48. Salah sangka

571 19 43
                                    

"Nama kakakmu pasti Satria?" tebak Alana, saat ini Alana dan Satya tengah bermain tebak-tebakkan nama kakak kandung Satya yang sore tadi Satya ceritakan pada Alana.

Satya menggeleng sambil tertawa kecil, "bukan.. Kau pikir karena nama aku Satya, itu berarti nama kakakku Satria begitu?"

"Oh..." Alana terlihat berpikir lagi membuat Satya menatap Alana gemas, "inisial apa?"

"G..."

Alana mengernyit, "G? Yang benar saja, kau kan dari S..." ucap Alana polos.

Satya lagi lagi tertawa, "kau pikir adik kakak harus berinisial sama, kau pun dengan kakak mu beda, Mitta dari M, Zafar dari Z dan Sara dari S? Hayo?"

Alana mengaruk kepalanya yang tak gatal, "iya juga ya... Terus siapa dong namanya?" kesal Alana karena sedari tadi salah menebak.

"Namanya Gino, Gino Aditama..."

Pandangan Alana beralih ke arah lain sambil memegang keningnya mencoba mengingat sesuatu, "sepertinya aku pernah mendengar nama itu..." gumam Alana.

"Alana... Banyak kok namanya yang sama, kau tau tidak?"

Alana menggeleng, "tidak..."

"Saat aku mencarimu, aku cari di sosial media, nama Alana Adijaya, banyak bahkan waktu itu aku tidak tau kau seperti apa, jadi ya susah...."

"Iya juga yah... Tapi kau pernah kepikiran tidak? Kalau kau mau bertemu dengan kakakmu?"

Satya terdiam sejenak, mengalihkan pandangannya ke arah lain, "pernah... Tapi aku rasa itu mustahil, mereka mungkin membenciku makanya mereka meninggalkanku...."

"Kau tidak boleh berpikir seperti itu..." ucap Alana mengingatkan, Alana mendudukkan dirinya di sebelah Satya.

"Mungkin mereka--"

"Alana... Jika mereka peduli padaku, mereka tidak akan meninggalkan aku ketika aku masih kecil, ketika aku tidak mengerti apa apa."

Alana mengelus pundak Satya, "kenapa kau tidak pernah menceritakan ini kepadaku? Selama ini kau pendam sendirian?"

Satya mengangguk lalu memeluk Alana, "aku tidak mau bercerita pada orang lain karena aku takut mereka kasihan padaku."

Alana mengelus pundak Satya, "Satya... Jika mereka kasihan padamu, itu berarti mereka peduli padamu." ucap Alana mengingatkan.

"Tapi aku takut, mereka dekat denganku karena kasihan saja... Aku tidak suka di kasihani." Satya mempererat pelukannya.

Alana ikut meneteskan air matanya, untuk pertama kalinya Alana melihat Satya menangis dan menangis lagi, hari ini setelah menceritakan tentang keluarganya yang tidak pernah Satya bahas.

Satya melepaskan pelukannya lalu menghapus air matanya, entah mengapa Satya begitu lemah dengan yang namanya keluarga, sejak kecil dirinya tinggal seorang diri, untung saja Sofia selalu menemaninya kadang menyuruhnya untuk menginap dirumahnya, itu makanya kenapa Satya sangat menyayangi Sofia.

Satya merapihkan rambut Alana, "terimakasih telah membuatku sedikit tenang."

"Apapun akan kulakukan untukmu Satya...."

Satya tersenyum, "apakah ini saatnya?" batin Satya.

Pandangan Satya beralih pada kalender, "besok saja sambil aku memberikan kejutan ini untuknya jadi aku harus masih berpura-pura marah dulu padanya."

"Ini sudah malam Lana... Sebaiknya kau tidur." suruh Satya

Alana mengangguk, "aku akan bersihkan dulu kamar tamunya, biar kau nyenyak tidurnya." ujar Alana sambil bangkit dari duduknya.

SANA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang