Chapter || 08 Praspa

108 5 2
                                    

4 tahun berlalu perjalanan panjang telah kami lewati dengan suka-duka. Perjalanan meniti karir sebagai seorang Perwira TNI AD sudah sampai pada batas akhir tiba saatnya untuk mulai mengabdi pada negara.

Tugas sudah menanti kami karena setelah ini kami akan langsung ditempatkan di seluruh daerah Indonesia sesuai dengan korps masing-masing.

Hari ini aku, Aisyarah Titania Al-Malik resmi dilantik menjadi seorang KOWAD (Korps Wanita Angkatan Darat) di istana merdeka. Alhamdulillah, rasa Syukur selalu aku ucapkan kepada Allah yang telah menjawab segala do'a-do'a ku.

Air mata saling bercucuran membasahi pipi taruna-taruni dari keempat matra saling beradu menggambarkan kebahagiaan. Setelah perjalanan panjang yang aku lalui, inilah aku sekarang seorang perempuan yang memiliki mimpi yang tidak biasa. Aku bangga dengan diriku dan perjuanganku. Orang tua, kerabat teman-teman pun banyak yang memberi selamat padaku termasuk laki-laki yang berdiri di samping kedua orangtuaku.

Orang yang dulu begitu membenci cita-citaku sekaligus pernah menjadi alasan kenapa aku bahagia. Tapi itu dulu sebelum akhirnya hubungan kami berakhir. Empat tahun lalu kami masih sering bertemu dia terlihat baik-baik saja tanpa aku dan aku masih dengan luka yang begitu perih. Karenanya aku berusaha lebih keras lagi untuk bisa membuktikan bahwa aku mampu untuk melupakannya dan meraih mimpiku.

"Selamat ya, kamu hebat." Ucapnya tegas. Dan aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Rasanya sudah tidak seperti dulu bahkan detak jantungku pun masih bekerja dengan normal.

"Aku gak percaya kamu akan se nekad ini." Ucapnya lagi.

"Yah, inilah saya sekarang."

Laki-laki bernama Aldi itu tersenyum ke arahku.

"Kamu masih seperti dulu, masih terasa hangat. Apa masih ada kesempatan untuk aku kembali?" Ucapnya lagi mulai membahas masalalu kami.

Orang tuaku yang peka dengan pembicaraan kami mereka lalu pergi menjauh dari tempat kami. Membiarkan kami menyelesaikan ini berdua saja.

"Dulu kamu bilang orang tuamu tidak suka perempuan yang berprofesi seperti laki-laki." Ucapku mengulang perkataan Aldi empat tahun yang lalu.

"Itu dulu, sekarang aku akan berusaha menyakinkan mereka lagi." Ucapnya dengan tatapan memohon.

"Kalau dulu tidak, ya berarti sekarang juga tidak. Maaf kamu gak perlu repot-repot untuk itu Aldi," Ucapku tegas.

Terlihat kekecewaan yang sangat jelas dari sorot matanya. Namun aku tidak ingin masuk kedalam lubang yang sama untuk kedua kali. Aku tetap pada pendirian ku.

"Aku masih mencintai kamu Sarah," suaranya terdengar parau.

Aku menggeleng cepat.

"Kita sudah berakhir empat tahun lalu. Dan saya sudah memiliki kekasih baru." Aku menarik asal laki-laki berpakaian dinas khas angkatan udara yang berada di sekitarku. Terlihat sekali wajah kebingungan dari laki-laki asing itu.

"Ini dia, dan sebentar lagi kami akan bertunangan." Ucapku asal dan laki-laki yang ku tarik tadi menatap tajam kearah ku seolah meminta penjelasan. Aku pun menyadari apa yang baru saja aku ucapkan. Biarlah nanti kalau Aldi sudah pergi baru ku jelaskan padanya.

"Benar yang dikatakan oleh Sarah?" Aldi menatap laki-laki disamping ku.

Laki-laki itu mengangguk tegas.

"Dan saya tidak akan membiarkan siapapun merebut dia dari saya." Ucap laki-laki berseragam biru itu.

"Oke, selamat ya untuk kalian berdua tapi bukankah masih ada kesempatan sebelum janur kuning melengkung?. Aku pamit Assalamualaikum." Aldi tersenyum sinis kemudian pergi meninggalkan kami berdua disini.

