Setiba nya Daniel di kafe dekat kantor nya, Daniel langsung menemui Irene yg duduk di salah satu kursi yg berada di pojok dan itu membuat Daniel tenang sebab banyak karyawan yg tidak melihat nya bertemu dengan Irene.
"Hay," sapa Irene yg ingin memeluk Daniel tetapi langsung di dorong oleh Daniel. "Hm ma-af tadi refleks," lanjut Irene stengah malu mendapatkan penolakan daei Daniel.
"Hm," Daniel hanya membalas ucapan Irene dengan berdehem.
"Kamu mau pesan apa?" Tanya Irene lembut.
"Nggak usah".
"Tapi kan ka-
Belom sempat Irene melanjutkan ucapannya langsung di potong olrh Daniel.
"To the point," tegas Daniel.
"Okok fine, jadi gini aku mau ngejelasin tentang kejadian pas aku ninggalin kamu tampa kabar," jeda Irene menatap Daniel.
Sedangkan Daniel hanya menunggu apa yg akan di jelaskan Irene selanjutnya.
"Aku ninggalin kamu waktu itu karna aku terpaksa, a-ku dulu terkena kanker, aku udah mau ngomong sama kamu tapi aku takut kamu makin terbebani karna aku tau kamu waktu itu punya masalah, aku nggak mau nambah masalah kamu," jelas Irene pada Daniel dengan sesenggukan akibat menangis.
Sedangkan Daniel yg mendegarnya pun kaget pasalnya iya tidak tau kenapa Irene meninggalkannya.
"Kanker?" Tanya Daniel.
"Iya waktu itu aku kena kanker dan mama ngeharusin aku buat berobat keluar negri dan karna aku nggak mau ngecewain Mama jadi nya aku ikut kata Mama," lanjut Irene.
"Tapi kenapa lo hilang kabar gitu aja?"
"Aku hilang kabar itu karna aku pengen cepat sembuh biar nemuin kamu lagi," ucap Irene seraya memegang tangan Daniel.
"Maaf".
"Untuk?" Tanya Irene.
"Maaf karna gw nggak tau kalo dulu lo sakit," jelas Daniel.
"It's okay, itu juga bukan kesalahan murni kamu kok kan aku yg nggak ngasih tau kamu," ucap Irene.
"Keadaan lo gimana sekrang?"
"Seperti yg kamu liat aku udah sembuh, makanya aku nemuin kamu lagi," ucap Irene yg membuat Daniel terdiam.
"Aku boleh nanya?" Tanya Irene.
Sedangkan Daniel hanya menganggukan kepala nya sebagai tanda setuju.
"Apa kita masih bisa bersama lagi?" Tanya Irene memandang sendu ke arah Daniel.
"Maaf"
"Untuk?" Tanya Irene.
"Gw udah punya istri Ren, dan itu nggak memungkinkan kita buat sama kayak dulu lagi," jelas Daniel.
"Please Niel, aku mau kok kaloo kamu jadiin aku istri kedua, atau simpanan kamu," ucap Irene tampa pikir apa yg di ucapkannya barusan.
"Lo gila, gw nggak mau khianatin istri gw Ren," marah Daniel.
"Tapi kan kamu nggak cinta sama dia Niel, dia itu cuman seorang perempuan yg di jodohin sama kamu kan?"
"Lo salah, gw cinta sama dia dan rasa cinta gw sama lo itu udah di gantikan oleh Dinda," jelas Daniel dengan wajah dingin, pasalnya Irene yg di kenal Daniel dulu bukanlah yg sekrang.
"Please kasih aku sedikit tempat di hati kamu," mohon Irene.
"Maaf gw nggak bisa," ucap Daniel pergi meninggalkan Irene yg menangis memanggil nama Daniel.
"Gw nggak bakal biarin lo hidup tenang dengan istri tercinta lo Daniel," batin Irene tersenyum misterius dan segera menghapus air mata buaya nya pergi meninggalkan tempat tersebut.
Daniel yg sedang berjalan menuju ruangannya pun memikirkan ucapan Irene waktu di kafe tersebut. Iya takut jika Irene nanti nya hadir sebagai perusak di hubungan ruamh tangga nya dengan Dinda. Daniel takut jika Irene berbuat hal-hal yg tidak di inginkan oleh Daniel kepada Dinda. Dan sekrang Daniel harus memikirkan apa yg harus iya lakukan agar Dinda selalu dalam keadaan selamat.
"Napa lu?" Tanya Zidan saat melihat Daniel sedang memikirkan sesuatu.
"Nggak," singkat Daniel.
"Owh kirain ada apa, lo nggak balikan kan sama mantan lu?" Tanya Zidan.
Sedangkan Daniel hanya menatap tajam ke arah Zidan. "Lo kira gw laki apaan?" Tanya Daniel.
"Yah kan cuman mastiin, siapa tau otak lo kecuci sama ntuh wanita," ucap Zidan seraya melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Daniel langsung masuk keruangannya untuk menenangkan pikirannya.
Malam harinya...
"Kenapa belum tidur?" Tanya Daniel melihat Dinda yg masih duduk di atas tempat tidur.
"Hm nggak papa kok, cuman mau nungguin Mas aja," ucap Dinda.
"Kamu tidur gih, kerjaan Mas masih banyak," suruh Daniel.
"Nggak mau ih, lagian aku belum ngantuk kok"
"Nggak pokoknya kamu harus tidur, nanti kamu sakit loh," bujuk Daniel, pasalnya kerjaannya masih banyak dan jika Dinda menunggunya berarti Dinda bakalan menunggu nya sampai tengah malam atau mungkin sampai pagi.
Dinda yg mendengar perkataan Daniel pun kesal. "Mas ini gimana sih, Mas tuh yg harusnya jaga kesehatan, tiap hari pergi ke kantor buat kerja trus pulang rumah juga masih kerja sampai pagi, emang nggak capek apa," oceh Dinda pada Daniel.
"Yakan ini demi masa depan kita sayang, kamu mau nanti kalo punya anak trus kebutuhannya nggak tercukup?"
"Yah nggak mau lah Mas, tapi kan kamu juga harus jaga kesehatan jangan terlalu gila kerja dan ingat aku nggak suka yah kamu terlalu sibuk sama berkas itu dan nggak peduliin aku," ceramah Dinda.
"Iya-iya Mas minta maaf, Mas nggak bakal ulangin lagi deh," pasrah Daniel membereskan pekerjaanya kemudian berjalan menuju tempat tidur. "Nah sekrang kita tidur," ajak Daniel seraya memeluk erat Dinda.
"Yuk, aku juga udah ngantuk," ucap Dinda mencari posisi nyaman di pelukan Daniel.
Selang beberapa menit kemudian Dinda sudah tertidur lelap.
"Goog night sayang, pokoknya aku bakalan jagain kamu dari org yg bakal jahatin kamu atau yg bakal ngerusak hubungan rumah tangga kita," ucap Daniel mencium kening Dinda yg sudah tertidur, setelah itu Daniel langsung menyusul Dinda ke alam tidur.
HUAAA MAAF YAH LAMA UP NYA😆, DAN JUGA AUTHOR INGKAR JANJI SOALNYA LAGI SIBUK BELAJAR BUAT SNMPTN❤.
DAN JUGA CERITANYA MAKIN NGGAK JELAS😢
KAMU SEDANG MEMBACA
Ceo Is My Husband
Randommenceritakan tentang seorang ceo muda daniel bara seano adijaya yg meliki sifat dingin,cuek dan tegas,tapi siapa sangka daniel si dingin tersebut jatuh hati pada gadis yg berani memaki dirinya,yang tak lain adalah sekertarisnya sendirinya. Jangan l...