"Nayla pulang!"
"KA NAYYYYYYYYYYYYYYY!"
Nayla yang baru saja menutup pintu rumahnya langsung disambut oleh teriakan dari salah satu adiknya. Terlihat Mona yang tadi sedang duduk di ruang keluarga langsung berlari menghampiri Nayla yang baru saja pulang.
"Kakak ga bawa makanan, Mo." ucap Nayla yang mengetahui apa yang akan ditanyakan Mona. Mendengar jawaban Nayla, Mona langsung cemberut dan berjalan kembali ke ruang keluarga. Nayla tersenyum kecil melihat kelakuan Mona.
"Ka Nay, makan malem apa hari ini? Bibi nanyain." ucap Sania yang baru saja muncul dari arah dapur.
"Kalian mau makan apa? Kakak sih ikut aja." jawab Nayla sambil duduk di samping Danica yang sedang membaca majalah di ruang keluarga.
"Mcd!" usul Mona dengan bersemangat.
"Makanan ga sehat." celetuk Marsha tanpa mengalihkan pandangan dari games di hpnya.
"Ga sehat juga lo makan." ucap Dacina dengan iseng menyenggol lengan Marsha.
"Ica!!" kesal Marsha karena kembarannya ia jadi kalah. Danica hanya tertawa melihat Marsha yang kesal.
"Jadi mau pada makan apa? Mau pesen aja? Jadi bibi ga usah masak?" tanya Nayla.
"Kalau mau pesen jangan mcd deh. Aku sama adek tadi siang makan mcd." ucap Sania yang teringat tadi siang dia dan Tresya makan siang di mcd.
"Makanya bawa pulang kalau beli makanan tuh." ucap Mona.
"Dih ngapain. Buang-buang duit kalau buat lo mah."
"Sialan!" Mona melemparkan bantal sofa ke arah Sania namun dengan cepat Sania menghindarinya.
"Kalian ditanya malah berantem. Ya udah pikir-pikir aja dulu, kakak mau mandi dulu." ucap Nayla sambil berdiri lalu pergi ke kamarnya.
"Heh jangan main games mulu." ucap Mona melemparkan bantal ke arah Marsha yang membuat hpnya terjatuh.
"KAK MONA AH!" kesal Marsha karena lagi-lagi ia diganggu dan sekarang bahkan hpnya terjatuh.
"Mata lo nanti minus kalau main games mulu." ucap Mona mengingatkan.
"BODO AMAT!" ucap Marsha dengan muka yang ditekuk. Dia tidak suka jika sedang bermain games diganggu namun saudaranya selalu dengan sengaja mengganggunya.
"Nyari mati lu. Ngambek nanti." bisik Sania yang melihat wajah Marsha yang kesal. Mona hanya menggidikan bahunya lalu membuka hpnya untuk melihat makanan yang akan ia pesan.
"Tadi kayanya ada suara Ka Nayla tapi orangnya ga ada." ucap Chaca bertanya sambil menuruni tangga.
"Ka Nay mandi dulu. Apa tuh de?" tanya Danica melihat Chaca membawa kertas.
"Surat buat orang tua. Kata Bunda kasih ke Ka Nayla." jawab Chaca. Danica membulatkan mulutnya lalu mengangguk.
"Adek mana?"
"Ada di kamarnya."
"Suruh turun sini, kita mau pesen makan malem." ucap Mona kepada Chaca yang baru saja duduk.
"Baru aja duduk ih. Panggil sendiri." ucap Chaca merengut.
"Kamu paling muda disini. Nurut aja sih." ucap Sania.
"Betul." ucap Danica mengangguk setuju. Chaca semakin merengut lalu menatap Marsha seperti meminta bantuan. Marsha yang melihat tatapan Chaca langsung menghela nafas lalu berdiri.
"Biar gue aja." ucap Marsha yang membuat Chaca tersenyum lebar.
"Ka Marsha emang kakak kesayangan gue!" girang Chaca.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arsena
Fiksi PenggemarKisah mengenai kehidupan sembilan bersaudara di keluarga Arsena AU Social Media ada di twitter @satzulokal (Pinned -> Keluarga Arsena) Note: Nama semuanya diubah jadi lokal