🔞 Does It Hurt, Haru-chan?

2K 159 14
                                    

Nanase Haruka memang tak pernah mengatakannya dengan jelas dan gamblang. Namun baginya, Tachibana Makoto—teman sedari kecil, bahkan sebelum mereka memasuki taman kanak-kanak—adalah orang yang sangat berarti baginya.

Haru tak dapat menjelaskan bagaimana ia mencintai seorang Makoto Tachibana. Pemuda lemah lembut yang memberikan ruang untuknya, bahkan di saat ia terpuruk karena pemuda lain—Rin Matsuoka. Makoto yang selalu berada di sisinya, tersenyum lembut untuknya, dan mengurusi dirinya (walau bagi Haru terkadang itu berlebihan dan mengesalkan, Haru sebenarnya suka dengan perhatian itu).

Persahabatan mereka dimulai sejak mereka sangaaaat belia.

Di saat keluarga mereka bertemu sebagai tetangga dan saling berkenalan, manik kebiruan Haru menatap sosok itu—Makoto mungil yang masih digendong oleh ibunya. Anak yang hanya berbeda lima bulan darinya itu... terlihat jauh lebih kecil darinya. Haru jadi ingin melindunginya.

.

.

.

"Haru-chan! Haru-chan! Mau kemana?" Mata emerlard si kecil berbinar cerah. Lucu sekali. Mengikuti setiap langkah Haru.

Haru memperlambat langkahnya, menoleh ke arah tetangganya tersebut. "Aku hanya ingin membeli bakpao. Tidak kemana-mana setelah itu."

"Ehhh? Mau ikut!"

"..." Haru menerjapkan matanya. Sejujurnya, ia tidak mengerti mengapa Makoto sangat suka mengekorinya. Padahal Haru adalah tipikel anak yang tidak banyak bicara. Apa tidak membosankan? Namun akhirnya, Haru melenggutkan kepalanya. Tangannya yang kecil menggandeng tangan Makoto yang lebih kecil. Mereka berjalan berdampingan menuju taman kota sore itu.

.

.

.

Lama-lama, Haru terbiasa dengan seruan riang Makoto. Setiap sore ketika dirinya keluar rumah, Makoto selalu berlari ke arahnya. Mengajaknya bermain, tak mau berpisah dengannya. Setiap hari, setiap saat. Tanpa sadar, Haru malah mencari sosok Makoto ketika ia tidak mendengar suaranya.

Misalnya, saat Makoto terkena demam.

"Hehehe... Maaf ya, Haru-chan. Hari ini nggak bisa main dulu. Kepalaku pusing, sih."

Bahkan di saat Haru menjenguknya, si pemilik rambut olive green itu masih bisa menyengir lemah. Haru membuang mukanya, melipat tangannya. "Cepat sembuh. Besok kita main lagi."

"Oke!" Makoto tersenyum antusias, menyodorkan kelingkingnya. "Janji ya, kita main lagi kalau aku sudah sembuh."

"... uh-hm."

Haru mengaitkan kelingking mereka sembari mengangguk.

Meski nyatanya, janji itu harus diundur lagi. Beberapa hari kemudian, giliran Haru yang kena demam. Fuh,  *Tsuyu memang menyebalkan~!

.

.

.

Selalu bersama,

Selalu berdua,

Ah, Makoto jadi menyamai tingginya! Menyebalkan, tetapi apa boleh buat. Haru menyukai senyum riang yang terpampang di paras Makoto, jadi ia senang ketika mereka berada di sisi satu sama lain.

MakoHaru Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang