Bab 4

2 3 0
                                    

Arzan merasa seluruh tubuhnya sakit, tidak berdaya akibat ulah permainan Hellboy. Melihat Hellboy sudah pergi dirinya merasa bersyukur masih diberi hidup. Arzan tidak kuat melepas ikatan yang ada ditubuhnya. Tiba-tiba mendengar suara kaki yang semakin dekat masuk gudang.

“Tidak mungkin mereka balik lagi.” Gumam Arzan berusaha melepas ikatan.

Ceklik

Lampu hidup dan melihat sesosok bidadari yang berjalan menghampirnya dan suara yang begitu lembut.

Arzan tersenyum, “Bidadari.”

“Kak Arzan, kamu masih sadar? Jangan bercanda dulu, ayo ke UKS. Biar ku…” Ucapanku tergantung.

“Jangan bawa UKS Kay, nanti ada yang lihat keadaanku babak belur begini. Apalagi sampai terlihat guru semakin tambah masalah. Bawa aku pulang saja, kau bisa mengendarai motor?” Pinta Arzan

“Kak Arzan tidak takut orang rumah khawatir melihat keadaanmu seperti ini?” Tanyaku penasaran.

“Mereka lagi kerja. Antar kerumah dan disana obati Kay.” Sambung Arzan.

Aku menopang tubuh kak Arzan dengan berlahan-lahan. Aku tidak banyak nanya kenapa dirinya bisa seperti itu biarlah nanti dia sendiri yang cerita tanpa ditanya.

Disisi lain, Rayyan dan anggota Hellboy selesai dengan permainannya segera berjalan keparkiran sekolah. Mereka begitu puas, sudah lama mereka tidak bermain di dalam sekolah apalagi permainan kali ini adalah ketua osis.

“Bro kau pulang atau ketempat biasa? Tanya Miko pada Rayyan yang masih terlihat senang.

“Nanti malam kesana.” Jawab Rayyan singkat.

“Ok bro.”

Anggota Hellboy semua telah pergi meninggalkan parkiran sekolah dan tinggal Rayyan yang masih di atas motornya belum meninggalkan area parkiran. Rayyan melihat dari kaca spion ada sepasang orang yang berjalan saling menopang. Rayyan menunggu kedua orang itu berjalan kearahnya.

“Ada pahlawan cewek. Sebagai owok kenapa lemah, bukan menjaga malah dijaga.” Ledek Rayyan saat kedua orang itu sampai diparkiran.

Arzan yang merasa tersindir hanya diam tanpa menjawab sekatapun itu. Biarlah dia berkata apa, sekarang yang ada di pikirannya ingin cepat pulang terlalu sakit tubuh ini.

“Kata pahlawan bukan terlihat dari gendernya, siapa saja bisa menjadi pahlawan. Dan lo juga sebagai teman seangkatnya bisa tapi gue lihat lo tidak bisa. Hanya mengoceh tanpa mau membantu.” Ledekku yang tidak mau kalah.

Rayyan dan Arzan terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut seorang cewek yang berada disana. Rayyan yang merasa kalimat itu untuknya marah, baru kali ini ada yang berkata pedas padanya. Dan ini seorang cewek culun yang tidak begitu populer di sekolah.

“APA LO BILANG!” Bentak Rayyan.

“Gue kira lobtidak budek atau teleran kecuali kupingnya belum di korek baru rada-rada tersumbat.” Jawab pedas dari kubyang mendapat tatapan tajam dari Rayyan dan tangan menggempal.

“LO!!!”

Arzan tersenyum mendengar kalimat pedas yang mengumpat Rayyan. Belum ada seorang pun yang berani berkata seperti itu apalagi ini cewek. Rayyan yang melihat Arzan tersenyum semakin muak. Ingin menendang bahkan mencabik mulut itu.

“Iya saya. Lo mau bantu atau gimana? Ha! Tidak mungkin mau membantu, lo hanya bisa mencari onar saja” Jawabku santai.

“Berani juga lo!" Kata Rayyan yang semakin marah.

“Shutt! Diamlah kalau tidak mau membantu! Kasihan kak Arzan menjadi korban darinorang sok jagoan dan tidak mau bertanggungjawab!" Sambung ku memberi helm pada kak Arzan.

Stay with MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang