•PART 25•

64 21 3
                                    

Tak seperti biasanya, saat ini Alle berjalan menuju gerbang sekolah menunggu ojol yang ia pesan datang. Kenapa tidak dengan Alvin? Yaa dirinya belum sama sekali berbicara dengan Alvin dari kemarin malam, dia tidak marah, hanya saja ia sedikit kecewa maka dari itu Alle membatasi diri dengan kekasihnya sendiri Alvin.

Saat dia sibuk mengotak Atik ponselnya, dari arah belakang terdengar deruman motor entah milik siapa itu, Alle pun tidak ada niatan untuk menoleh. Tapi yang membuatnya menoleh karna motor itu berhenti tepat disampingnya.

Raka.

Aish,, dirinya jadi mengingat kejadian tadi siang di perpustakaan, moodnya seketika turun drastis. Menyebalkan

"Kok belum balik? Gue anter yuk."

"Nggausah, Lo balik duluan aja" Tolaknya halus

"Loh? Kenapa? Udah bareng gue aja, aman kok gaakan gue apa apain"

"Gue udah pesen ojol, lo mending balik aja. Gausah cari cari topik pembicaraan, lagian gue males ngobrol sama Lo" ujarnya menohok

"Gue nawarin balik bareng loh, kok Lo malah emosi? Muka gue emang ga nyelo ya??"

"Ohh... Atau jangan jangan Lo takut kalau ketawan Alvin? Hahaha.... Emang cowo Lo peduli sama keadaan lo sekarang? Dimana dia? Yang Lo bangga banggain? Sampai nolak beribu orang demi cowok brengsek kaya dia?" Lanjut Raka asal ceplos, tak sadar bahwa lawan bicaranya ini sudah sangat termakan emosi

"Jaga bicara Lo! Nggak ngaca ya? Lo lebih brengsek dari Alvin, seharusnya Lo malu sama diri sendiri, deketin banyak cewek modal pinter main basket tapi akhlaknya? Masih di pertanyakan yaa?.." Balas Alle tak kalah ceplas ceplos.

Adu bicara antara Alle dan Raka terhenti saat ojol Alle datang menjemput, akhirnya Alle bisa bernafas lega, sedikit demi sedikit menurunkan emosinya. Ia menatap bapak ojol tersebut

"Atas nama Allenia Putri kan ya?" Tanya Alle

"Iya mbak. Tujuan sesuai maps ya."

"Iya pak."

Rumah Sakit Pelita
----
Alle berhenti tepat di depan pintu masuk rumah sakit Pelita, seusai membayar ojol ia segera memasuki pintu masuk rumah sakit tersebut

"Sus, pasien atas nama Anggita Putri di ruangan nomor berapa ya?" Tanya Alle kepada resepsionis

"Ruangan mawar nomor 312 kak."

"Oh..iya. Makasih sus"

Berjalan kecil menuju kamar yang di tempati oleh kakak batu nya itu, lihat saja Allenia akan memakan habis habisan kakaknya Gita.

"Assalamualaikum semua" salamnya memasuki ruangan Gita yang sang empunya sedang bersender bermain hp

"Wa'alaikumssalam, eh kok mendadak kesininya?" Tanya Mama

"Ho'oh, habis pulang sekolah aku langsung kesini mau kasih siraman rohani buat Kak Gita." Ujarnya kesal. Gita sendiri sudah mengalihkan perhatian nya kearah Alle, mengerutkan alisnya binggung

"Gue? Kenapa?" Tanyanya tak mengerti

"Heh kutil, gak Isdet sekalian Lo!" Todong Alle menunjuk nunjuk wajah Gita dengan jari telunjuknya

"Heh! Bicaranya. Astaghfirullah" Potong Mama mendengar ucapan Alle kelewat bercandanya

"Habisnya kak Gita sih, mentang mentang udah di beliin papa apart trus enak enakan main hp begadang biar ngga ketawan mama, mampus kan Lo dirawat di rumah sakit." Cecar Alle sebal

"Heh enak aja! Gue tuh lagi ngejar tugas, bentar lagi skripsi tau gak Lo?!"

"Heleh, ngerjain tugas kok sampai begadang"

"Tugasnya banyak bego, lu pikir cuma satu ditambah satu."

"Tapi aslinya Lo kan gabisa begadang, ngapain gegayaan begadang kaya sok mampu aja"

"Syirik Mulu Lo anjir. Gue sumpahin dapet karma mampus"

"Gue kena karma? HAHAHA MIMPI" ujar Alle bangga

"Eh ma, bang Kelvin dimana?"

"Di kantin"

"Ngapain?"

"Cari jandaa-!" Potong Gita saat mama nya akan angkat suara

"Gita astaghfirullah, kalian itu bicara enggak bisa di kontrol, malu ih sama Allah. Mama aja malu masa kalian enggak"

"Hehehe maaf ma. Yaudah Alle mau nyusul bang Kelvin di kantin yaaa byeee"

"HEH ANAK ANOA NITIP ROTI YA!" Teriak Gita sebelum Alle melangkah keluar ruangannya

"Iye."

"Gita, tadi kamu bilang anak anoa kan? Yang lahirin Alle kan mama. Jadi kamu ngatain mama anoa?"

Skakk

.
.
.
.

Allenia POV

Keluar dari ruangan kakak batu gue itu, gue jalan santai kekantin. Asli males gue sebenernya, tapi mau gimana lagi perut gue gabisa diajak kerjasama. Mungkin dia lelah:).

Karna gue ngga suka bau bau obat rumah sakit jadi gue cepetin tuh kaki gue buat jalan cepet. Garing ya. Sampai di belokan, mata gue ngga sengaja menangkap sosok yang asli gue kenal banget. Alvin anjirrr!! Dia dirumah sakit woy

Tapi yang buat gue kepo, dia dirumah sakit bareng Icha ajsjsjshshshshshsj garis bawah ICHA. ICHA! Hati gue mendadak cenut cenut. Karma kayanya karna gue tadi ngatain kak Gita Isdet, astaghfirullah..

Buru buru gue ikutin kemana perginya tuh my pacar sama neng gatel hehe Icha maksudnya, perut yang semula gabisa diajak kerja sama Alhamdulillah sekarang bisa nurut. Masyaallah

Ngga lama gue ikutin Alvin, karna ternyata dia pergi ke kantin juga. Kesempatan emas buat gue curi curi pandangan ke dia, HAHAHA

.
.
.
.

Seperti ucapan Alle, dirinya sekarang menyusul Alvin di kantin rumah sakit, sembari mencari keberadaan abangnya Kelvin.

Tak lama, matanya menangkap Kelvin yang sedang duduk menyuapi Hana, tidak buang waktu dirinya segera menyusul Kelvin

"Haloha abanggss"

"Hmmm"

"Sok irit bicara dih."

"Apasih ganggu ae"

"Salah mulu gue anjir"

"Ya emang"

"Nyenyenye."

HALOHAAAAA READERS❤️.
Kok Bina up lelet ye:(
Hehe.. maap nih maappp:>
Bina lagi gaada ide buat lanjutin, hiks.
Padahal pengen banget ini tamat cepettt:(
Biar makin cepet Up, baca + tambahin perpustakaan + dannnn vote. Hiyahiya..

#typoberterbangan

She is mine (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang