Who?

5K 666 80
                                    

Awan begitu putih, langit pun ikut mendominasi dengan warna biru mudanya, dan matahari menampilkan beberapa sinarnya sebab tertutupi oleh sang awan.

Lebih baik lagi jika memandangi pemandangan yang dideskripsikan sebelumnya di suatu tempat yang begitu nyaman yaitu sebuah taman. Taman, ada beberapa jenis taman yang diketahui contohnya taman sekolah.

Thorn menatap awan yang semakin lama semakin membentuk hal yang ia imajinasikan.

"Thorn?"

Kepalanya mendongak, sedari tadi ia menundukkan kepalanya disebabkan rasa kantuk yang muncul sangat berat.

"Kak Gempa? Ada apa?" Tanya Thorn.

Gempa menduduki salah satu bangku taman, kebetulan Thorn juga duduk di situ. "Aku... Ragu."

"Ragu? Dengan siapa? Apa? Bagaimana? Mengapa? Berapa? Dimana?"

"Aku tidak terlalu pintar seperti Solar. Tetapi mereka membutuhkanku seakan-akan aku ini benar-benar adalah Solar, aku ini tetaplah Gempa yang kalian kenal. Thorn masih mengenalku dengan baik kan?"

"Aku tidak merasa Kak Gem berubah. Malahan aku berpikir... Aku yang berubah." Balas Thorn, Gempa mengernyitkan dahinya.

Kebimbangan muncul di dalam diri pemuda penyuka tumbuhan-tumbuhan tersebut.

"Sebenarnya diriku yang sebenarnya gimana ya Kak?" Thorn bertanya-tanya.

Walau sudah tahu Gempa akan menjawab 'Tidak tahu', Thorn masih menanyakan hal tersebut.

Tanpa menyadari bisikan-bisikan orang yang lalu-lalang memandang secara fisik itu adalah Halilintar dan Solar, kedua pemuda itu tidak pernah terlihat akrab ataupun bercengkrama santai. Jadi, ini adalah pemandangan yang cukup langka bagi para penggemarnya :v

"Cih. Pengganggu." Tiba-tiba saja Thorn berdecak kesal.

Pemandangan sudah tidak nyaman lagi untuk dinikmati, Gempa saja ikut risih dengan keramaian yang datang secara mendadak.

"Kita pergi dari sini saja, Thorn." Gempa menarik tangan Thorn, sebaliknya sang Adik hanya diam mengikuti.

Kelas 2-A dan 2-C hanya berselisih satu jarak dari kelas 2-B, namun hal tersebut tidak dipermasalahkan oleh Gempa yang harus berpisah dengan Thorn, lagipula ia sudah satu kelas dengan Ice di sana.

Tak lama, mereka saling pamit dan memasuki kelas masing-masing, tentu saja untuk menemui saudara mereka dan ketenangan.

"Hai, Thorn. Kau darimana?" Tanya Blaze ditemani dengan rasa kantuknya.

Thorn duduk di bangkunya lalu menghela nafas panjang.

"Jangan tanya."

"Kok dingin begitu sih? Adikku yang kecil manis, imut bagaikan gulali, pergi kemana?" Taufan memainkan pipi Thorn yang tidak terlalu gemoy itu karena jelas-jelas fisik tubuhnya adalah Halilintar.

Thorn memicingkan matanya. "Siapa yang bilang aku ini imut, hah?"

"Duh, Thorn, kita ini saudara, jangan terlalu kasar seperti Abangmu yang satu itu dong." Ucap Blaze, ia pun ikut serta memainkan pipi mantan adik polosnya itu.

'Braakkk'

Meja bergetar, hati Taufan dan Blaze pun ikut bergetar sedangkan Thorn pipinya memerah karena kelakuan kedua kakaknya.

"Ingin ke toilet. Sebentar."

Setibanya di toilet, Thorn menutup wajahnya bersemu merah muda, entah apa yang terjadi pada dirinya, ia tidak mengerti.

Shuffle Siblings [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang