Chapter || 02 Binsik Bersama

99 7 5
                                    

Ini hari minggu kebetulan sekali pagi ini langit begitu cerah aku bangun lebih awal untuk persiapan binsik bersama Sabrina namun tiba-tiba dia membatalkannya begitu saja dengan alasan malas. Sejak kemarin dia terlihat lebih dingin kepadaku mungkin ini ada hubungannya dengan Aldi.

"Huh. Sabrina sebenarnya lo itu kenapa sih" aku menghela nafas sambil bermonolog.

"Aisyah ditungguin temennya tuh didepan." Ucap ibu dari bawah. Aku bertanya-tanya siapa yang datang sepagi ini kecuali Sabrina sedangkan dia sudah bilang tidak jadi binsik hari ini. Aku berjalan menuruni tangga dan menuju keluar.

"Loh Aldi, ngapain kamu disini pagi-pagi." Aku terkejut saat Aldi sudah berdiri didepan rumahku dengan setelan training.

"Mau temenin kamu binsik." Ucapnya.

Aku terdiam sejenak.

"Serius ?" Aku memastikan.

Aldi hanya mengangguk dua kali.

"Kok tumben?" Tanyaku lagi.

"Lagi free aja emang gak boleh ya?"

Aku mengangguk paham.

"Okey. Ayo berangkat. Kita binsik di stadion aja." Ucapku.

Aldi mengangguk. Dan kami mulai berlari santai dari halaman rumahku.

Setelah sampai di stadion kami beristirahat sejenak. Terlihat Aldi sangat kewalahan nafasnya sangat tidak beraturan.

"Kamu jarang olahraga ya?" Ucapku.

"Nih minum dulu." Aku menyodorkan botol air mineral.

Aldi meneguknya hingga tandas. Setelah itu baru nafasnya terlihat mulai normal.

"Kamu yakin mau jadi kowad? Latihannya aja udah sekeras ini. Gimana pas seleksi."

"Huh, semuanya itu butuh perjuangan. Kalau aku mau berhasil ya harus menikmati masa-masa pahitnya dulu."

"Tapi ini terlalu keras buat perempuan Sarah, kenapa kamu gak coba jadi pengajar aja seperti keluargamu. Guru juga bisa jadi PNS loh."

Aku tersenyum getir.

"Aku ingin profesi yang berbeda dari keluargaku."

"Kenapa gak dokter, kenapa gak psikolog, kenapa gak pengacara, kenapa gak-"

"Karena aku maunya jadi TNI." Aku memotong ucapannya.

"Sarah. Please dengerin aku kali ini aja. Kamu gak mau berjuang bersama aku? Berjuang menjadi tenaga medis dan membantu orang banyak?" Ucapnya dengan nada memohon.

"Enggak. Sekarang gini aku berjuang untuk mimpiku kamu pun juga begitu yang terpenting kita tetap satu tujuan." Tegas ku.

Aldi mengusap kepalanya.

"Oke lah. Kalau itu mau mu."

"Udah yuk lanjut." Aku mengajaknya untuk berlari lagi mengitari stadion.

"Kamu aja, aku tunggu disini." Aldi menyerah.

"Cemen kamu." Aku menjulurkan lidah kemudian berlari menjauh dari Aldi.

*

Sore ini aku pergi menemui Sabrina untuk latihan fisik bersama coach Indra. Aku berjalan ke rumah Sabrina namun sayangnya dia sudah berangkat lebih dulu menemui coach Indra. Terpaksa aku berjalan sendiri menuju stadion dengan langkah gontai akhirnya sosok Sabrina tertangkap oleh indera penglihatan ku.

"Brin!!" Teriakku dari jauh. Sabrina menoleh dan melambai kepadaku.

"Sarah, buruan kesini."ucapnya.

Aku berlari kencang mendekati Sabrina.

Ini Aku, dan MimpikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang