Brave|Bagian 1
***
Lingkungan yang begitu menjijikan. Dimana kekerasan menjadi hal yang wajar untuk dilihat. Kalimat kasar yang menembus gendang telinga para anak-anak yang masih polos. Tak ada warna lain selain abu-abu.
"Maaf, permisi." ucap seorang anak sambil menerobos gerombolan para pria.
Anak itu pun berlari dengan senyuman lebarnya. Terdapat sepotong roti yang tengah dibawanya. Dia membungkus sepotong roti tersebut dengan bajunya, takut jika seseorang akan merebut roti itu darinya. Anak itu sampai disebuah gang yang ujungnya terdapat sebuah gubuk kecil. Gubuk itu terlihat hampir rubuh dan sudah tak layak untuk dihuni.
"IBU!!! IBU!!!" teriaknya senang sambil melambaikan tangan.
Ibunya tersenyum dan menyambut kepulangan putranya. Dia memeluk putranya dengan penuh kasih sayang dan mengecup kening sang anak. Dengan girangnya anak itu berkata tentang apa yang telah berhasil ia dapatkan. Ibunya pun mengajak putranya untuk duduk di sebuah kursi yang terbuat dari papan kayu tua.
"Lihat, Bu. Ini buat Ibu." sambil memberikan sepotong roti itu pada ibunya.
Ibunya tersenyum hangat dan mengambil sepotong roti itu dari tangan sang putra. Beliau pun membagi sepotong roti itu menjadi dua. Satu potongan besar ia berikan pada putranya dan yang kecil untuknya dimakan.
"Brave, bawa ini buat Ibu." ucapnya dan merebut separuh roti kecil itu dari tangan ibunya dan memberikan bagiannya yang lebih besar.
"Apa kamu tahu kenapa Ibu kasih kamu nama 'Brave'?"
Brave menaikkan satu alisnya lalu menggeleng cepat.
"Brave, artinya adalah berani. Ibu berharap kamu selalu berpegang teguh pada setiap komitmen yang Brave buat. Apapun yang akan terjadi Brave harus berani dalam segalanya, berani untuk membela kebenaran. Ayo, janji sama Ibu." kata Ibunya sambil mengangkat jari kelingkingnya.
Matanya menunjuk pada jari kelingkingnya yang menunggu balasan. Brave melihat wajah Ibunya dan perlahan mulai tersenyum lebar. Brave membalasnya dengan penuh kesungguhan.
Mereka tertawa bersama, menikmati kebersamaan yang masih bisa mereka rasakan. Ibunya pun kembali memeluk Brave dan mengelus-ngelus rambutnya. Namun, tatapan mata Ibunya perlahan berubah menjadi sayu. Seakan dia akan melakukan hal yang sangat dibencinya.
Ibunya memejamkan mata sesaat. Brave yang merasa janggal mulai bertanya-tanya. Dia memang sudah sering dipeluk oleh ibunya. Tapi, entah mengapa sore itu Brave merasa bahwa pelukan Ibunya sangat berbeda? Pelukannya jauh lebih erat melebihi pelukan saat dirinya sedang sakit. Seolah-olah mereka akan berpisah.
"Ibu, kenapa?" tanya Brave polos.
Ibunya terkejut dan mencoba menenangkan dirinya lagi. Ia pun memandang wajah Brave lekat-lekat.
"Ngga ada apa-apa. Hm....besok kita ke pasar malam, mau?" tanya ibunya dengan nada yang penuh semangat.
"Pasar malam?!" Brave terkejut sampai berdiri dari duduknya. "Mau, Bu! Tapi, darimana Ibu punya uang buat bayar tiket masuknya?" tanya Brave yang perlahan menurunkan nada bicaranya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BRAVE
Mystère / ThrillerBrave adalah seorang anak yang terpisah dengan ibunya. Di malam yang dingin itu dia bertemu dengan seseorang yang baik hati dan memberikan nama belakang untuk Brave. 'Rodriguez' nama keluarga yang penuh dengan misteri. Identik dengan stelan jas hita...