Chapter || 06 Seleksi Akademi Militer

87 5 1
                                    

Seleksi Akademi Militer akan dibuka 3 hari lagi aku dan Sabrina mulai mengurus berkas dan memperbanyak latihan agar mendapatkan nilai yang baik. Tiga hari ini kami gunakan untuk membina fisik lebih keras lagi mimpi kita sudah didepan mata tinggal selangkah lagi untuk menuju Akademi impian.

"Semoga nilai kita gak ada pengurangan ya waktu seleksi." Ucap Sabrina berharap.

"Aamiin. Berdo'a aja Brin semoga kita mendapat yang terbaik."

*

Tiga hari kemudian aku dan Sabrina mulai mengurus administrasi dengan melalui berbagai tahapan yang pertama dari tingkat Kodim, Korem ,Kodam yang berada di daerah tempat tinggal kami. Berbagai tes kami lakukan Alhamdulillah kami diberi kemudahan untuk itu. Tinggal menunggu hari-hari untuk tes selanjutnya yang paling kami takuti adalah di bagian tes kesehatan karena konon ceritanya banyak sekali yang gugur dalam tahapan tes ini. Setelah itu ada lagi tes psikologi tes akademik dan masih banyak lagi yang harus kami lalui hingga sampai di pemantauan terakhir. Kami berjuang bersama ratusan siswa lainnya dan mereka banyak yang sudah gugur dalam tahapan tes kesehatan pertama. Sayang sekali mimpi mereka harus tertunda tahun ini. Semoga kalian yang gugur dalam seleksi tahun depan bisa mengulang dengan predikat nilai yang baik.

Setelah memakan waktu kurang lebih dua bulan lamanya. Akhirnya kami sampai juga pada seleksi tingkat pusat. Pertama kita akan menuju Akademi Militer Magelang setelah tiba di sana dilakukan ujian tingkat pusat selama kurang lebih dua pekan lamanya kemudian sampailah kita pada sidang pantukhir tingkat pusat. Dimana tahap ini adalah tahap seleksi terakhir dan calon siswa yang gugur di tahap ini sangat disayangkan karena hanya tinggal satu langkah lagi mimpi itu terwujud.

Sebagai penutup dilakukan sidang pemantauan terakhir atau oantukhir calon taruna Akmil yang sudah sampai pada babak pantukhir bisa dikatakan sudah dekat dengan kelulusan. Tujuan dilakukan pantukhir adalah untuk memilih calon-calon yang memenuhi syarat sekaligus menyisihkan calon agar sesuai dengan kuota.

Setelah seleksi pantukhir kami menunggu pengumuman hasil seleksi akhir itu. Dan Alhamdulillah atas kuasa Allah kami dinyatakan lolos menjadi taruna Akademi Militer angkatan **. Tidak selesai sampai disitu kami masih harus mengikuti sidang integratif dimana sidang itu dilakukan untuk penerimaan calon Taruna/Taruni akademi militer dalam tahap ini juga kami akan mengikuti pendidikan integratif selama enam bulan di Akademi Militer Magelang.

"Alhamdulillah Brin usaha kita gak sia-sia. Kita jadi Taruna Akmil Brin. Gue masih berasa mimpi." Ucap ku girang.

Sabrina pun menanggapi dengan ekspresi sama denganku.

"Lo udah kasih tahu orang tua belum?." Ucap Sabrina.

"Belum mau otw kasih tahu kabar bahagia ini.. ibu anakmu lolos jadi Taruna." Teriakku sembarangan.

Ini aku, yang sudah berjuang untuk menggapai mimpiku. Dari sini aku percaya bahwa tidak ada usaha yang mengkhianati hasil ada rasa kebanggaan tersendiri ketika kita dapat mewujudkan impian kita. Dengan ini aku bisa membuktikan kepada orang-orang yang selama ini selalu meremehkan dan merendahkan ku. Aldi aku berhasil. Sekarang kamu menyesal kan? Aku berhasil karena aku berani berjuang tidak patah semangat karena mu. Luka yang kamu berikan dulu cukup membantuku untuk mencapai titik yang sekarang. Terimakasih.

Aku mengambil ponsel ku lalu mengetikkan nama ibu di sana.

Tidak lama setelah nada tersambung suara lembut diseberang sana menyapa.

"Hallo Assalamualaikum nak, bagaimana kondisimu di sana?" Ucapnya.

"Alhamdulillah baik bu. Ibu Aisyah lolos seleksi bu Aisyah berhasil jadi Taruna di akademi impian bu." Ucapku.

Terdengar kalimat syukur yang diucapkan ibu diseberang sana.

"Selamat ya nak, jangan sombong dengan apa yang kamu miliki sekarang. Jangan juga mengeluh karena apa yang kamu dapatkan hari ini adalah impian banyak orang diluar sana. Tetap jaga hubungan baikmu dengan Allah biar segala langkahmu diberkahi oleh-Nya."

"Siap ibu negara. Saya disini akan melaksanakan tugas dengan baik. Terimakasih ibu."

"Sama-sama nak."

Aku terdiam ketika mendengar suara ibu mulai berubah.

"Loh ibu nangis?" Tanyaku.

"Enggak nak ibu hanya terharu. Kita akan LDR selama 4 tahun sayang. Ibu gak tega melepas mu sendirian disitu."

"Tenang aja bu aku gak sendirian ada Sabrina disini."

"Iya tante guru Sarah aman bersama saya disini." Sahut Sabrina.

"Kalian jaga kesehatan ya." Pesan ibu.

"Iya bu. Udah dulu ya bu Aisyah mau beres-beres dulu. Lanjut kapan-kapan ya bu. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsallam nak."

"Brin." Panggilku saat sudah menutup panggilanku dengan ibu.

"Gue udah kasih tahu ibu tapi rasanya masih ada yang kurang ya."

"Oh iya bener gue juga merasa gitu." Kami berusaha mengingat apa yang membuat kami merasa ganjil.

"Oh iya gue ingat. Coach Indra! Kita belum kasih tahu beliau pantas aja berasa ada yang ganjil." Ucap Sabrina.

Aku membenarkan. Memang dari tahap seleksi awal kami belum  sempat menghubungi coach Indra sebagai pelatih kami yang sudah mendorong kami dan memberikan kami support selama ini.

"Mending kita hubungin sekarang." Ucapku.

Lalu Sabrina segera menghubungi coach Indra.

"Hallo" suara berat itu mulai terdengar dari ponsel.

"Assalamualaikum coach ini Sabrina Izin menyampaikan kabar bahagia coach." Ucap Sabrina antusias.

"Silahkan. Sabrina." Ucapnya ramah.

"Izin coach kami berhasil lolos masuk akademi militer coach."

"Alhamdulillah saya memang sudah melihat jiwa satria dari kalian." Ucap coach Indra membanggakan kami.

"Terimakasih coach kami bisa seperti ini juga berkat bimbingan dari coach Indra." Ucapku.

"Sama-Sama. Kalian sudah saya anggap seperti anak sendiri. Kebahagiaan saya hari ini menjadi berlipat ganda." Ucapnya.

"Berlipat ganda?" Beo Sabrina.

"Iya baru saja saya mendapat kabar bahwa anak saya lolos seleksi juga kemudian disusul kabar keberhasilan kalian."

"Pesan saya. Jangan pernah sombong dengan apa yang kamu lakukan karena ini bukan akhir dari segalanya. Ujian-ujian di saat pendidikan jauh lebih sulit daripada saat kalian latihan. Kuncinya kuatkan mental, fisik dan psikis kalian agar kalian bisa lebih siap menghadapi ujian selanjutnya." Nasihatnya.

Kami mengangguk paham.

"Ya sudah kalian lanjutkan aktivitasnya. Jangan lupa jaga kesehatan di sana." Ucap coach Indra.

"Siaap coach. Sampai kan salam kami buat ibu juga coach. Terimakasih."

"Baik nanti saya sampai kan. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam coach." Ucap kami bersamaan.

Setelah selesai menelpon coach Indra kami melanjutkan aktivitas kami untuk membersihkan kamar dan peralatan lainnya yang disediakan di Akademi Militer.

________

Hayoo pada paham gak bahasa militer aku pun sebenarnya tidak paham jadi moon maap kalau gak nyambung. Ini sudah memasuki di bagian tengah cerita dimana berbagai konflik yang besar akan segera terjadi. Jadi stay tune di sini ya.!!!

Ini Aku, dan MimpikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang