Shikamaru menghentikan makannya. Menatap ke arah Kunoichi Suna yang sedang lahap menyantap mie ramennya.
"Hmm, ada."
"Ehh?!" Temari tak menyangka akan jawaban Shikamaru. Membuatnya menatap Shikamaru lekat-lekat, seakan bertanya 'benarkah?'
"Kenapa tanggapanmu seperti itu, memangnya apa anehnya itu."
"Untuk orang sepertimu aku tidak menyangka kau sudah berpikir sejauh itu, kupikir kau akan menganggap hal-hal seperti ini merepotkan."
"Memang merepotkan, tapi sejak dulu Ibuku selalu memaksaku menabung dan membeli rumah, dia ingin aku sudah memiliki rumah sebelum menikah."
Temari tersenyum kemudian berkata,"Ibumu orang yang visioner."
"Ya, sama sepertimu." Shikamaru selalu merasa bahwa Temari dan Ibunya sangat mirip, pemaksa dan selalu berterus terang.
"Eh, aku rasa tidak." kata Temari, intonasinya turun di akhir kalimatnya, "Aku bahkan tidak tahu apa yang akan kulakukan di masa depan, aku hanya bekerja dan bekerja untuk kemajuan desa."
Shikamaru akhirnya melihat sisi Temari yang lain. Fase dewasa muda seperti mereka memang selalu mengalami dilema, jika fase remaja ditandainya dengan krisis identitas, saat usia 20-an disebut juga quarter life crisis. Masa dimana kita bimbang untuk menentukan arah dan keputusan dalam hidup. Masa dimana kita bertanya dimasa depan kita akan jadi seperti apa?
"Apa cita-citamu?"
"Aku tidak benar-benar tahu." Temari mencoba tersenyum, menatap kearah mie ramen yang mulai mengembang, "Tapi yang jelas sekarang aku ingin membantu Gaara sebisaku."
"Sejak dulu kau selalu membantu orang lain, mendahulukan orang lain dibanding dirimu, kurasa sudah saatnya kau mencari kebahagiaanmu sendiri." kata Shikamaru dengan yakin.
Temari tertegun mendengarnya, kemudian tersenyum, kemudian seyumnya berubah menjadi tawa. Tawa yang membuat Shikamaru terpana.
"Ke-kenapa kau tertawa?" tanya Shikamaru dengan ragu.
Temari hanya menggeleng pelan sambil terus tersenyum ke arah Shikamaru.
Kemudian, Temari mulai menenangkan dirinya. Fokus menyelesaikan makannya.
Sekarang aku tidak perlu mencarinya Shikamaru, aku sudah menemukannya. Berada di sampingmu.
Namun, mana mungkin Temari berani mengatakan isi hatinya. Ia terlalu malu dan harga dirinya terlalu tinggi untuk mengaku.
Yah, biarkan saja begitu. Semua hal pasti ada waktunya, kan?
"Kalau cita-citamu apa Shikamaru?"
"Aku ingin menjadi penasihat Hokage bagi Naruto, menjadi guru Mirai, dan menjaga perdamaian ini. Yah, itu memang terasa merepotkan tapi aku akan berusaha mewujudkannya."
Temari tersenyum, Shikamaru benar-benar sudah berkembang.
"Aku hanya berharap kau tidak menyerah ditengah jalan, ya."
"Ya, aku tidak akan menarik kembali kata-kataku-"
"Tunggu-tunggu itukan jalan ninja Naruto."
"Iya, tapi itu juga jalan ninjaku."
"Hehehe, baiklah kalau begitu aku akan mendukungmu dan jika kau sudah mulai menyimpang aku akan meluruskan kembali dengan caraku." ucap Temari sambil mengepalkan tangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/253428077-288-k810755.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Celah cahaya pada awan
FanficSetelah pernikahan Naruto dan Hinata berlangsung, hubungan Shikamaru dan Temari terus berlanjut. Mereka semakin sering menghabiskan waktu bersama, terutama karena pekerjaan mereka. * Cerita ini memiliki setting waktu setelah konoha hiden dan sebelu...