"Dan satu lagi." Aldi berbalik arah  "Aku akan tetap memperjuangkan mu. Sampai kamu kembali lagi kepadaku." Ucapnya lagi sebelum benar-benar menjauh dari kami.

"Idih gila beneran tuh si Aldi." Ucap Sabrina yang entah dari kapan sudah berada dibelakang aku dan laki-laki yang ku tarik tadi.

"Gue bisa tebak dia itu nyesel lihat lo sukses seperti ini. Dasar buaya darat." Ocehnya semakin menjadi.

"Udah lah Brin, tenang aja dia gak bakalan ganggu gue lagi kok." Ucapku menenangkan Sabrina.

"Ini itu harusnya jadi hari bahagia lo. Lagian siapa sih yang ngundang dia kesini." Sabrina bertanya-tanya.

"Ekhem." Laki-laki tadi berdehem mengalihkan perhatian kami.

"Eh iya maaf ya mas Gibran saya menarik anda secara paksa tadi." Ucapku mengeja nama yang tertera di dada kanan seragamnya.

Sabrina menyenggol tanganku. Meminta penjelasan.

"Iya gak apa-apa mba. Tadi itu mantan pacarnya ya?" Tanya nya. Aku hanya mengangguk.

"Bukan mantan tapi musuh." Ucap Sabrina. Aku mencubit lengannya yang tertutup baju pdu itu.

"Sekali lagi terimakasih ya mas sudah membantu saya." Ucapku. Ia hanya mengangguk.

"Mas nya ini yang waktu seleksi pusat telat bukan?" Sabrina menebak-nebak.

"Eumm. Maaf mas teman saya memang kadang suka seperti ini sok tahu." Kataku.

"Enggak. Temanmu benar saya waktu itu pernah telat pada saat seleksi pusat dan saya hampir kehabisan kuota." Ucap laki-laki bername tag M. Gibran Atmadilaga itu.

"Tuh kan gue gak salah." Sabrina bersorak.

"Saya kira kalian masuk AL atau AU ternyata masuk AD toh."

"Hebat yah?" Sabrina membanggakan diri.

"Iyah, padahal biasanya perempuan lebih minat ke AU atau AL."

"Jelas beda dengan kami mas, kami ditakdirkan untuk menjadi perempuan yang tidak biasa." Cerocos Sabrina.

"Oh iya Selamat ya untuk kalian berdua. Selamat berdinas semoga tempatnya diberi kenyamanan." Gibran memberi selamat pada kami.

"Selamat juga yah untuk mas Gibran. Ngomong-ngomong ambil kecabangan apa mas?" Tanyaku penasaran.

"Paskhas." Ucapnya singkat.

Aku dan Sabrina di buat melotot kearahnya. Sebab Korps paskhas termasuk pasukan elite dari TNI AU semacam kopassus di TNI AD.

"Kenapa ada yang salah?"

"Eh-em enggak mas. Hebat bisa menjadi anggota di pasukan elite TNI." Ucap Sabrina sementara aku masih dengan kekagumanku.

"Ya sudah kalau begitu saya izin pamit menemui orang tua. Assalamualaikum." Ucapnya.

"Waalaikumsalam." Sepeninggalan Gibran kami masih berada di tempat.

"Sar, keren juga tuh cowok bisa masuk paskhas lu bayangin aja paskhas itu pasukan elite berarti dia punya kemampuan yang hebat dong. Wah beneran kagum gue sama dia." Sabrina tak berhenti memujinya.

"Bisa diem gak Brin,di AD juga ada yang jadi pasukan elite contohnya tuh si Dias. Kenapa lo gak kagum sama dia?" Ucapku.

"Izh lo mah dikit-dikit Dias, gue gak suka ah." Air muka Sabrina berubah masam.

Dias, adalah teman satu perjuangan kami di Akademi militer. Dan juga orang yang menyukai Sabrina dari awal pendidikan. Namun Sabrina terlihat tidak membalas perasaannya hingga sekarang. Padahal jika dilihat-lihat mereka memiliki kecocokan. Begitulah Sabrina tidak suka bermain cinta karena dirinya takut dengan patah hati seperti yang sudah pernah aku rasakan. Dia selalu menjaga hatinya berbeda sekali denganku.

__________

Dahlah capek segitu aja kali gak usah dilanjut gak ada referensi lagi.

Tapi sayang aku pengin ending yang happy tapi keburu males:(

Ini Aku, dan MimpikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang