•PART 23•

60 21 7
                                    

Alvin mengacak rambutnya frustasi, kali ini dirinya berada di rumah sakit menunggu dokter selesai memeriksa keadaan Icha. Kalut? Sudah pasti, bahkan dia rela sampai mendiamkan Alle sejak tadi

flashback on

"Mah, Alvin mau ke pesta Raka." Izinnya

"iya, tapi tadi katanya papa mau ngomong sama kamu dulu. Gih samperin di ruang kerjanya"

Alvin sedikit mengerutkan keningnya ragu kemudian mengangguk

Berjalan santai menuju ruang kerja milik papanya, membukanya pelan agar terlihat sopan

dih, najis.

"Pah?papah panggil Alvin?"

"Iya, sini. Papah mau ngomong sama kamu"

Dirinya duduk berhadapan dengan papa, seolah santai dan menunggu apa yang akan di ucapkan. "Bulan depan kamu harus pergi ke Amerika, mengurus perusahaan papa disana. Tidak lama, hanya 3 Minggu atau sampai perusahaan papa kembali normal." Ucapnya tegas, Alvin terkejut? Sangat. Tidak ada persiapan apa apa darinya, kenapa mendadak? Ya walaupun bulan depan.

"Pah, kok a--" ucapan Alvin terhenti begitu saja saat papanya sudah memotong kalimatnya terlebih dulu "kamu tau? Papa tidak suka dengan penolakan. Hanya 3 Minggu Alvin setelah itu kamu bebas"

"Bukan masalah bebas atau nggak ya pah. Alvin belum ada sama sekali persiapan. Kenapa mendadak? Gimana sama Alle pah??" Protesnya "papah minta kamu sembunyikan ini dari Allenia bisa? tentang keberangkatan kamu kesana selama 3 Minggu?"

"Paaahhh... Allenia pacar aku loh, kenapa dia gaboleh tau?? Kalau dia mikir yang enggak enggak? Nanti hubungan Alvin jadi renggang pah"  ucapnya "papah tau. Papah juga pernah muda, tapi ada baiknya kamu sembunyikan ini dari Allenia saja dulu. Teman kamu banyak yang menjaga Allenia secara langsung, kamu tidak perlu khawatir"

"i-iya pah" jawab Alvin menunduk

Flashback off

Ceklek

Pintu ruangan terbuka, memperlihatkan dokter yang baru saja keluar setelah selesai memeriksa keadaan Icha

"Gimana dok keadaan Icha?" Seru Alvin cepat

"Dengan?" Dokter itu menggantung ucapannya seolah bertanya apakah ada hubungan dengan Icha "Oh.. saya temannya. Kebetulan tadi saya yang membawa kesini"

"Hm.. keadaan Icha cukup baik, tidak ada luka serius di tubuhnya, hanya luka goresan di dahi dan siku tapi tidak perlu khawatir karena sudah kami tangani" cecar dokter "baik dok, terimakasih. Apa pasien sudah boleh di jenguk?" Dokter perempuan itu tersenyum seraya mengangguk "boleh, silahkan. Tapi pasien harus lebih banyak istirahat agar keadaannya menjadi lebih baik lagi."

Memasuki ruangan Icha, dirinya sedikit was was, bukan apa apa tapi sebagai orang lama yang pernah menjadi bagian dari tawa Icha itu ia sangat tau bagaimana sifat Icha jika sedang dalam situasi seperti ini, manja.

"Vin, siku aku perih banget hiks.." Baru saja Alvin memasuki ruangan rawat inap Icha sudah disuguhkan rengekan gadis itu. Menyebalkan

"Lo udah besar Cha. Lo bukan bocah lagi, stop caper sama gue, gue udah punya kehidupan sendiri. Jangan sangkut pautkan sama kehidupan Lo sekarang." Alvin menghela  nafas sejenak sebelum mengucapkan sesuatu yang  membuat hati Icha mencelos tidak percaya "Dan perlu gue perjelas, kita cuma sekedar masa di tahun lalu yang gaakan bisa keulang ditahun depan." Usai itu, Alvin benar benar menghilang dari ruang rawat Icha, meninggalkan dirinya yang terdiam dengan pandangan kosong

Seusai kepergian Alvin, dokter yang tadi memeriksa keadaan Icha kembali masuk kedalam ruangan

"Icha..?"

"Dokter gak bilang sama orang tadi tentang penyakit aku kan?" Tanya Icha to the point. Dokter itu terdiam beberapa saat kemudian mengangguk samar "Saya hanya memberitahukan tentang keadaan kamu sekarang." "Tapi penyakit yang kamu derita sudah cukup parah, kenapa tidak kamu bicarakan dengan keluarga?"

Pertanyaan itu mampu membuat Icha kicep tak mampu menjawab

"Eugh.. keluarga Icha udah tau kok, tapi dokter bisa sembunyiin penyakit Icha kan?"

Dokter muda itu menghela nafas berat, dirinya sangat khawatir dengan penyakit Icha, bukan main main

"Saya bisa membantu menyembunyikan penyakit yang kamu derita, tapi tidak lama. Karna jujur kamu harus benar benar di operasi, kalau tidak hanya ada sedikit kemungkinan kamu melihat dunia."

"I--iya dok. Icha pikirkan matang matang dulu"

.
.
.
.

Pesta Raka
====
Bisa dibilang mungkin sekarang pesta ulang tahun Raka ambyarr, banyak para tamu yang malah berkumpul membahas tentang kecelakaan Icha, bahkan berjalannya pesta Raka pun tidak ada yang mengubris nya sama sekali

Tak ada bedanya dengan Alle dan teman temannya yang sibuk menerka nerka apa yang terjadi pada Alvin

Karna sibuk dengan pikiran masing masing, Thea yang dikenal dengan cewek tukang diem kini angkat suara, bahkan menggebrak meja

BRAK

"ANYING SETAN!"

"ANJENG"

"ASTAGHFIRULLAH"

Tak sadar mereka terkejut dan latah menyebut kata tidak sopan dengan estetok.

"Apa mungkin Alvin lagi banyak pikiran?" Seru Thea menebak

"Lah?! Kalau dia ada pikiran gak sampai dia anggurin Alle kaya gitu goblog!"

"Setuju juga sama yang dibilang Bobby"

"Tapi alesan yang dikasih Thea juga bisa diterima, mungkin aja masalah Alvin itu lumayan rumit jadi dia lebih milih diem daripada koar koar sama kita kita" celetuk Dara

"Hmm...  Iya sih, Alvin kan beda sama kota kita. Kalau ada masalah lebih seneng di Pendem sendiri ga kaya Sapta kuota habis aja curhatnya sepanjang rel kereta api"

"Asli Din, Lo bener bener anjeng."

"Kalau gue anjeng lo apa? Babi? Hahaha camda babi"

"Alle.. gue mau ngomong sama Lo." Ujar Alvin tiba tiba

.
.
.

I--iya maap part nya g banyakk:).
Tapi ini Alhamdulillah udah bisa UP walaupun malem kaya gini, niat hati pengen UP tadi siang tapi gajadi, mau sore tadi eh gajadi juga. Jadi malem ini aja aku UP mwehehe..

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote kalian ya, readers yang baik itu yang masih mau menghargai karya orang lain asek. So manteb anying kata katanya🌝

Udahlah gamau banyak bacot. TINGGALKAN JEJAKK WOYY GRATIS KOKK❤️

#typoberterbangan

She is mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang