Dialog Kembali

79 1 0
                                    

                  Pagi kemarin di awal Desember, aku kaget kalau akhirnya aku bisa melihat kamu, kamu yang sama sekali takkan bisa ku raih, kamu yang telah membuatku tumbuh menjadi gadis yang percaya diri, yang menghilangkan sikap introvert menjadi ambievert bahwa ngga semua hal bisa diceritakan kepada hal khalayak ramai. Kamu, yang menciptakan rasa berani yang tertutup dalam diriku menjadi terbuka. Aku ketemu kamu lagi setelah dua tahun lamanya kita memilih untuk menghentikan segala yang buat kita tumbuh bersama, meyakini diri bahwa kita mampu menjalani hidup sendiri-sendiri, dan berusaha ikhlas dengan takdir yang tidak lagi memihak seperti ekspetasi kita yang terlalu tinggi. Ah, aku rindu kamu. Aku menahan diriku untuk benar-benar tidak menangis. Tidak menyesali keputusan yang aku buat kemarin. Tapi kemarin ketika melihat kamu kembali, rasa ingin ngebacot kembali menyeruak, aku ingin menceritakan banyak hal selama dua tahun tanpa kamu, aku ingin menceritakan teman-teman kantor yang begitu peduli denganku, yang mulai mampu memahami diriku yang absurd seperti halnya kamu, walau terkadang tidak seluwes saat sama kamu.

"Hei wanita abnormal, apa kabar?" kamu menyapaku sambil berteriak membawa junior kamu yang lagi jogging, refleks mereka semua menoleh ke arahku.

"apasih? pernah kenal sebelumnya? berisik banget antum tau ga?"
"dih antum antum gaya amat lu. Miii, mandi sana ileran tuh liat bau amiss lu woi"

deg!, aku terpaku kaget dengan kalimat yang keluar dari bibirnya. "amisslu?", itukan lelucon yang aku ciptain waktu aku rindu banget dengannya dan kita saat itu lagi LDR

Dirinya masih sama seperti tahun-tahun lalu walau pada akhirnya kita harus lost communication selama dua tahun tanpa kabar, tanpa menyapa, terlihat tapi saling berusaha melupa, karena 15 tahun bukanlah jangka waktu yang singkat. Selama itu pula aku mulai menggantungkan harapanku dengannya, karena sebenarnya friendship itu cuma sekedar kedok belaka.

"amisslu too, Sam" gumamku dalam hati sambil melihatnya berlari hingga hilang dari tatapan tempat aku berdiri. Melupa selama dua tahun yang dipaksakan ternyata bukanlah pilihan yang baik, tapi bagaimana caraku untuk ikhlas, untuk menerima bahwa ngga selalu apa yang kita mau itu akan bersahabat dengan realita didepan mata.

Teruntuk Sam, kalau lah aku tahu bahwa itu adalah pertemuan terakhir, aku ngga bakalan meninggikan gengsi dan egoku untuk kita kembali berbicara seperti sahabat, seperti yang dahulu sebelum kita menyadari perasaan satu sama lain. Aku ingin membicarakan banyak hal absurd selama dua tahun ini, sebesar apa usahaku untuk belajar menerima bahwa yang terjadi ini bukanlah mimpi, tapi realita yang harus aku hadapi walau ini beneran sakit yang bukan pertama kali aku rasakan, karena jika boleh meminta Aku harap Allah kasih aku kesempatan dan pilihan aku akan meminta, ngga mengapa jika kau tidak ditakdirkan denganku, yang penting ragamu tetap ada didunia yang sama yang sedang kita pijaki, tapi ternyata Allah lebih menyanyangimu lebih dari aku menyayangimu.

Semoga syurga untukmu, Sam.

Your Little Bee,
Amii~

Barisan SajakWhere stories live. Discover now