yang selalu menjadi puncak masalahnya.

Jeno seketika merasa sangat bersalah, bisa-bisanya dia dengan egois meminta Jaemin kembali mengerti dan menunggu setelah semua yang dilakukannya pada Jaemin selama ini.

"Jaemin.."

"Sudah malam. Kau harus pulang, ibumu akan mencarimu" bohong. Jeno tau, Jaemin hanya tidak ingin melihatnya saat ini. Siapa juga yang mau melihat orang yang telah menyakiti perasaannya?

Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam. Bahkan Jeno ragu ingin memeluk pinggang Jaemin seperti biasanya atau tidak, namun ia memilih tidak dan Jaemin pun tidak melakukan apapun. Seolah sudah tidak peduli.

"Hati-hati.." Jeno tak mendapat balasan apapun dari Jaemin yang langsung melaju dengan motornya. Membuat Jeno justru semakin khawatir Jaemin akan melakukan hal bodoh.

**

Di dua kamar yang berbeda, Jaemin dan Jeno sama-sama berbaring di atas kasur sembari menatap langit-langit kamar.

"Apa kau benar-benar menyayangiku?"

Suara-suara di kepala Jeno terus menggemakan kalimat itu, membuatnya menutup sekujur tubuh dengan selimut. Berharap itu akan menenangkannya sedikit.

Sementara Jaemin tengah merasa bersalah. Semua yang sudah dikatakan dan dilakukannya malam ini, apa dia tidak keterlaluan pada Jeno?

***

Sorry for the late update everyone :,)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang