Pilihan

0 0 0
                                    

Gadis dengan baju tidur lengan pendek itu menatap layar ponsel pintarnya dengan cermat. Bahasan yang cukup menarik membuat perhatian Nabilah sepenuhnya tertuju pada video yang sedang diputar.

"Hijab itu wajib ya untuk perempuan Islam yang sudah akil baliq. Eh, tapi kita sering dengar tuh, berhijab kok pacaran? Kalau itu tergantung orangnya. 'Kan sudah jelas kalau pacaran itu dosa dan berhijab itu wajib." Suara dari ponsel pintar itu terdengar nyaring.

Nabilah menekan tombol home di layar ponselnya, kemudian mematikan benda persegi itu. Saat ini, Nabilah tengah bimbang akan keputusan yang harus ia pilih. Sudah sejak lama ia ingin benar-benar berhijab, tanpa dilepas lagi.

Namun, entah mengapa rasanya hal tersebut cukup sulit dilakukan. Memang semenjak memasuki sekolah menengah pertama ia sudah berhijab, tapi itu hanya karena wajib dari sekolah, bukan dari hatinya. Ia bahkan kerap kali keluar rumah tanpa hijab, media sosialnya juga banyak foto tanpa hijab. Hingga saat ini, Nabilah sudah kelas 10 yang sebentar lagi akan kenaikan.

"Bismillah, aku mau berhijab tanpa lepas lagi. Aku pasti bisa," ujar Nabilah dengan menyemangati dirinya sendiri.

Setelah mengatakan itu, Nabilah kembali termenung. Apakah dia juga harus putus dengan pacarnya? Namun, mengapa rasanya tidak ikhlas. Ya, Nabilah memiliki seorang kekasih dan sudah hampir dua tahun mereka berpacaran.

Suara dering ponsel membuyarkan pikiran Nabilah, nama Dito tertera di layar yang saat ini sedang berkedip-kedip. Segera saja jari Nabilah menggeser gambar hijau.

"Halo, assalamualaikum, Nabilah," sapa suara di seberang sana menimbulkan lengkungan manis di bibir Nabilah.

"Halo, waalaikumsalam, Dito."

"Btw kamu lagi sibuk gak?" tanya Dito. Ternyata Dito tadinya berniat mengajak Nabilah jalan. Tentu saja langsung Nabilah setujui dan sore nanti Dito akan menjemputnya.

Setelah berpikir kurang lebih 2 jam, Nabilah akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Dito. Meski berat, tapi ini jalan terbaik. Ia ingin memperbaiki diri, jika memang benar mereka jodoh pasti tidak akan ke mana.

Sore harinya, Nabilah dan Dito memilih jalan ke taman saja. Itu semua atas permintaan Nabilah karena ia rasa taman adalah tempat paling tepat untuk mengungkapkan apa yang ia ingin. Nabilah dengan rok panjang berwarna hitam, cardigan cokelat, serta hijab pasmina berwarna hitam, sangat cocok dengan Dito yang menggunakan sweater hitam.

Kedua remaja itu memilih duduk di bangku taman, suasana taman yang lumayan ramai sedikitpun tidak mengusik mereka. Juga, langit sore terlihat sangat mendukung dengan segala keindahannya.

Nabilah menghela napas, sekarang ia malah menjadi gugup untuk menyampaikan keinginannya. Ia terlalu takut akan respon Dito. "Aku mau ngomong, tapi kamu jangan marah," pinta Nabilah yang diangguki Dito.

"Kamu tahu 'kan kalo pacaran itu dosa," ucap Nabilah menggantung, "aku mau memperbaiki diri dan aku mau kita putus."

Hening, Dito hanya menatap Nabilah yang saat ini tertunduk. Kemudian terdengar helaan napas Dito.

"Seperti yang kamu bilang, pacaran itu dosa. Jujur, aku sayang banget sama kamu, tapi kayaknya baiknya kita memang memperbaiki diri dulu. Nanti kita ketemu lagi kalo emang jodoh. Kita terlalu dini untuk soal percintaan, jadi lebih baik memperbaiki diri dulu. Jangan goyah sama pilihan kamu sekarang, ya." Perkataan Dito seolah memperkuat pilihan Nabilah.

Ketika Sajak Bercerita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang