Maaf ya Feb, mungkin aku agak telat ke Café. Kalau bukan karena soal matematika ini, mungkin aku sudah ada di Café dan melanjutkan teoriku dengan Feby.
Seseorang, siapa saja! Tolong jawab soal ini!
{(1/2! + 1/3! - 1/4!) : (1/2! - 1/3! + 1/4!)} : {(3! + 4!) : 5! - 4!)} = ?
Aku udah gak perduli lagi dengan soal itu, lebih baik bergegas ke Café.
…
“Maaf sudah buat kamu nunggu.”
“Oh, it’s fine.”
Akhirnya aku mulai berdiskusi lagi tentang hal yang tadi aku bahas dikelasnya Feby.
“Aku baru dapat info dari temanku Ni Kadek, ayahnya salah satu yang menyelidiki kasus ini. Katanya, pembunuhan ini akan terjadi sekitar antara 28 menit lagi, 28 jam lagi atau bisa jadi 28 hari lagi.”
“Tau dari mana? kamu kira ramalan?”
“Coba lihat kertas ini. Ini hitungan yang tadi aku bilang.”
1) 15.7 – 7.15 – 14 =
5.7 – 35.5 – 14 = - 43.8
2) 7.15 – 15.7 – 14 =
35.5 – 5.7 – 14 = 15.8
Aku menjelaskan bahwa di tubuh korban nomor 2 terdapat angka 7.15 – 15.7 – 14. Jika menggunakan perkalian gelap, korban pertama menghasilkan angka - 43.8, sedangkan korban ke 2 menghasilkan angka 15.8.
Aku mendengar ucapan beberapa polisi yang tadi berbicara dengan kepala sekolah, karena pada saat itu kepala sekolah sedang mengajar di kelasku.
Korban pertama mengarah ke kiri sejauh 43.8 derajat dari utara, melawan arah jarum jam. Korban kedua mengarah ke kanan sejauh 15.8 dari utara, mengikuti arah jarum jam. Yang aku ketahui, apabila mengarah berlawanan jarum jam, maka ditulis (-) sedangkan apabila mengikuti jarum jam ditulis (+).
“I-ini serius?” Tanya Feby dengan tatapan sedikit kaget.
“Tentu saja benar. Apabila arah korban pertama dijumlah dengan arah korban kedua menghasilkan angka 28.”
“Tapi, 28 menit itu sudah tidak mungkin bukan?”
“Tentu saja, kemungkinan besar 28 jam setelah pukul 7 lebih 15 akan ada korban lagi.”
“Kamu serius? 28 jam lagin dari korban kedua adalah esok hari pukul 11 lebih 15. Dan saat itu, kelasku akan ada pelajaran olahraga. Lalu…”
“Terus apa?”
“Guru olahraga tadi masuk ke kelas ku saat pelajaran Pak Nomi. Katanya, besok bebas.”
“Saran ku kau harus berhati – hati besok.”
“Jadi kau akan berpikir salah satu dari kelas ku yang akan menjadi korban selanjutnya?” aku bisa melihat Feby seperti orang yang ketakutan.
“Bukan seperti itu. Kita kan harus waspada.”
“Oh iya, saat Pak Nomi mengajar kelas ku. Dia membahas soal matematika yang kau ceritakan 14 tahun yang lalu.”
“Kau serius?”
“Iya, dan hanya satu murid yang bisa menjawab soal itu.”
“Siapa?”
Feby bilang kalau dia lupa siapa nama murid yang menjawab soal itu. Bukankah ada kemungkinan Pak Nomi mengetahui masalah 14 tahun yang lalu?
Berjam – jam aku menghabiskan waktu dengan Feby di Café, dan akhirnya kami sama – sama berpamitan pulang. Ku berharap Feby bisa mengingat hal penting yang aku sampaikan sebelum kami pulang.
tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Murder la 1: Terror in Mathematics [completed]
HorrorPernah melihat pembunuhan? Pasti pernah! Bayangkan jika itu terjadi disekolah anda! Bayangkan jika anda yang membunuhnya! Bayangkan jika anda mampu mengungkap kode rahasia di setiap pembunuhan menggunakan hal yang dibenci oleh para pelajar! MATEM...