Bab Satu

103 15 11
                                    

Yeorin.

Aku menatap cermin tanpa mengenali diriku sendiri. Rambutku lebih berkilau, dan kulitku hampir bersinar. Riasan dan rambut ku ditata dengan sangat sempurna sehingga kau akan mengira aku memiliki salah satu filter pada diriku yang digunakan orang saat mereka mengambil gambar. 

Jari-jariku menelusuri sutra gaunku. Aku belum pernah merasakan sesuatu yang begitu lembut di kulit ku sebelumnya. Aku sudah selesai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ku pikir sedikit makeover hari ini akan menyedihkan, tapi jujur ​​saja, itu membuat ku merasa cantik. 

"Kau terlihat seperti seorang putri." Aku berbalik dari cermin untuk menghadap nenekku. 

Seorang wanita yang tidak ku kenal ada sampai sebulan yang lalu ketika dia muncul di depan pintu ku memberi tahu bahwa dia adalah keluarga ku. Mata yang mirip mata-ku kembali menatap ku.

Seperti biasa, dia terlihat anggun. Tidak ada yang aneh tentang nenek ku. Dia juga terlihat cukup muda untuk menjadi ibuku dan bukan nenekku. Ku harap aku mewarisi beberapa gen baik itu. 

Berita kedatangannya menyebar seperti api ke seluruh kota kecil tempat aku tinggal dulu, di mana aku dibesarkan. Itu tidak membantu bahwa dia terguling di dalam mobil yang sepertinya berasal dari masa depan. 

Hidup ku berubah dalam sekejap. Aku mulai berpikir dia ibu peri karena aku memang terlihat seperti seorang putri. Aku mulai mengambil langkah ke arahnya tetapi tumitku goyah yang membuatnya tertawa kecil. Aku tidak memiliki keseimbangan yang baik untuk memulai dengan sepatu ber-hak tinggi ini, aku pasti akan jatuh.

“Bisakah kita melihat beberapa sepatu flat untuk Yeorin-ku? Kau bahkan tidak bisa melihat kakinya di gaun itu. Tidak ada yang akan tahu dia tidak memakai sepatu ber-hak. Tapi aku akan memiliki ketenangan pikiran bahwa dia tidak akan melukai dirinya sendiri." 

Aku menghela nafas lega, melangkah keluar dari sepatu. 

"Aku akan mematahkan leherku," aku mengakui. 

Matanya melembut padaku.

Asisten nenek ku, Mina-ssi, bergegas melakukan apa yang dia minta, seolah nenek ku memiliki toko sepatu di dalam rumahnya. 

Aku tidak akan terkejut jika benar ada. Aku sudah tinggal di sini selama satu bulan dan aku tidak yakin bahwa aku bahkan pernah melihat setiap sudut kamar di sini.

"Kau sangat mirip ibuku," kata nenek, mendekat ke arahku. 

Itu adalah sesuatu yang sering dia katakan. Dia meraih tanganku, meremasnya. Dia selalu hangat dan manis denganku. Itu membuatku sangat merindukan ibuku. Setidaknya aku tidak sendirian lagi di dunia ini. 

Ketika aku membuka pintu pada hari dia datang mengetuk, dia berdiri di sana menatap ku selama tiga puluh detik setelah aku bertanya apa yang bisa ku lakukan untuknya. Kemiripan ku dengan ibunya sendiri sangat mengejutkan. 

"Terima kasih. Dia wanita yang cantik." Aku telah melihat foto-fotonya. 

Yang digantung di tempat acak di seluruh perkebunan. Seluruh tempat ini dipenuhi dengan begitu banyak sejarah keluarga yang tidak pernah ku ketahui sebelumnya. Salah satu yang beberapa tidak ingin ku ketahui. 

Aku tidak akan pernah tahu jika nenek tidak mencari-ku. Dia memberi tahu ku bahwa putranya telah terpeleset dalam kenyataan bahwa dia menjadi ayah dari seorang anak dari seorang wanita di Paju. 

Ibuku tidak pernah banyak bercerita tentang ayahku. Hanya saja dia adalah pria yang menjanjikan banyak hal padanya ketika dia masih muda. Mimpinya menjadi penyanyi menginspirasinya untuk pindah ke sana dari kota kecilnya. Dia hanya tinggal di sana beberapa tahun sebelum aku lahir dan dia harus kembali ke rumah.

Make Me a MatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang