🍁 DUA 🍁

110 6 46
                                    

Assalamualaikum temen-temen

🍁🍁🍁

"Adel! Ayok bangun ... Udah Subuh!" Teriak Fira dengan suara seraknya. Hari ini Ugy dan kedua sahabatnya berniat untuk pergi ke sebuah tempat.

Adel yang merasa risih, dengan cepat membuka matanya. Adel masih belum banyak bergerak dengan tubuh yang masih terbaring.

"Ayok Adel, kok malah ngelamun, sih." Ucap Ugy terkekeh, melihat ekspresi Adel yang masih dalam mode polos-polosnya.

"Nyawanya belum pada ngumpul, palingan lagi berkeliaran di alam sana." Tutur Fira yang sudah siap dengan mukenah pink miliknya. Adel hanya mengangguk-angguk patuh.

"Adel bangun gak!" Tegas Ugy. Adel dengan cepat berlari ke kamar mandi, walaupun masih dalam mode ngantuk.
Ugy memang selalu begini, akan bersikap dewasa saat berurusan dengan Adel. Yap, Adel pun begitu, dia akan takut saat Ugy dalam mode ngamuk-ngamuk nya.

Selesai melaksanakan sholat subuh, mereka menyempatkan diri untuk membaca Al Qur'an terlebih dahulu. Karena, memang sudah kebiasaan bagi mereka, untuk membaca ayat suci Alquran tersebut setiap pagi.

***

Pagi ini matahari bersinar terang. Setiap orang mulai mengawali pagi mereka dengan kegiatan yang bermanfaat. Ada yang bersepeda, joging dan lainnya.

Hari ini Ugy, Fira dan Adel sudah siap dengan pakaian indahnya. Mereka berjalan melewati lorong-lorong menuju rumah bunda Maria. Bunda Maria, adalah ibu kos dari mereka bertiga. Mereka sudah menganggap bunda Maria sebagai ibu kandung, tapi tak sebaliknya.

Tok

Tok

Tok

"Bun," pintu terbuka, memperlihatkan seorang wanita paruh baya dengan rambut tergerai, tak lupa baju yang sedikit memperlihatkan pahanya.

"Apa?" Ketus Maria, selaku ibu kos dari mereka bertiga. Adel dan Fira memilih untuk diam di tempat, biar kan lah Lugy yang berpamitan. Toh, memang selalu begini, Maria sangat-sangat benci terhadap mereka bertiga. Karena itulah, hanya lugy yang mempunyai sikap sabar untuk menghadapi Maria.

"Kita mau berangkat dulu." Pamit Lugy. Maria tersenyum angkuh dengan tangan yang terlipat di dadanya.

"Mau pergi kemana? Kerja? Ck, udah 6 bulan kalian di sini, alasannya cari kerja ... Mulu. Udah uang kos bayarnya lambat terus," ucap Maria dengan ketus. Lagi-lagi telinga Lugy, Adel dan Fira harus menerima cacian dari ibu kosnya itu.

Mereka hanya menunduk, toh kalau pun melawan mereka tidak ada niat. Adel dan Fira masih sibuk dengan dunianya. Sedangkan Lugy hanya diam, sedikit tersenyum.

"Udah sana pergi. Saya do'a in semoga cepet dapet pekerjaan, ngapain lama-lama di daerah orang, kalau ga ada penghasilan." Ketus Maria dan langsung menutup pintunya dengan kencang. Lugy hanya bisa sabar dengan sikap orang terhadap nya.

Lugy langsung menghampiri Adel dan Fira. Fira menatap Lugy datar sembari memakan permen tangkai miliknya.

"Apa kata nenek lampir tuh gy?" Tanya Adel sambil memperbaiki hujannya, yang sempat berantakan.

"Kayak biasa, tapi ya udahalah." Ucap Lugy.

"Apa aku bilang gy, kita ga usah pamitan sama nenek-nenek peyot itu. Yang ada kita bakalan di rendah-rendahin Mulu." Ucap Fira tak peduli mau di dengar atau tidak.

"Ya juga, sih. Tapi, ugy tu ga nyaman aja kalau ga pamitan." Ucap Lugy merasa tidak nyaman.

"Ya udah, mendingan sekarang kita langsung berangkat aja. Mudah-mudahan hari ini kita diterima kerja." Ucap Adel dengan semangat 45. Lugy dan Fira mengangguk patuh, mengiyakan ucapan Adel.

Rintikan harapan [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang