Tidak Ada Kata Terlambat (CERMIN)

19 3 0
                                    

Ini sudah memasuki 5 bulan semenjak diriku berhenti sekolah. Aku memilih berhenti bersekolah karena malas untuk mengerjakan tugas, apalagi setiap hari guru-guru sering memarahiku. Namun, semua sangat menyenangkan sekarang. Setiap hari kubebas bermain tanpa harus pergi sekolah, ibuku pun sudah tidak marah-marah lagi karena hal itu. Hari ini, aku dan kedua temanku, akan pergi ke cafe tempat kami biasa nongknong.

Saat di tengah perjalanan, tidak sengaja kami melihat seorang anak jalanan sedang membaca buku di pinggir jalan.

"Eh, mau kemana?" tanyaku saat Nissa hendak berjalan mendekati anak tersebut.

"Kita liat anak itu, yuk!" ajak Nissa pada kami berdua yang masih bertahan di tempat.

"Buat apa?" tanya Icha.

"Aku mau kasih dia uang." Nissa menjawab dengan menunjukkan selembar uang 5 ribu. Kami hanya mengangguk dan memilih untuk mengikuti Nissa dari belakang.

Sesampainya di sana aku melihat tulisan yang tertera di sampulnya menunjukan bahwa buku tersebut adalah buku pelajaran kelas 4 SD.

"Dek, ini buat beli makanan." Nissa memberi uang lima ribu tadi. Anak jalanan itu menutup bukunya dan beralih menatap Nissa dengan wajah ceria.

"Terimakasih, kak."

"Sama-sama, dek. Oh, iya! Kamu dapat buku ini dari mana?" tanya nissa dengan menunjuk buku yang dipegang anak tersebut. Aku menatapnya malas, pertanyaan yang tidak berguna! Sudah pasti itu buku dapat dari sekolah.

"Ini punya temen, kak."

"Aku gak punya buku kaya gini ...." lirihnya dengan mimik muka sedih.

"lah, kenapa?" Aku ikut bertanya, bagaiman bisa dia tidak punya, kan itu dibagikan secara gratis oleh sekolah.

"Aku gak sekolah, kak. Gak punya biaya."

****

Dari tadi aku selalu teringat tentang anak jalanan tadi, kenapa seperti ada rasa menyesal. Dia yang tidak bersekolah sangat giat belajar, sedangkan aku yang dulunya bersekolah malah tidak mau belajar.

"Ren, kamu kenapa, kok, ngelamun?" tanya Icha setelah meminum jus yang dia pesan tadi.

"gak papa, kok."

Aku memalingkan wajah ke arah pojok, terlihat seorang kakek tua sedang membaca buku. Kenapa perasaan menyesal tadi semakin bertambah? Aku malu pada kakek itu, dia yang sudah tua masih tetap giat mencari ilmu, sedangkan aku.

****

Malamnya aku masih terus memikirkan tentang anak jalanan dan kakek tua tadi. Kuputuskan untuk meminta ibu untuk mendaftarkan aku bersekolah lagi.

"Bu, Rena mau sekolah lagi," ucapku pada ibu yang sedang menonton televisi.

"Kamu serius, Nak?"

"Iya, Bu. Rena serius, Rena menyesal telah menyia-nyiakan waktu untuk menimba ilmu." Aku menunduk tak sanggup mengingat kebodohanku.

"Alhamdulillah, keputusan kamu sudah benar, Ren. Tidak ada kata terlambat untuk belajar, ingat itu!"

17 Desember 2019

Ketika Sajak Bercerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang