my ceo17

4.3K 154 11
                                    

Sudah sebulan Daniel dan Dinda menikah, tapi mereka tetap saja seperti kucing dan anjing yg setiap hari berdebat. Seperti pagi ini mereka masih sempatnya berdebat padahal mereka sudah terlambat untuk ke kantor. Yah Dinda masih bekerja di perusahaan Daniel, bukan Daniel yang menyuruhnya, sebenarnya Daniel sudah melarangnya untuk berkerja tetapi karna Dinda yang keras kepala jadinya Daniel hanya pasrah.

"Ini tuh gara-gara Bapak, coba nggak kelamaan di kamar mandi, pasti tadi nggak telat," ucap Dinda seraya mendudukkan dirinya di mobil Daniel.

"Kamu nyalahin saya," ucap Daniel dingin.

"Truss saya mau nyalahin siapa lagi hah"

"Kamu itu kenapa sih?" Tanya Daniel.

"Bapak masih nanya? Hellow Pak kita udah telat ke kantornya kali," oceh Dinda.

Daniel yang mendengar perkataan Dinda pun geleng-geleng kepala.

"Lah malah geleng-geleng kepala, emang sinting nih orang," ucap Dinda dibuat kesal dengan respon Daniel.

"Saya nggak gila, cuman kamu aja yang ribet, saya aja yang bos di perusahaan biasa aja kalo telat," ucap Daniel sombong.

"Terserah Bapak aja deh, pusing saya sama Bapak," ucap Dinda pasrah melihat kelakuan suaminya.

"Kalo pusing minum obat, tuh ada di jok belakang," ucap Daniel polos.

"TERSERAH BAPAK AJA, DARAH TINGGI SAYA LAMA-LAMA," teriak Dinda dalam mobil.

Setelah itu Dinda langsung keluar saat sudah sampai di parkiran.

"Ampun deh tuh suara udah kayak toa mesjid aja," batin Daniel.

Setelah itu Daniel langsung masuk keluar dari mobil dan masuk kedalam kantor dengan muka datar.

Karyawan yang ada di jumpai Daniel pun hanya menunduk takut.

****
"Hufftt capek gw dari tadi marah-marah mulu," oceh Dinda seraya keluar dari lift untuk menuju ke ruangannya.

"Pagi Nyonya Adijaya," sapa Sintya dengan nada mengejek, melihat temannya yang sedang mendumel kagak jelas.

"Paan sih Sin, sekali lagi panggil gw nyonya gw gorok lu"

"Yee sewot amat sih Mbak nya, masih pagi juga," ucap Sintya merangkul Dinda.

Yah semenjak Dinda bekerja di perusahaan Daniel, Sintya lah lebih akrab dengan Dinda.

"Au ah kesel gw sama tuh boss lu yang sok kegantengan itu"

"Yailah napa lagi sih lu sama Pak bos?" Tanya Sintya.

"Pokoknya gw sebal, masa gara-gara dia bos disini malah seenaknya pergi siang ke kantor"

"Kan itu kan wajar, gini yah laki lu kan boss disini jadi kalo mau pergi siang atau sore juga nggak ada yang marah kali," ucap Sintya panjang lebar.

"Ahh pokoknya gw kesel sama tuh Kudanil," ucap Dinda menekuk wajahnya.

"Gitu-gitu juga dia laki kali," cibir Sintya melihat sahabatnya yang tidak suka dengan Boss nya tersebut.

"Belain terosss," ucap Dinda berjalan mendahului Sintya yang membela Daniel.

"Pms kali yah? Batin Sintya bertanya pada dirinya sendiri.

Namun setelah itu iya kemudian langsung pergi menyusul Dinda.

****
Baru saja Dinda duduk di kursi kesayangannya. Tiba-tibaa...

"Dindaaa," teriak Sintya masuk kedalam ruangan gw.

"Astafirullah nggak temen nggak suami, sama-sama bikin emosi mulu," batin Dinda kesal.

"Kalo masuk itu ucap salam dulu napa"

"Ehehe maap, soalnya gw buru-buru," ucap Sintya cengengesan.

"Ada apa sih??" Tanya gw to the point, secara kalo nggak langsung to the point bisa-bisa nih anak malah datang ngerumpi dan lupa tujuan utama nya datang kesini.

"Dipanggil ama laki lu tuh"

"Aelah baru juga duduk malah dipanggil lagi," siapa yang nggak kesal coba, bayangin aja baru juga duduk, ehh dipanggil lagi ama tuh oraang.

"Malah ngomel lagi, buruan sana. Mungkin aja Pak Boss pengen ekhem sama lu," ucap Sintya menaik turunkan alisnya.

"Nah loh napa nih anak satu," batin Dinda bergidil ngeri.

"Woyy kok malah bengong, udah buruan sana, Pak Boss nya kangen kali," ucap Sintya membuyarkan ku.

"Kangen apaan sih loh," ucap gw kesal meninggalkan Sintya di ruangannku.

Ribet amat sih tuh orang tinggal nelpon keruangan gw susah amat, nggak tau apa kerjaan gw juga numpuk. Setelah gw sampai di depan ruangannya gw tarik tuh pintu dengan satu tarikan,  trus nyelonong masuk tampa ngucap salam.

Daniel yang sedang sibuk dengan berkasnya pun dibuat kaget ama gw yang tiba-tiba masuk tampa ngucap salam. Tapi yah gw bodo amat sih.

"Kalo masuk itu ngucap salam atau ngetuk pintu dulu," ucap Daniel menatap tajam Dinda.

Dinda yang ditatap pun angkat bicara.

"Jadi saya harus ngulangin lagi gitu?"

"Nggak perlu," ucap Daniel.

"Ngapain Bapak manggil saya," ucap gw to the point.

Sedangkan yang di ajak bicara pun hanya diam dan sibuk dengan berkasnya, seakan pertanyaan Dinda di anggap angin lalu.

Sabar Din,

"Bapak Daniel Bara Seano Adijaya, saya nanya kenapa Bapak suruh saya kesini?!"

"Ehh maaf saya tadi sibuk jadi nggak dengar kamu ngomong"

Wahh nih orang kayaknya ngajak gelud lu Din, pake acara sok sibuk lagi.

"Saya  nggak peduli mau Bapak sibuk atau mati sekalipun saya nggak peduli kali, intinya Bapak nyuruh saya kesini tuh buat apa?" Ucap gw blak-blakan. Bodo amat mau gw dikira istri nggak punya sopan santun kek atau apalah yang penting sekarang itu gw lagi Badmood.

"Pms kali yah dari tadi bawaannya emosi mulu," batin Daniel.

"Pakk woyyy," teriak Dinda kesal.

"Astagaa jantungan gw," batin Daniel kaget.

"Jadwal saya hari ini apa?" Tanya gw cepat daripada kena amukan macan.

"Whatt theee, kenapa Bapak nggak telfon saya aja kalo cuman mau nanyain jadwal," oceh Dinda mencak-mencak.

"Nggak kepikiran saya," jawab Daniel seadanya.

Golok mana golok

"Makanya Pak kalo punya otak itu dipake, jadwal Bapan hari ini tuh Bapak ada meeteng sama klaen dari siangapure jam makan siang di restoran ****," jelas Dinda stengah mencibir Daniel.

"Oh ok, nanti kamu ikut dengan saya," ucap Daniel fokus dengan labtopnya tampa melihat lawan bicaranya.

"Kalo begitu saya permisi dulu,"

Setelah itu Dinda keluar dari ruangan Daniel dengan perasaan kesal.

Jangan lupa vote and coment yah guys 💙💙

Ceo Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang