Menunggunya Meski Itu Sangat Lama

202 21 6
                                    

Author: Strw_berry



Aku selalu berharap bisa lebih dari sebatas teman. Terlebih ketika detik-detik kelulusan SMP dia berkata akan mengajakku berkencan setelah kami lulus.

Waktu itu di taman sekolah, kami duduk bersisian di kursi panjang kayu yang ada di sana.

"Aira, aku suka kamu." Aku yang mendengar itu terkejut bukan main, jantungku berdebar ketika Erga menatap mataku.

"Tapi kita masih terlalu kecil untuk menjalin hubungan sepasang kekasih," ujarnya saat itu. Aku menunduk, menyembunyikan wajahku yang terasa panas. Saat itu aku senang bukan main, karena perasaanku terbalaskan. Aku memang sudah lama menyukai Erga, entah itu dari kapan.

Waktu berlalu aku berhasil melewati masa-masa indah di sekolah menengah pertama. Lulus dengan hasil memuaskan dan masuk ke SMA yang sama dengan Erga. Kami kembali satu sekolah.

Sampai detik itu dia tak kunjung menyatakan perasaannya lagi. Aku masih menunggu dan terus menunggu. Bahkan sampai detik ini aku masih menyukai lelaki itu, lelaki bernama Zergaf Athala yang biasa aku panggil Erga.

Dahulu ketika aku masih kelas sepuluh ada teman sekelas yang menghampiri aku yang berdiam diri di kursi tempatku duduk. Dia Laskar.

Aku dan teman sebangkuku sontak menatap Laskar yang berdiri di samping mejaku. Mataku beralih melihat Erga yang kebetulan berada di dalam kelasku. Lelaki itu baru saja pergi dari mejaku dan langsung menghampiri Pandu--teman sekelasku dan Erga ketika kami masih duduk di kursi SMP kelas sembilan.

Kulihat Erga yang baru saja duduk di samping Pandu tiba-tiba berdiri lagi dan menatap ke arah kami. Dia memandang ke arahku Laskar. Aku langsung menatap kembali Laskar yang berdehem lalu memanggil Namaku. "Aira."

"Iya, ada apa Las?" tanyaku kepada Laskar yang berdiri dengan kikuk, tak seperti biasanya dia seperti itu. Laskar itu ketua kelas, dia dikenal karena sifatnya yang tegas, maka dari itu wali kelasku ketika kelas sepuluh memilihnya untuk jadi Ketua kelas.

"Nanti setelah pulang sekolah sibuk gak?" tanya Laskar. Setelah bertanya dia mengusap tengkuk belakangnya sambil menunggu jawaban dariku.

"Nggak tau juga nih, kenapa memangnya?"

Lelaki itu kulihat membasahi bibirnya sebelum akhirnya berbicara, "Aku mau mengajakmu ke toko buku."

"Lihat nanti Las aku free apa nggak."

"Oke deh kalau gitu." Aku menganggukan kepala, setelah itu dia pergi dari hadapanku, dan tidak lama Erga datang secara tiba-tiba lalu duduk di kursi kosong yang berada di depanku.

Erga menggebrak meja. Aku yang diam dan Rena yang tengah mewarnai kukunya di sampingku terkejut. Rena berdecak karena pewarna yang seharusnya dia pakai di kuku malah melenceng kemana mana. "Erga sialan! Dateng-dateng gebrak meja, rusuh banget."

"Diem kamu," ucap Erga yang membuat Rena semakin emosi, Rena menarik rambut Erga hingga membuat lelaki itu mengaduh.

"Ah apaan sih kamu, sakit tau gak?" sambung Erga ketika Rena melepaskan rambutnya.

"Bodo Amat," ucap Rena langsung berdiri dan pergi meninggalkan kami berdua.

Erga menatapku. "Kok kamu mau sih duduk sebangku sama nenek lampir?" tanya Erga yang membuatku terkekeh kecil. Nenek lampir yang dimaksud Erga itu Rena.

"Rena orangnya seru, jadi aku betah duduk sama dia."

"Terserah deh. Oh iya, kamu jangan mau pergi sama cowok tadi, dia itu kayaknya mau modus sama kamu. Mending jangan deh," ucap Erga yang terlihat sangat serius sambil menatap Laskar yang duduk di pojok kelas tertawa bersama teman sekelasku yang lain.

Bangchin 2021( ONS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang