🍁[TIGA]🍁

87 7 30
                                    

Assalamualaikum
Bismillahirrahmanirrahim

Oke langsung aja.

Pagi ini Lugy, Adel dan Fira sudah siap dengan pakaian nya. Karena mereka akan melakukan wawancara, dan harapan mereka hanya satu, semoga mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang selama ini menjadi tujuan mereka berada di daerah orang.

"Nih angkot mana, sih? Udah di tungguin juga," kesal Fira melihat sekeliling. Sudah cukup lama mereka menunggu kendaraan beroda empat, tapi tidak ada satupun angkot yang lewat.

"Iya tuh, tiba aja kita ga butuh angkot, pasti seenak jidatnya aja lewat. Coba kita lagi kepepet, dianya malah ngilang." Dumel Adel sambil memakan permen tangkai kesukaan nya.

"Kita tunggu aja, sapa tau lagi pada sarapan." Ucap Lugy berusaha sabar. Fira tak menggubris ucapan Lugy, dia masih sibuk mondar-mandir, menunggu kendaraan roda empat tersebut.

"Ya ga bisa gitu dong, gy. Udah setengah jam kita nunggu lho. masak ga ada yang nongol? Mana udah keringatan lagi " ucap Adel, masih setia dengan wajah kusutnya.

"Bener tuh, pasti nanti kita telat. Abang-abang angkot nya lelet banget, sih. Mana kita tadi di omelin lagi, sama nenek-nenek peyot," tutur Fira mengembuskan napas kasar.

Lugy hanya diam, tak tahu harus menjawab apa. Toh, kalau pun dia menjawab, yang ada malah capek. Satu jam mereka menunggu, akhinya yang di tunggu-tunggu datang.

"Mang, kok tadi lama banget, sih?" Tanya Fira memasuki angkot berwarna putih tersebut. Lugy dan Adel hanya menjadi pendengar setia.

"Hehe, maaf neng. Tadi ada kecelakaan motor sama mobil. Ya mau gimana lagi, mau ga mau mamang harus anterin dulu ke rumah sakit." Ucap pria paruh baya itu, yang setia menduduki kursi sopirnya itu.

"Lah, gimana ceritanya, mang? Parah gak? Orangnya gimana? Cewek apa cowok? Ibuk-ibuk apa bapak-bapak? Anak-anak atau remaja? Trus di rumah sakit mana?" Tanya Adel beruntun, membuat pria itu bingung. Bukan pria itu saja, Lugy dan Fira pun ikut bingung dengan semua pertanyaan yang keluar dari mulut Adel.

"Itu pertanyaan apa rel kereta? Kok Ugy jadi bingung?" Tanya Lugy menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Tau tuh, si Adel. Kalau mau nanya itu satu-satu, napa? Pusing yang ada si mamang jawabnya." Ketus Fira menatap Adel datar.

"Ya kan Adel perhatian orangnya, jadi harus banyak tanya. Kalau pun Adel tanya nya satu-satu, mulut Adel ga kuat buat ngomong." Ucap Adel dengan senyum yang merekah.

"Heleh, palingan cuman kepo. Adel kan orangnya suka kepo sama masalah orang lain." Ucap Lugy mengingat kejadian, di mana mereka semua harus terjebak gibah, karna Adel yang terlalu kepo dengan urusan orang lain.

"Bener tuh, anak kucing aja sampai di gibahin sama si Adel." Tuduh Fira.

"Ih, kapan Adel gibahin kuceng? Adel cuman bilang, kuceng Adel si titit suka pup sembarangan, jadi harus Adel yang bersihin. Mana pup nya bauk lagi. Nah satu lagi, kuceng Adel itu ga gatel kayak kuceng nya si Nopi. Kucingnya si Nopi gatel banget, masak setiap keluar rumah, tau-tau udah bunting. Mana ga tau lagi siapa yang bikin bunting." Ucap Adel sambil meminum air putih nya.

"Tuh kan, apa Fira bilang. Adel tuh, orangnya suka gibah, hati-hati gy. Ntar kita ketular virus gibahnya si Adel lagi." Ucap Fira menggeser posisi duduknya ke arah Lugy.

"Mana ada! Kan tadi Adel cuman jelasin, bukan gibahin! Fira ga paham karna masih kecil, ini urusan orang dewasa. Anak di bawah umur ga boleh ikut campur." Ucap Adel, merasa paling dewasa.

"Heleh, sok dewasa! Bangun aja masih telat, gimana mau jadi dewasa." Timpal Lugy mengucapkan yang sebenarnya.

"Telat bangun itu, bukan hambatan buat Adel jadi dewasa. Dewasa itu di lihat dari cara bicaranya dan cara bersikap, betul ga mang?" Tanya Adel kepada mamang angkot, yang setia mengendarai angkotnya.

Rintikan harapan [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang