Senin, 16 Juni 2020 – Tali kuning bertuliskan dilarang melintas garis polisi dibentangkan untuk mencegah masyarakat mengerumuni sebuah mayat yang ditemukan tergeletak di depan bangunan tua berlantai dua puluh itu. Pagi itu menjadi menggemparkan.
Inspektur Polisi Dua Marwan, seorang perwira baru yang tergabung dengan Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Sukamawar ditugaskan untuk melakukan investigasi. Dia hanya sendirian hari ini untuk mengurus olah tempat kejadian perkara, bersiap dengan mengenakan sarung tangan putih.
Korban adalah seorang wanita dewasa bernama Sarah dengan usia 39 tahun berdasarkan KTP yang Ipda Marwan dapat dari dalam tas kecil milik wanita itu. Selain KTP, hanya berbagai macam penghias wajah.
Pemeriksaan di tempat oleh Ipda Marwan beranjak ke bagian atas. Marwan menemukan fakta bahwa korban mengalami luka parah di bagian kepala. "Kemungkinan dia jatuh dari ketinggian," pikir Ipda Marwan memandang bangunan.
Lantai tertinggi bangunan itu sendiri terdapat balkon yang menjorok ke arah barat. Ipda Marwan berpikir untuk menuju ke sana namun kilatan cahaya kamera mengejutkannya.
"Mohon maaf Mbak, bisa dihapus foto barusan?" tanya Ipda Marwan mendekati seorang wanita yang memotret.
"Emang kenapa? Saya wartawan lo!" Wanita itu menunjukkan kartu identitas yang dikalungkannya dengan tangan kiri. Tertera nama dan pekerjaannya di sana, Lina, Wartawan Koran Harian Sukamawar.
Ipda Marwan memperhatikan Lina. "Wartawan tapi pakai sarung tangan putih sepertiku? Rambutnya pun acak-acakan," pikir Ipda Marwan.
"Hanya saja mayatnya belum ditutup, Mbak. Entar saya dapat masalah dari atasan karena mengizinkan warga sipil memotret."
"Tapi ini perlu untuk dijadikan berita, Pak! Apakah Anda akan sama seperti orang lainnya yang berusaha menutup-nutupi kejadian sebesar ini?" tanya Lina. "Dia salah satu orang terkaya di Sukamawar lo! Bahkan bangunan ini dia yang bangun!"
Ipda Marwan sempat terdiam. "Baiklah, dengan syarat Anda menyensor wajah korban."
Tim forensik tiba dan mengurus jenazah sementara Ipda Marwan memasuki bangunan itu, menuju lantai dua puluh.
Di lantai dua puluh melalui dalam bangunan, sebuah pintu kamar terbuka sehingga memancing Ipda Marwan untuk masuk. Sesampainya di sana, Ipda Marwan dikejutkan oleh seorang remaja yang berdiri di balkon, memandang ke bawah. "Siapa kamu? Bagaimana kamu bisa ada di sini? Sejak kapan? Kamar ini kamu rusak?"
Remaja itu berpaling. "Ahmad Firdaus, siswa MA Sukamawar. Saya di sini dari tiga puluh menit sebelum Anda datang, olahraga berupa lari pagi saya berhenti setelah melihat korban tergeletak. Banyak kasus yang telah dihadapi, tidak pernah merusak TKP."
"TKP?" tanya Ipda Marwan kebingungan. Ipda Marwan mendekat sambil melihat kamar yang rapi itu. Dia berdiri di samping Firdaus. Firdaus memandang seragam polisi yang dipakainya dalam waktu yang cukup lama selama Ipda Marwan memandang kamar itu merasakan sesuatu yang aneh.
Firdaus kembali memandang ke bawah. "Tim forensik nampaknya sudah selesai mengambil jasad wanita itu." Ucapannya membuat Ipda Marwan ingin turut memandang ke bawah namun hal itu membuatnya menelan ludah dan berjalan mundur.
"Pak Inspektur, apakah korban mungkin sempat melakukan salto?"
Ipda Marwan kebingungan mendengar pertanyaan Firdaus. "Inspektur? Maksudmu saya?"
"Tentu saja Anda, Inspektur Polisi Dua Marwan." Firdaus memandangnya. Hal itu malah membuat Ipda Marwan semakin ketakutan.
"Bagaimana kamu tahu? Kamu cenayang ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
86 - The Drama
Mystery / Thriller"Semuanya, termasuk kamu, saya yakin tahu masalah oknum ini dan mulai muak dengannya. Masalahnya, kita tidak bisa melihatnya dari dalam." *** Kepolisian Resor Kota Sukamawar bekerja sama dengan Kepolisian Resor Kota Kebun Melati dan Kepolisian Resor...