2.

1K 117 7
                                    

Pukul enam tepat Jeno sudah rapih menunggu seseorang di ruang tamunya. Dia telah menetapkan untuk menunggu terlebih dahulu, jika sampai setengah tujuh sahabatnya belum juga tampak, dia akan berangkat sendiri.

"Tumben sekali kau sudah siap jam segini? Mau sarapan lagi di luar dengan Jaemin, ya?" Ucap nyonya Lee sambil tersenyum.

Jeno menjawab dengan gelengan. Hatinya yang gusar tidak begitu bagus untuk diajak bercanda. Sang Ibu kembali menawarkan sarapan ronde kedua, ia menolaknya.

Setengah tujuh dan Jaemin belum juga terlihat. Ia menunggu lima menit lagi dan tetap tidak ada sedikit pun tanda lelaki itu akan muncul. Dia menyerah. Setelah pamit pada ibunya Jeno berjalan menuju halte sendirian. Rautnya tidak bersemangat, berkali-kali suara helaan napas terdengar sepanjang jalan.

Entah apa yang dia lamunkan, sampai tidak sadar kalau mobil di seberang jalan mengklakson dari tadi.

"Jeno!" Jaemin menatap Jeno yang tidak mendengarkannya, malah terus berjalan.

"Hey Lee Jeno kau mau terlambat??" Jaemin berteriak kali ini. Berhasil.

Begitu menengok dan melihat Jaemin dia langsung menyeberang lalu menghampirinya. Senyumnya begitu lebar sampai Jaemin kebingungan

"Kau kenapa? Salah posisi tidur tadi malam?"

"Tidak. Memangnya kenapa?" Jeno menatap bingung

"Tiga menit lalu aku lihat kau berjalan lemas di trotoar seberang dan sekarang kau malah tersenyum lebar?"

"Aku senang tidak jalan kaki lagi hehe"

"Hmm, atau kau senang karena aku menjemputmu pagi ini?" Jaemin menaik turunkan alisnya sambil tersenyum usil.

"Cepat jalan aku tidak mau terlambat!"

**

Setibanya di kelas, suasana masih ramai. Belum ada profesor rupanya. Jaemin langsung bergabung dengan Haechan dan Felix. Membicarakan game. Hal yang membuatnya terlambat menjemput Jeno hari ini. Seungmin juga ikut membicarakan— lebih tepatnya mengomel karena game itu membuat Hyunjin mengacuhkannya.

"Dia lama sekali menjawab panggilanku padahal aku di belakangnya?! Wajahnya sampai hampir menempel layar komputer" omelan Seungmin membuat Jeno terkekeh.

"Jaemin juga terlambat menjemput pagi ini karena game itu"

"Lihat, kan? Game itu harus dihapus karena merugikan banyak orang" mendengar itu Jaemin langsung membalikkan badan pada mereka berdua

"Kau jangan bilang begitu, nanti Jeno ikut setuju dengan idemu"

"Jeno memang sudah setuju dari awal" Seungmin menjawab santai

"Tidak kan, Jeno? Kau kan malam ini ke rumah ku, kita main game bersama ya? Aku ajarkan, tenang saja" Jeno melirik rangkulan Jaemin di pundaknya.

"Jawabannya harus ya, karena kau sudah lama tidak ke rumahku"

"Pemaksaan. Tapi ada benarnya. Antarkan aku pulang setelah itu" Jaemin mengacungkan ibu jarinya.

"Wah, kita kedatangan anggota baru. Selamat datang Jeno, nanti kalau main jangan seperti Seungmin, ya?" Tiba-tiba Haechan menimbrung

"HEY AKU KAN PEMULA"

"Pemula manapun tau kalau disuruh tembak, tembak. Bukannya sembunyi dan mati dalam keadaan tiarap" ucap Felix. Haechan dan Jaemin terbahak mendengarnya.

"Diam kau, Yongbok!" Seungmin mencubit lengan Felix cukup kuat

"Argh! Namaku Felix?!"

Jeno tertawa melihat kelakuan teman-temannya. Felix mengusap-usap bekas cubitan Seungmin, sesekali ia mencari kesempatan untuk membalas. Haechan dan Jaemin terus mengungkit hal-hal lucu dari game tadi malam. Suara obrolan dari segala sudut menyatu, cukup menjadikan kelas berisik. Suasana yang amat wajar saat tidak ada profesor yang masuk.

You & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang