16: Pemaksa yang cabul

22 4 30
                                    

Im kombekk....
Bismilah dulu yah biar afdhol 😁
Vote dulu biar berkah..
Komen biar nambah semangat 🤣🤣
Eitss jangan esmoning!

Oke kita mulai aja!

Happy Reading 😚😚

☘☘☘

"Pagi Echa," seru Rido menyisir rambutnya kebelakang.

Echa hanya memandang tanpa minat, sudah tiga hari ini hari-hari nya bertambah suram, jangan tanya kenapa. Tiga makhluk astral yang tiba-tiba menjadi bahan gosipan hangat bagi kaum hawa. Rido, Fadil dan Rifqi mereka selalu membuat kehebohan, belum cukup kah saat pertama kali mereka menginjakan kaki di sekolah ini mereka sudah membuat onar dengan berpose ria dilapangan layaknya model papan atas. Wajah boleh tampan tapi kelakuan gak jauh beda sama orang gila. Dan lagi jangan lupakan manusia iblis yang terkadang bersikap selembut sutra dan terkadang sekeras batu. Raden Angkasa pemuda itu masih mengusili Echa hingga kini.

"Kenapa?"sinis Echa melipat tangannya di depan dada.

"Behh. Ibu negara pagi-pagi uda ngegas belom dapet jatah yah dari bapak negara?" goda Fadil.

Echa melenggang tanpa mau merespon ucapan mereka. Tidak cukup kah Echa harus berberat hati masih berada disekolah ini dan sekarang harus berurusan dengan mereka. Apa kabar dengan masa depannya!

"Ibu negara awas ntar kangen loh sama kita!" teriak Rido sebelum punggung Echa menghilang di dari pandangannya.

Suasana pagi ini cukup bagus, langit terlihat cerah tanpa adanya awan putih. Echa melangkah gontai menuju kelasnya.

"Harus kuat inget Cha demi Ibu," gumam gadis itu mengepalkan kedua tangan menyemangati diri sendiri. Gadis itu melakukan ini hanya demi Ibunya, Raden selalu mengancam akan menghancurkan usaha orang tua Echa jika gadis itu bersikukuh untuk meniggalkan sekolah ini dan kembali ke sekolah lamanya.

Echa itu terus merapalkan kalimat penyemangat untuk dirinya hingga tanpa sadar hampir saja kepalanya membentur jendela yang baru saja terbuka. Echa terkejut saat tangan kekar seseorang melindungi dahinya dari jendela kaca tersebut.

"Kalau jalan tuh liat-liat,"tegurnya dingin kemudian menutup kembali jendela tersebut dengan cukup keras." SIAPA YANG BUKA JENDELA?"ujarnya menggelegar.

Puluhan pasang mata menatap bingung pada Raden mengapa pemuda itu sampai berteriak.

"JAWAB!"

"Lo apaan sih gue ga papa,"cicit Echa merasa risih dengan tatapan siswa lain.

"Bacot lo!" Echa terlonjak, tadi sok sweet sekarang sok garang ni cowok mau apa sih.

"Ikut gue," titah Raden menarik pergelangan tangan Echa membawa gadis itu menjauh, langkahnya cukup lebar sehingga membuat Echa kesulitan menyeimbangi langkah Raden.

"Mau apa sih, pelan-pelan kan bisa." Echa mengerucutkan bibirnya, kesal dengan sikap Raden.

"Elo lambat!" Dengan satu hentakan tubuh Echa sudah dalam gendongan Raden, Echa terpekik mengalungkan tangannya pada leher Raden. Raden membopong tubuh Echa layak nya membawa kapas sangat ringan.

Dasar cebol batin Raden.

"Turunin gue, gue malu," bisik Echa, Raden tak menggubris ucapan gadis itu langkah nya semakin lebar menelusuri koridor kelas. Echa yang merasa malu memilih menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Raden.

Ini badan apa kapas sih ringan amat batin pemuda itu.

"Ciwitt kek penganten aja mas."

"Aelah cewek itu lagi, gak tau malu yah anak baru uda berani deketin Raden!"

Before A go [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang