my ceo 30

3.1K 114 13
                                    

"Aduh kok gw kepala gw pusing yah?" Tanya Dinda pada dirinya sendiri seraya duduk di salah bangku yg tersedia di dekat Dinda.

"Bu Dinda nggak papa?" Tanya karyawan kantor Daniel. Yah pasalnya Dinda sekrang berada di kantor Daniel, Dinda ingin membawakan Daniel makan siang.

"Eh enggak kok, tadi kepala saya sedikit pusing, tapi sekrang udah nggak papa," jelas Dinda ramah pada karyawan tersebut.

"Ibu pusing? Mau di panggilin pak Daniel?"

"Eh ngg-ak usah, saya udah nggak papa kok, lagian juga ruangannya udah deket, jadi nggak usah," tolak Dinda secara halus seraya berdiri. "Kalo gitu saya permisi duluu yah," lanjut Dinda berpamitan pada karyawan tersebut.

"Iya bu'," singkat Karyawan tersebut berlalu.

Tok tok tok

"Masuk," ucap Daniel dengan nada dingin.

"Mas"

"Hey, kamu ngapain kesini?" Tanya Daniel kaget melihat keberadaan Dinda.

"Oh jadi nggak boleh kesini?" Tanya Dinda balik.

"Eh bukan gitu sayang, kan Mas cuman nanya," jelas Daniel.

"Hehe canda Mas, aku kesini tuh buat makan siang sama kamu," jelas Dinda.
"Kamu belum makan kan? Tanya Dinda.

"Aduh perhatiannya istri ku," gemas Daniel seraya mencubi pipi Dinda.

"Ih sakit Mas," kesal Dinda seraya menarik tangan Daniek agar duduk di sofa yg tersedia di ruangan Daniel.

"Maaf sayang," ucap Daniel dengan rasa bersalah.

"Maaf diterima, nah sekrang waktunya makan, soalnya aku udah laper banget tau nggak, aku tuh belum makan dari rumah soalnya lagi pengen makan siang sama Mas di kantor," cerocos Dinda seraya memberikan Daniel sepiring nasi lengkap dengan lauk kepada Daniel.

"Romantisnya istriku," ucap Daniel mengusap kepala Dinda seperti anak kecil.

Sedangkan Dinda hanya diam seraya menyiapkan makanan di atas meja.

"Kayaknya enak nih," ucap Daniel seraya memakan masakan Dinda.

"Siapa dulu dong yg masak," sombong Dinda.

"Iya-iya yg masak itu Nyonya Adinda Putri Fernandes Adijaya"

"Ih namanya kok kepanjangan?"

"Yah nggak tau, kamu tanya aja sama Mama kenapa buat nama sepanjang itu," ucap Daniel tidak habis pikir dengan pikiran istrinya tersebut.

Sedangkan Dinda hanya mengerucutkan bibirnya. Sementara itu Daniel langsung menyantap makanan yg sudah disediakan Dinda dan langsung menyantapnya. Begitupun dengan Dinda.

Di sela-sela Daniel dan Dinda makan siang tiba-tiba Zidan masuk keruangan Daniel dengan membuka pintu secara kasar.

Brakk

"Eh anak ayam," spontan Dinda, pasalnya Dinda sedang santai-santai nta meenikmati makan siang nya tiba-tiba iya di kagetkan dengan suara pintu terbuka dengan keras.

Sedangkan Daniel langsung memberikan air kepada Dinda, pasalnya Daniel melihat Dinda kaget bukan main. Setelah memberikan Dinda air minum Daniel langsung melihat ke arsh pintu untuk melihat siapa  pelaku yg sudah mengagetkan istrinya tersebut.

"Ehehe maap yah Bu, tadi saya buka pintu terlalu keras yah?"

"Nggak kok, tadi itu buka pintu nya sangat pelan, hatusnya tadi tenaga nya di tambah biar pintu nya rusak sekalian," ketus Dinda menatap tajam Zidan.

Zidan yg di tatap pun hanya menggaruk kepalanya yg tidak gatal.

"Ngapain?" Tanya Daniel menatap tajam kearah Zidan, pasalnya Zidan sudah merusak makan siang Daniel.

"Hm, enggak kok tadi cuman mau mampir aja ke ruangan lo, soalnya kerjaan gw udah selesai," jelas Zidan cengengesan.

"Trus?"

"Buju bused lo jadi teman, gitu amat nanya nya," ucap Zidan seraya berjalan menuju sofa kosong dekat Daniel. "Wih ada makanan nih, pasti enak nih," ucap Zidan seraya mengambil ayam goreng yg berada di piring.

Daniel melihatnya pun langsung melotot tajam ke arah Zidan, yg di tatap pun hanya bodo amat seraya menikmati masakan Dinda.

"Ngerusak suasana aja lo," geram Daniel.

"Gw nggak ngerusak, gw cuman nggak mau lo khilaf"

"Gw? Khilaf? Gw udah kali," ucap Daniel seraya menoyor kening Zidan.

"Emang udah nikah?"

"Bodo amat Zidannn," kesal Dinda melempar Zidan dengan tisue.

"Lo berdua tega sama gw, adek tuh nggak bisa di giniin, kaliaaaan jahaaatttt," ucap Zidan mendramatis.

"DRAMA," teriak Daniel dan Dinda bersamaan.

"Kompak yah Bun," goda Zidan.

"Namanya juga suami istri jadi harus kompak dong, emang lo jones," ucap Daniel pedas.

"Lo hina gw, gw itu punya banyak tinggal gw seleksi aja trus gw nikahin," sombong Zidan.

Sedangkan Dinda hanya diam mendengarkan perdebatan antara suaminya dan Zidan.

"Halah pake acara seleksi punya satu kagak ada"

"Gw orgnya nggak suka pamer," ucap Zidan.

"Terserah, bicara sama lo nggak ada faedahnya," kesal Daniel.

"Jangan salah, bicara sama gw itu ada faedahnya tau nggak".

"Faedahnya apaan? yg ada org-org pada tekanan darah tinggi bicara sama lo," balas Daniel.

"Nah itu faedahnya, siapa tau dengan lo bicara sama gw tekanan darah tinggi lo naik, trus lo meninggal, trus Dinda jadi janda tp lo tenang aja gw bakal gantiin lo kok buat jadi suami kedua buat Dinda," ucap Zidan seraya tersenyum manis.

Dinda yg mendengar ucapan Zidan hanya geleng-geleng kepala. Tapi tidak dengan Daniel. Tangan Daniel sudah berada di atas udara, hendak memberi bogeman ke muka Zidan tapi Zidan sudah lebih dulu kabur.

"Dasar Zidan sialan," geram Daniel.

"Udah Mas, Daniel tadi cuman becanda jangan di bawa emosi," nasehat Dinda menenangkan Daniel.

"Dia nyumpahin aku meninggal lo, emang mu mau jadi janda?"

"Yah enggaklah yakali aku jadi janda di umur aku yg masih muda Mas," kesal Dinda.

"Canda sayang," ucap Daniel memeluk erat Dinda.

Huuaaa setelah berapa bulan nggak up soalnya banyak kesibukan akhirnya bisa lanjut lagi buat cerita ini 😢,

Author cuman mau bilang makasih yah buat kalian yg udah mau baca cerita aku, kalian itu penyemangat author, pokokknya kalian the best deh❤

Jangan bosan yah baca cerita ini❤

Ceo Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang