"Selamat pagi miss kim" Sana menyapa dengan seramah mungkin dan disambut oleh wajah poker jennie yang memandang nya bosan. Agak lama Sana berdiri di hadapan jennie yang memperhatikan setelan pakaiannya. Canggung.
"Duduk" jennie memfokuskan diri melihat laptop nya lagi.
Memperhatikan seseorang.
.
.
.Nobody pov
"D-disini Miss Kim, aku mem-" kegugupan Sana jelas terlihat pada suara nya karena berhadapan langsung dengan Jennie yang ternyata memang dari dekat terlihat mengintimidasi. Dengan pakaiannya yang serba hitam.
"Apa kau gagu?" Jennie mendongak dari laptopnya dengan ekspresi bosan di wajah nya.
"Maaf aku han..-" Sekali lagi omongan Sana di potong oleh Jennie
"Tidak bisakah berbicara dengan benar? Dan satu lagi, gunakan kosakata dengan formal saat berbicara pada saya. Saya bukan teman, rekan atau siapapun yang perduli akan hidup mu yang menyedihkan"
Terkejut dengan apa yang dilontarkan Jennie. Sekali lagi Sana hanya menundukkan kepala, rasa gugup tidak henti-henti nya menyerang dirinya. Sambil mengotak atik jari jemari nya untuk meringankan rasa gugup.
"Bicara.dengan.benar" memijat sedikit pelipisnya karena bosan, Jennie menyuruh Sana melanjutkan pembicaraan yang tadi terputus.
Sana mengambil nafas dalam, dan meyakinkan dirinya untuk berhenti menjadi gugup dan bertingkah bodoh dihadapan Jennie.
"Disini Miss Kim, saya membawa surat lamaran, data diri, daftar prestasi dan beberapa jepretan foto yang telah saya tangkap" Sana memberikan file nya, dengan tangan yang sedikit bergetar.
Dengan malas Jennie mengambil file dengan tangan kiri nya. Kembali fokus jennie hanya pada laptop nya. Yang memperhatikan wanita yang sedari tadi hanya tersenyum pada setiap pegawai yang lewat.
Dia memperhatikan.
.
.
."Miss Kim?" Sana akhirnya berhasil membuat Jennie menoleh padanya.
Berdehem sedikit Jennie membuka surat data diri Sana, dan good dia sedikit terkesan dengan prestasi yang di miliki Sana. Memiliki nilai baik di kampus fashion, ada citra nama di dunia fashion.
Melihat hasil jepretan foto nya pun tak kalah menarik, dia mengakui dapat memilih Sana.
Tetapi dia berfikir kembali, jika dia menerima Sana sekarang, dia tidak akan melihat langsung wanita yang sedari tadi dia perhatikan.
"Kau pernah mengikuti kejuaraan modelling?" Jennie bertanya karena melihat data diri Sana yang mencantumkan hal tersebut
"Iya Miss Kim, saya telah mengikuti acara Modelling di Paris. Waktu itu saya memakai untuk brand Gucci"
Sana sedikit rileks dengan pertanyaan Miss Kim, percaya diri karena membahas prestasi yang dimilikinya."Saya rasa kau cocok dengan dunia Modelling bukan untuk dunia Photografi" jelas jennie sambil menutup file dan melirik sedikit wanita yang berada di laptopnya
"Maaf Miss Kim..." ucapan Sana dipotong oleh Jennie
"Saya akan mempekerja kan mu sebagai model disini. Tetapi tidak apa jika kau menolak-..." ucapan Jennie di intrupsi oleh suara Sana yang terdengar bahagia.
"Tentu saja saya mau Miss Kim, saya bersedia!" Sana melontarkan senyum bahagianya dan tidak lupa menundukan kepala nya dengan hormat.
"Baiklah, datang lagi kemari besok. Persiapkan diri untuk berkerja" Jennie seperti mengusir Sana dengan isyarat jari telunjuknya yang mengarah ke pintu.
Sana tidak keberatan dengan tingkah yang di perlihatkan oleh Jennie karena sudah tertutupi dengan rasa bahagia yang melanda nya.
Jennie sedikit menaikan alis saat melihat wanita yang di laptopnya tersenyum seperti orang gila di handphone nya.
Mengapa dia?
"Terimakasih Miss Kim, terimakasih.. saya tidak akan mengecewakan anda" jelas Sana sembari melontarkan senyum rasa syukur dan Jennie bahkan tidak melihat sedikitpun dan seperti tak perduli dengannya.
Bangkit dan berjalan pintu keluar, Sana melihat Lisa yang duduk sambil terkikik di handphone nya.
"Lisaaaaa! Aku diterimaa, aku diterimaaa! " sambil berlari kecil menuju Lisa yang telah memberi atensi perhatiannya pada Sana
Bangkit lalu Lisa menyambutnya dengan gembira, sambil memegang tangan Sana sedikit meremas nya
"Wah sungguh !! Aku turut bahagia Sana.." menampilkan senyum polos bahagia nya.. tapi berubah saat dia sedikit mengerutkan kening,menampilkan ekspresi bingung dan sedikit cemberut yang menggemaskan.
"Tapi.. jika kau diterima sebagai photografer mak-"
"Tidak, aku tidak masuk dalam photografer mungkin Miss Kim tidak melihat kemampuan ku disana, melainkan seorang modelling. Bisakah kau percaya itu" sana tersenyum dan jangan lupakan mereka masih menautkan tangan , sebagai ungkapan kegembiraan.
"Woah.. sungguh? Jadi aku masih bisa melamar disini?" Dari ekpresi bingung, Lisa berubah menjadi sumringah mengetahui dia masih bisa lolos atau tidak nya.
"Iya Lisa, aku sungguh bahagia. Apa kau tahu? Aku berharap kau dapat diterima juga disini. Otomatis kita akan bekerja sama. Jika memungkinkan kan?" Jelas Sana pada Lisa
"Iya.. kau benar Sana, doa kan aku okay?" Karena Lisa seorang yang positif, riang dan tidak dapat memendung kebahagiaannya.
Seketika Lisa menarik Sana dalam pelukan ramah, Sana sedikit terkejut dengan pergerakan tiba-tiba tersebut. Tetapi segera bangun dari keterkejutannya, menyambut juga dengan pelukan ramah.
.
.
.Tanpa disadari Jennie terus memperhatikan gerak-gerik mereka mulai dari Sana keluar dari ruangan, berlari kecil pada Lisa, dan saling menautkan tangan.
Memainkan pena yang sedari tadi dia pegang, dapat kita perhatikan bahwa pelipis nya sedikit berkedut seperti menahan gejolak sesuatu dalam diri nya.
Ntah lah dia merasakan sesuatu yang ingin meledak dalam dirinya.
Seketika ekspresi Jennie berubah menjadi seringai yang tidak terlukiskan.
"Panggil yang terakhir" Jelas nya pada sekretaris nya, yang menunggu instruksi nya.
Menganggukan kepala, Nancy berjalan kearah mereka berdua yang tampak asik pada dunia nya sendiri.
"Nona, Miss Kim menunggumu"
-Disinilah aku seperti menandatangani kontrak jiwa ku dengan iblis-
KAMU SEDANG MEMBACA
MY OWN ( JENLISA )
Mystery / ThrillerSeorang wanita berhati dingin yang menaruh hati terhadap seorang wanita polos Iblis jatuh cinta terhadap malaikat JENLISA STORY