Niki Pov
Ada hal yang paling kusukai di dunia ini, itu adalah sup ikan pedas buatan eomma. Pelukan hangat eomma di musim dingin juga sangat menenangkan.
Aku juga menyukai musim semi, di mana bunga-bunga bermekaran, aroma hutan menenangkan dan angin musim semi berhembus sejuk.
Tapi langit tak pernah berpihak padaku. Sejak appa memutuskan untuk meninggalkan aku dan eomma dan lebih memilih pergi bersama wanita lain, sejak saat itu langit di atasku segelap malam kelam.
Sampai kemudian eomma mendaftarkanku ke sebuah JHS, di sana aku bertemu mereka. Teman-teman yang awalnya hanya sekadar berteman biasa saja, namun seiring waktu berlalu, mereka, Alec Han, Kim Joon, Park Hwang, Choi Jisoo dan Jay Im ternyata adalah teman baik dan tersolid yang pernah kumiliki.
Aku ingat Hwang dan Jisoo selalu setia menemaniku dalam hal apa pun. Sejak JHS pun sudah terlihat jika persahabatan kami terbagi menjadi dua kelompok. Jika Alec, Joon dan Jay terlihat lebih dominan, dengan ukuran tubuh yang lebih besar dan hobby nyaris sama, yakni bela diri dan bermain basket, maka aku, Jisoo dan Hwang, kami bahkan seperti hanya menjadi suporter bagi mereka bertiga saja.
Sejak awal aku sudah melihat ketertarikan Alec pada Jisoo. Dapat kulihat bagaimana cara ia memperlakukan Jisoo yang sedikit lebih berbeda, bagaimana cara ia menatapnya. Aku tahu itu bahkan sejak kami masih bocah JHS.
Saat itu pula perasaanku pada Jay mulai tumbuh. Entah bagaimana awalnya, yang kutahu secara perlahan aku merasa sangat senang jika berada di ruangan yang sama dengannya. Aku merasa senang ketika ia berbicara denganku. Aku merasa nyaman ketika ia berada di sisiku. Aku merasa teramat bahagia ketika bisa menatap wajahnya.
Tapi kenyataan pahitnya, Jay ternyata menyukai Jisoo. Alangkah beruntungnya Jisoo disukai oleh kedua sahabat kami secara bersamaan.
Sejak hari itu aku mulai menatap persahabatan kami dengan cara yang berbeda.
Bukan, bukan sikapku yang berbeda. Aku masih Niki yang sama. Terlalu lihai bersandiwara di depan eomma tentang aku yang selama ini baik-baik saja atas perceraian kedua orang tuaku membuatku teramat gampang menutupi semua perasaanku dan kesakitanku dari mereka semua.
Sejak hari itu, setiap Jay berdekatan dengan Jisoo, satu mata luka terbuka di hatiku.
Setiap Jay menatap Jisoo dalam diam, satu mata pisau mengiris dadaku.
Setiap Jay memperlakukan Jisoo dengan berbeda, aku terluka.
Setiap Jay menatap biasa padaku, setiap Jay mengabaikan semua perhatianku dan seakan hanya menganggapku sekadar kebetulan kenal, setiap itu pula langitku bertambah gelap.
Aku hanya bisa diam-diam menata kepingan hatiku yang pecah berantakan.
Aku hanya bisa diam-diam meratapi kesialan hidupku.
Aku tidak ingin menghancurkan hidupku sesungguhnya. Meski aku terluka berkali-kali akibat kebodohanku sendiri, aku tetap tak ingin menyerah.
Ya, luka itu aku sendiri yang menciptakan. Aku sendiri yang memaksa mencintai Jay padahal dia sama sekali tidak mencintaiku.
Berkali-kali aku merasa jatuh. Berkali-kali aku merasa terhempas dan hancur.
Berkali-kali aku ingin mati saja!
Tapi tidak! Aku tidak akan mati semudah itu karena cinta. Aku tetap ingin berjuang untuk cintaku. Sampai dia sendiri yang mengatakan menolakku, baru aku memikirkan untuk mundur.
Aku tidak ingin melukai hati eomma. Betapa susah payahnya eomma berjuang untukku, sejak aku kecil sampai sekarang aku duduk di bangku kuliah, adalah hasil kerja keras eomma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Dark Sky✔
Ficción General[Tamat] Kata orang, cinta bisa merusak persahabatan! lalu bagaimana jika enam sahabat saling mencintai satu sama lain? sebagian bersatu dengan orang yang dicintainya, sebagian lainnya justru harus merasakan pahitnya bertepuk sebelah tangan. Niki Lee...